Kenapa sulit sekali membuat keluarga jadi rukun? Salah satu sebab
penting kenapa membuat keluarga rukun itu sulit karena tidak ada yang mau
mengalah. Lingkungan yang penuh nafsu untuk disebut lebih dibandingkan yang
lain, membuat orang mengira bahwa mengalah itu selalu musibah. Dalam
pertarungan politik memperebutkan jabatan, kalah itu memang musibah. Tapi
keluarga bukanlah tempat rebutan kursi kekuasaan, keluarga adalah rumah jiwa tempat kita saling berbagi cinta. Dan
semakin banyak Anda mengalah, semakin sempurna cinta Anda.
Apa hasil langsung yang bisa didapatkan dengan belajar meditasi? Dengan
asumsi belajar meditasinya tekun dan lama, salah satu hasil langsung meditasi
adalah cengkraman pikiran dualistik seperti salah-benar, buruk-baik melonggar. Sebagai akibatnya, Anda bisa memberi lebih
banyak ruang bagi kehidupan yang berbeda. Ujungnya, tidak saja di dalam damai,
di luar juga mengalami jauh lebih sedikit konflik. Bagikan pesan ini jiwa-jiwa
yang indah: "ia yang tidak punya musuh
di dalam tidak bisa dilukai oleh musuh mana pun yang ada di luar".
Bila belajar spiritual, apakah hidup selalu bahagia? Kalau pengertian
bahagia adalah senang-senang saja, tentu tidak jawabannya. Terutama karena
tidak ada kehidupan yang berisi hal-hal yang menyenangkan saja. Kalau pengertian bahagia adalah mendekap
setiap berkah kehidupan yang datang (baik yang sesuai dengan keinginan
maupun yang tidak sesuai dengan keinginan), mungkin jawabannya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Menjadi spiritual adalah menjadi
bunga lotus indah di tengah kotornya lumpur kehidupan".
Saat gagal, kadang ada rasa penyesalan yang muncul, apakah itu salah?
Bila bad mood sebentar karena gagal, itu sangat manusiawi. Sesuatu yang terjadi
pada diri banyak orang. Sarannya, kegagalan
tidak ada di sini untuk membuat Anda roboh. Kegagalan ada di sini untuk membuka
rahasia tentang diri Anda secara lebih mendalam. Untuk itu, setelah bad
mood lewat, coba lihat rahasia yang dibuka oleh kegagalan. Entah Anda terlalu
percaya diri, kurang mendengarkan orang lain, buru-buru dalam memutuskan,
mengambil bisnis yang tidak sesuai dengan bakat/minat. Bila rahasia diri terbuka, di sana Anda akan berterimakasih pada
kegagalan.
Apakah orang suci yang terbunuh perjalanannya lebih rendah dari orang
suci yang tidak terbunuh? Tidak sesederhana itu. Setiap jiwa suci lahir dengan pesan sendiri-sendiri. Dan agar pesan
itu tersisa di sini selama mungkin, beliau-beliau "memilih" cara
sendiri-sendiri yang cocok dengan panggilan zamannya. Sebagai contoh Mahatma
Gandhi yang wafat ditembak. Andaikan beliau tidak tertembak, mungkin cahaya
pesannya tidak sekarismatik yang kita warisi. Dengan kata lain, itu cara beliau
untuk "memilih" agar pesannya berada di sini selama mungkin.
Ringkasnya, antara orang suci yang
terbunuh dengan yang tidak terbunuh tidak bisa dibandingkan. Ia mirip dengan tidak
bisa membandingkan apel yang manis dengan jeruk yang asam. Dua-duanya hadir di
sini dengan tugas yang berbeda-beda.
Apa ada jiwa yang lahir ke sini tanpa luka jiwa sama sekali?
Membaca kisah hidup para Nabi, Avatara, Buddha, bahkan jiwa sesempurna Nabi pun
mengalami luka-luka jiwa, setidak-tidaknya di masa muda. Jika orang biasa dibuat lemah oleh luka-luka jiwa di masa kecil, jiwa-jiwa
bercahaya menggunakan luka-luka jiwa di masa kecil untuk membangkitkan energi
belas kasih yang ada di dalam. Bermodalkan energi ini kemudian berjanji tidak
menyakiti, sekaligus melayani banyak mahluk sebaik mungkin. Dengan cara ini, luka-luka jiwa tidak membuat sayap-sayap
jiwa jadi patah, sebaliknya membuat sayap-sayap jiwa lebih kokoh.
Kalau ada orang-orang yang bermusuhan terus menerus dengan kita, apa yang
dilakukan? Pancarkan cahaya cinta ke mereka. Caranya, lihat jejaring rumit
di balik rasa permusuhan mereka. Ia bisa ambisi yang tidak pernah terpenuhi,
kekecewaan karena cintanya tidak terbalas, masa kecil yang penuh luka jiwa.
Begitu jejaring rumit itu terbuka, biasanya energi belas kasih muncul dari
dalam. Begitu energi belas kasih muncul
dari dalam, di sana ucapkan doa: "semoga si Anu bahagia dan bebas dari
derita". Dengan cara ini, tidak saja permusuhan bisa dihentikan, hati Anda
juga bisa tambah cantik dari hari ke hari.
Kalau mau menerima diri apa adanya, dari mana memulainya? Coba belajar
melihat sisi-sisi indah dari hidup Anda. Sebut saja Anda banyak disakiti di
masa kecil. Indahnya pernah disakiti, rasa sakit membuat Anda untuk berjanji tidak
menyakiti yang lain. Atau Anda dikecewakan orang tua. Indahnya dikecewakan orang
tua, Anda bisa berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada anak-anak
kelak. Dengan cara melihat sisi-sisi
indah kehidupan, di satu sisi beban gendongan Anda ringan, di lain sisi jiwa
melangkah pulang.
Setiap kali saya mau mencintai orang yang pernah melukai, ada yang
sesak di dada, ada apa? Tatkala ada penolakan dari dalam saat memaafkan,
itu sebuah tanda kalau ada kegelapan di dalam yang perlu diterangi cahaya.
Simpelnya, kegagalan memaafkan orang adalah
cermin kalau Anda belum sepenuhnya berhasil memaafkan diri Anda sendiri. Untuk
itu, belajar memaafkan diri Anda. Begitu Anda tuntas memaafkan diri Anda, nanti
memaafkan orang lain jadi jauh lebih mudah. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "memaafkan tidak saja mendamaikan,
juga membebaskan".
Seorang peneliti di Barat
menemukan sebuah gejala menarik untuk dipelajari. Bila di negara-negara
terbelakang orang tidak bisa makan karena miskin, di negara-negara maju yang
kaya jumlah orang yang tidak bisa makan jumlahnya menaik terus. Mereka tidak
bisa makan bukan karena kemiskinan melainkan karena ketakutan. Takut akan masa
depan, takut tidak dihargai orang, takut akan kematian. Pelajarannya sederhana, tanpa rasa berkecukupan dan rasa syukur,
kehidupan mana pun mudah roboh. Sarannya kemudian, sebelum dikunjungi berbagai
penyakit, belajar mendidik diri untuk selalu bersyukur. Bersyukur adalah
jembatan pendek menuju keterhubungan.
Kenapa sulit sekali menemukan sahabat di zaman ini? Aura zaman ini
memang gelap sekali. Tapi menemukan sahabat sejati bukannya tidak mungkin. Mulailah dengan membenahi hati di dalam.
Secara lebih khusus karena ada hukum sempurna yang bekerja di alam. Ia
sesederhana ikan hidup di air, burung terbang di udara. Dengan cara yang sama,
ia yang hatinya indah akan mudah menemukan sahabat-sahabat yang juga indah.
Simpan pesan ini di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Sahabat adalah keluarga yang dipilih oleh hati Anda".
Bila mau jiwanya bercahaya, dari mana memulai perjalanan? Mulailah dengan
belajar menerima diri Anda apa adanya. Terutama karena melalui penerimaan,
Anda tidak saja menghentikan perkelahian di dalam, tapi juga belajar berjumpa
sang cahaya yang disembunyikan di dalam. Semakin sering Anda menerima diri
Anda, semakin mungkin Anda berjumpa cahaya di dalam. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Jika Anda tidak melihat bunga di hati
Anda, jangan harap orang melihat kecantikan (kegantengan) dalam diri
Anda".
Banyak anak muda yang tidak hormat sama orang tuanya, ada saran?
Pendidikan yang meningkat di mana-mana membuat anak-anak muda memerlukan
pendekatan yang lebih dalam dari sekadar kata-kata, apa lagi perintah.
Wibawa dan karisma kata-kata memang menurun di mana-mana. Yang membuat anak-anak muda mudah berubah serta menuruti orang tua adalah
tindakan-tindakan yang menyentuh hati. Seorang ayah yang sangat dihormati
anak-anaknya memberi tips seperti ini: "kalau mau dihormati anak-anak,
tunjukkan ke mereka dengan sikap keseharian yang menyentuh, sekaligus sayangi
mama mereka.
Orang biasa umumnya menakuti kegelapan. Sesuatu yang manusiawi. Cuma,
kalau mau jiwanya sembuh dan utuh, disarankan mendatangi ruang-ruang gelap di
dalam. Bosan, jenuh, bad mood, beberapa rasa sakit di tubuh yang tidak
terlalu mengganggu, adalah sebagian bentuk-bentuk kegelapan di dalam yang
sebaiknya didatangi. Caranya, jangan lari ke obrolan, hiburan, makanan. Cukup Anda rasakan kalau kegelapan hadir
tanpa penghakiman sama sekali. Dengan cara ini, Anda sedang membawa lentera
ke dalam diri. Ingat jiwa-jiwa yang
indah, hanya ia yang di dalamnya cahaya yang bisa berbagi cahaya pada dunia.
"Saya sering merasa di rumah salah, di tempat lain
gelisah...". Ini bentuk konkrit dari jiwa tua yang rindu memancarkan
cahaya. Semua arah sepertinya salah. Sebagai sahabat bercerita, bahkan
seluruh permukaan bumi terlihat tidak menarik. Kalau itu terjadi, bisa jadi
Anda adalah mahluk-mahluk langit yang datang ke sini bukan untuk mencari
sesuatu, tapi datang ke sini untuk berbagi sesuatu. Dan melihat gelapnya
kehidupan di bumi saat ini, sesuatu yang Anda mesti bagikan adalah cahaya.
Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "kalau
Anda mau bahagia, laksanakan cinta. Kalau Anda mau menemukan surga, laksanakan
cinta. Melaksanakan cinta adalah bentuk konkrit berbagi cahaya".
Bagaimana melakukan pemberian pada orang, tapi pemberian kita tidak
mencelakakan? Hati-hati dengan pemberian uang khususnya. Dalam banyak
cerita terbukti, pemberian uang mencelakai yang memberi dan yang diberi. Bila
sifatnya darurat seperti masuk rumah sakit, kehabisan uang sekolah, tidak bisa
makan, boleh memberikan uang. Itu pun diberikan dengan membayar langsung ke
rumah sakit misalnya. Pemberian yang
lebih dalam adalah pemberian ajaran-ajaran suci. Pemberian uang seperti
memberi ikan. Begitu habis, orang lapar lagi. Pemberian ajaran-ajaran suci
mirip memberi cara membuat kail sekaligus cara memancing. Dan memberikan ajaran-ajaran suci sebaiknya
dilakukan dengan keteladanan-keteladanan keseharian. Ingat jiwa-jiwa yang
indah, sebuah keteladanan lebih bercahaya dari ribuan kata-kata.
"Guruji menyarankan seimbang antara melayani orang dan melayani
diri sendiri, apa tanda-tanda kalau jiwa mulai seimbang? Ada tanda luar, tanda
dalam, tanda rahasia. Sedikit musuh, banyak teman, merasa berkecukupan,
menemukan kedamaian dalam pelayanan adalah sebagai tanda-tanda luar. Badan
sehat, keluarga selamat, menuanya relatif tenang adalah sebagai tanda-tanda
dalam. Jarang sekali mimpi buruk, bahkan amat jarang bermimpi, kalau bermimpi
lebih sering mimpi alam-alam kesucian, yang lebih bagus lagi kalau di alam suci
bisa berjumpa orang-orang suci zaman dulu saat mereka sedang mengajar adalah
sebagian tanda-tanda rahasia. Di puncak semua ini, jiwa-jiwa seimbang memiliki sangat sedikit ketakutan. Meminjam
pesan Milarepa: "dalam kehidupan
para yogi, kematian tidak diikuti ketakutan. Kematian hanya pengalaman kecil yang
mencerahkan".
"Adik ipar saya seperti
parasit yang terus merongrong. Ia tidak mengenal kata cukup...". Salah
satu seni dalam hidup yang sulit dipelajari tapi sangat perlu agar selamat, adalah
seni mengatakan tidak. Simpelnya, kalau
orang sudah memasuki wilayah pribadi Anda terlalu jauh, tidak apa-apa
mengatakan tidak. Kata "tidak" bisa diungkapkan dengan bahasa
tubuh yang halus. Misalnya, kalau biasanya telpunnya selalu diangkat, sekarang
hanya diangkat sekali-kali saja, itu pun dijawab dengan bahasa yang datar, tidak
hangat. Kata "tidak" juga bisa diungkapkan dengan bahasa lugas seperti
ini: "saya memang punya uang, tapi anak-anak saya mesti sekolah". Ingat jiwa-jiwa yang indah, di
zaman ini penyelamat terdekat Anda adalah diri Anda.
Seperti awan-awan di langit, pikiran dan perasaan datang dan pergi dengan
hukumnya masing-masing. Ada kalanya perasaan senang datang. Ada saatnya
pikiran buruk datang. Berdoa tidak berdoa, demikianlah hukumnya. Meditasi mengajarkan, berhenti diseret oleh
awan-awan pikiran dan perasaan. Belajar menjadi saksi seperti langit biru.
Di negara beragama atau negara ateis, langit sama-sama berwarna biru. Artinya, kedamaian mendalam hanya menjadi milik
mereka yang tidak lagi diseret awan pikiran/perasaan, tapi menjadi saksi sebagaimana
langit biru.
"Saya tidak tahan melihat
kekejaman manusia pada binatang, kadang malah menangis...". Rasa empati yang
mendalam pada penderitaan binatang adalah cermin jujur dari indahnya hati Anda.
Cuma, jangan izinkan empati itu membuat Anda membenci banyak orang. Kalau bisa
bibit-bibit empati itu digunakan untuk merawat binatang bukan untuk membenci
orang. Terutama karena panggilan jiwa
tiap orang lain-lain. Di Ubud Bali, ada bule yang tekun sekali memberi
makan pada anjing-anjing liar yang tidak bertuan. Itu hanya sebuah contoh. Ingat jiwa-jiwa yang indah, cinta bukan
senjata, cinta adalah bunga yang ada di sini untuk menghiasi bumi.
Kalau merasa berkecukupan, bukankah nanti dikira kurang berusaha dalam
hidup? Tiap jiwa itu tingkat kedewasaannya beda-beda. Bagi yang masih muda,
mereka cenderung mau memiliki banyak sekali hal. Mereka seperti orang yang
lapar sekali. Bagi jiwa dewasa yang sudah
melewati banyak sekali hal, mereka tidak lagi lapar mendapatkan, tapi lapar
melayani. Kembali ke pertanyaan di awal, jangan menggunakan ukuran jiwa yang masih muda untuk mengukur jiwa-jiwa
yang sudah tua. Ada saatnya dalam hidup, Anda mesti bertumpu pada keyakinan-keyakinan
sendiri, serta mendengarkan pendapat orang secukupnya saja.
Apa hadiah kedamaian yang layak diberikan pada jiwa yang ada di dalam?
Rasa berkecukupan. Terutama bagi sahabat yang lama hidupnya panas oleh
marah, dendam, iri, dengki, rasa berkecukupan seperti sumber air di dalam yang
sangat menyejukkan. Bila sumber air di luar mengenal istilah kering, rasa
berkecukupan yang mendalam tidak mengenal istilah kering. Ingat jiwa-jiwa yang indah, "tanpa rasa berkecukupan, sekaya apa
pun Anda, Anda akan tetap merasa miskin".
"Saya sering dikejar rasa bersalah dari masa lalu, sehingga banyak
waktu habis dalam ketakutan...". Di dalam diri kita ada banyak bibit.
Orang yang sakit menyirami bibit negatif seperti ketakutan. Jiwa-jiwa bercahaya
menyirami bibit-bibit positif seperti kedamaian. Untuk itu, dibandingkan
didatangi penyakit, mari belajar hanya menyirami bibit-bibit positif di dalam
diri. Caranya, kelilingi diri dengan orang-orang yang melihat kelebihan dalam
diri Anda, saat ke cermin coba lihat sisi-sisi indah dari hidup Anda, setiap
kali berjumpa orang belajar melihat sisi-sisi baik dari orang yang Anda jumpai.
Dengan cara ini, lebih sedikit Anda dikejar rasa bersalah dari masa lalu. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Kehidupan
boleh penuh lumpur kekerasan, tapi Anda ada di sini untuk mekar dalam bentuk
lotus kasih sayang".
Pemimpin seperti apa yang dibutuhkan zaman ini? Sudah lewat jauh
zamannya, di mana pemimpin diikuti karena ditakuti. Sekali lagi, sudah lewat
jauh. Inilah zamannya di mana pemimpin
diikuti karena disegani. Dan rasa segan itu datang paling banyak dari cahaya yang
memancar dari dalam hati. Mahatma Gandhi pernah ditanya kenapa naik kereta
api kelas tiga, dengan lugas beliau menjawab: "karena tidak ada kelas
empat". Pesannya, sebuah tindakan keteladanan lebih disegani dibandingkan
dengan ribuan pidato yang palsu.
Tubuh manusia penuh dengan simbol-simbol spiritual yang layak dibaca.
Lidah sebagai contoh, ia dijaga rapat dan rapi oleh gigi yang keras serta bibir
yang lembut. Pesan-pesannya hati-hati berbicara. Berbicaralah hanya tatkala
kata-kata Anda bisa seindah bunga. Kaki kita sudah lama dijaga sandal atau
sepatu. Pesannya, hati-hati melangkah dalam kehidupan. Anda memang bebas
memilih apa saja. Tapi Anda tidak bebas dari konsekuensi (akibat) dari tindakan-tindakan
Anda. Manusia dikasi dua telinga dan satu mulut, artinya belajar mendengar dua
kali lebih banyak dari berbicara.
Mencari tempat berteduh,
itulah ciri dominan jiwa-jiwa di zaman ini. Sedihnya, sebagian besar orang tidak
menemukan tempat berteduh yang dicari. Sebagian sahabat yang jiwanya luka
bercerita, bahkan di tempat suci pun mereka tidak menemukan tempat berteduh.
Sarannya, kapan saja Anda tidak
menemukan satu pun tempat berteduh di luar, belajar menemukannya di dalam diri.
Persisnya, berteduh pada rasa syukur yang
mendalam, rasa trimakasih yang mendalam di depan kehidupan. Seorang pemain
bola tingkat dunia bercerita: "waktu kecil saya pernah menangis berhari-hari
karena ibu mengatakan tidak punya uang untuk membelikan saya sepatu. Tangisan
saya baru berhenti saat melihat ada anak lain yang tidak memiliki kaki".
Kalau sering gelisah dan marah, apa yang dilakukan? Kegelisahan/kemarahan
adalah cermin jujur kalau seseorang menyimpan banyak racun kejiwaan di dalam.
Sebagai racun itu bahkan berumur puluhan tahun. Sarannya, pelan perlahan
bersihkan jiwa dari racun-racun itu. Coba dimulai dengan memandang kehidupan secara
lebih sehat. Mirip dengan memandang kotoran sapi, kalau melihatnya negatif Anda
dapat sampah. Kalau memandangnya positif , Anda dapat bunga indah. Kehidupan
serupa, masa kecil yang kelabu, keuangan yang tidak sebaik orang-orang, semua
adalah pupuk-pupuk yang sedang berevolusi jadi bunga. Ingat jiwa-jiwa yang indah, bahkan kemarahan pun sedang berproses
menjadi bunga kedamaian.
"Saat saya lagi emosi,
saya sering merasa suami tidak mencintai saya, suami lebih memilih ibunya
dibandingkan dengan saya...". Emosi yang menggelora di dalam mirip dengan
kolam yang keruh. Sehingga tidak kelihatan sama sekali. Dalam keadaan tidak
kelihatan, kemudian Anda menduga-duga, menduga suami tidak cinta lagi dll. Dan
sebagaimana melihat di air keruh, dugaan-dugaan itu kebanyakan salah. Untuk
itu, kapan saja digoda emosi, kurangi
menduga-duga, lebih disarankan untuk membuat kolam emosi di dalam tenang. Caranya, lihat kehidupan sebagai aliran
sungai yang terus mengalir. Ada saatnya sungai penuh sampah (kesal, marah,
dll), ada saatnya sungai bersih dan jernih (bertrimakasih, bersyukur, dll). Dan
tugas meditasi hanya satu, menyaksikan di pinggir sungai.
Mirip siang dan malam,
kehidupan berputar dan mengalir tanpa ada yang bisa menghentikannya. Melawan aliran kehidupan, itulah
penderitaan. Mengalir bersama sang aliran, itulah kedamaian. Itu sebabnya,
di tingkat kesempurnaan, meditasi
berarti istirahat di saat ini apa adanya. Pengertian istirahat sederhana,
mendekap saat ini apa adanya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Matahari terbit adalah nyanyian
harapan, matahari tenggelam adalah nyanyian kedamaian".
Ada saatnya hidup itu susah,
ada saatnya hidup itu mudah. Berdoa tidak berdoa, demikianlah hukumnya. Jika
orang biasa gelisah saat hidup terlihat susah, jiwa-jiwa bercahaya menggunakan kesusahan sebagai peluang untuk
memperkuat sayap-sayap jiwa. Mirip dengan apa yang dilakukan kaum
binaragawan yang mengangkat beban-beban besi yang berat, ia yang sering melewati kesusahan, otot-otot jiwanya menguat. Sebagai
hasilnya, seseorang bisa melewati setiap halangan dengan senyuman. Simpan
di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, setiap
kali sebuah halangan lewat, setiap kali itu juga otot-otot jiwa menguat.
Di hari-hari libur seperti
ini, banyak orang yang ingat mengistirahatkan badannya, sangat sedikit yang
ingat mengistirahatkan pikirannya. Pikiran
yang tidak pernah istirahat cirinya sederhana, ia terus menerus berfikir, membandingkan,
menghakimi. Bahkan setelah sakit pun, tetap pikiran sebagian orang tidak
pernah istirahat. Akibatnya, kehidupan jadi resah dan gelisah. Untuk itu, belajar mengalir jiwa-jiwa yang indah.
Konkritnya, apa pun berkah saat ini (menjengkelkan atau menyenangkan) belajar
mendekapnya. Ingat jiwa-jiwa yang indah,
kehidupan bukan masalah yang harus diselesaikan, kehidupan adalah bunga indah yang
sebaiknya disyukuri.
"Suami saya positif HIV,
syarafnya rusak permanen, pada saat yang sama keluarga suami merongrong saya
habis-habisan...". Orang biasa mengira dirinya sedang dihukum saat
mengalami cobaan. Jiwa-jiwa bercahaya lain lagi. Cobaan tidak diletakkan sebagai hukuman, melainkan sebagai kesempatan untuk
melakukan banyak pemurnian. Mirip dengan apa yang dilakukan amplas pada
kayu yang akan dibuat menjadi patung. Awalnya memang menyakitkan, tapi kalau
dijalani secara tulus, nanti jiwa jadi halus. Terinspirasi dari sini, coba belajar menjalani cobaan yang super
berat ini sebagai peluang untuk memurnikan jiwa. Pedomannya sederhana, menolong
adalah yang terbaik. Kalau tidak bisa menolong cukup jangan menyakiti.
Dari mana memulai perjalanan menyembuhkan diri? Mulailah dengan
menerima diri Anda apa adanya. Jika pendekatan kesembuhan dari Barat
membuang sebagian hal, penyembuhan Timur terfokus pada menerima setiap berkah
kehidupan. Indahnya menerima, Anda
berhenti bertempur dengan diri sendiri, sehingga berhenti memproduksi racun untuk
tubuh Anda. Dan pada saat yang sama Anda mengirim vibrasi-vibrasi
kesembuhan ke dalam. Keadaannya mirip dengan seorang ibu yang menentramkan
bayinya yang menangis. Seperti itulah pendekatan kesembuhan dengan jalan
penerimaan. Ingat jiwa-jiwa yang indah:
"Menerima tanpa menyalahkan, itulah titik balik kesembuhan".
Apakah meditasi bisa membuat saya bebas dari masalah? Tidak ada
pendekatan spiritual yang bisa membebaskan jiwa dari masalah. Belajar spiritual
atau tidak, masalah tetap datang. Yang diajarkan meditasi bukan membebaskan diri dari masalah, tapi mempersiapkan diri
agar bisa melewati setiap penderitaan yang datang (boundless capacity to
suffer). Simpan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Berhenti berdoa agar bebas dari masalah, belajar berdoa agar bisa
dibikin kuat dan dewasa jiwanya oleh masalah".
Kalau berdoa, baiknya vertikal (ke atas) atau horisontal (ke samping)?
Agama-agama yang pusat pencariannya adalah Tuhan, doanya cenderung ke atas.
Agama-agama yang pusat pencariannya adalah kedamaian (shanti), doanya cenderung
ke samping. Sekarang terpulang ke diri masing-masing. Merasa lebih damai dengan
pendekatan yang mana. Jangan ikut-ikutan karena kedewasaan jiwa di dalam berbeda-beda. Mirip dengan berjalan pulang.
Bagi yang belum sampai di rumah, doanya selalu memohon agar cepat-cepat sampai
rumah. Bagi yang sudah nyampai rumah, berdoa semoga semua mahluk menemukan
rumah indah.
Diantara lubang-lubang di tubuh, lubang mana yang paling banyak
melakukan pelanggaran? Mulut. Itu sebabnya, banyak Guru-guru suci yang
menghabiskan banyak waktu dalam keheningan. Salah satu sebabnya adalah untuk
mengurangi pelanggaran dari mulut. Lebih dari itu, semakin dalam pencapaian
seseorang, semakin tidak berdaya kata-kata bisa mengungkapkannya. Terinspirasi
dari sini, endapkan pesan tua ini jiwa-jiwa yang indah: "diam adalah teman terbaik. Kalau harus
bicara, bicara seindah bunga".
Apa buku suci yang menjadi acuan Guruji? Ada buku luar, buku dalam,
buku rahasia. Tiap Guru meramu ketiganya secara unik. Kedalaman pemahaman seseorang
pada 3 buku ini terlihat pada lamanya cahaya yang bersangkutan memancar dan
karismanya. Dalam cerita para Nabi, Avatara, Buddha, beliau masih mengajar
ribuan tahun setelah tubuh fisiknya wafat. Cahaya karismanya juga serupa.
Sedihnya, sangat sedikit ada manusia yang bisa melihat aura Guru sejati. Dalam
cerita Asanga, saat ia menggendong Gurunya (Maitrya) lewat pasar saking
gembiranya, kebanyakan orang melihat Asanga menggendong anjing, hanya ada
seorang ibu dengan hati yang indah yang melihat, kaki anjing itu kakinya
Maitrya.
Kenapa ada Guru spiritual masuk neraka? Sebagaimana dialami banyak
Guru spiritual, di tingkat tertentu orang-orang cenderung menghormat. Sebagian
bahkan suka mencium kaki. Kalau tidak
waspada, penghormatan orang bisa membuat ego menaik. Seseorang bisa mudah marah
dan tersinggung karena egonya jadi tinggi. Ini yang membuat sejumlah Guru
spiritual mengalami kejatuhan spiritual, termasuk bisa masuk neraka. Simpan
di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Menjadi
spiritual adalah menjadi rendah hati. Sebagaimana diajarkan samudra,
ketidakberhinggaan hanya dicapai oleh jiwa-jiwa yang tekun merendah".
"Seorang istri yang baru
menikah 3 tahun, terus menerus mengeluh soal suaminya yang begini dan
begitu...". Pernikahan yang mulus tanpa halangan itu tidak ada. Semua
pernikahan ditandai godaan dan cobaan di sana-sini. Dan cobaan ada tidak untuk membuat pernikahan roboh, melainkan untuk
membuat jiwa semakin dewasa dari hari ke hari. Mirip dengan apa yang
dilakukan matahari panas pada bunga. Hawa panas matahari malah membuat bunga
jadi mekar. Dengan cara yang sama, cobaan-cobaan yang datang - asal tekun,
tulus, ikhlas - suatu hari akan membuat jiwa jadi mekar. Jangan lupa jiwa-jiwa
yang indah: "pernikahan bukan
kulkas yang hawanya selalu dingin, melainkan taman jiwa yang terus menerus
butuh dirawat".
Di zaman ini, di mana tempat berteduh yang paling sejuk? Di keluarga.
Dan ini bisa terjadi kalau seseorang merawat keluarganya seperti merawat taman.
Pertama, taman indah karena berisi berbagai warna. Kedua, taman indah kalau
rajin disirami. Ketiga, bila dirawat maka taman menghadiahkan keindahan-keindahan.
Dengan cara yang sama, keluarga berisi banyak kepribadian yang beda-beda. Keluarga sejuk kalau anggotanya saling
menyirami dengan memaafkan, menerima. Setelah perbedaan diterima, rajin saling
menyirami, maka baru keluarga bisa jadi taman sejuk yang indah.
Kalau tidak sempat pergi ke tempat suci, doa apa yang sebaiknya
diucapkan? Tindakan-tindakan kecil yang menyentuh hati adalah sebentuk doa yang
dalam. Ia bisa membantu orang tua menyebrang, mematikan kran air atau
saklar lampu yang lupa dimatikan, berbagi senyuman pada anak-anak yang lewat,
membersihkan toilet umum yang lupa disiram oleh orang lain. Ingat jiwa-jiwa yang
indah: "doa tidak saja berbentuk
suara. Doa yang lebih dalam adalah cinta dalam tindakan".
Agar keseharian senantiasa damai, apa yang perlu dilakukan? Mengalir.
Meminjam filsuf Heraclitus, tidak ada yang bisa melangkah di sungai yang sama
dua kali. Simpelnya, setiap detik air sungai berganti. Hal yang sama juga
terjadi dalam kehidupan. Setiap detik kehidupan berganti. Dan mengalir membuat
seseorang menyatu rapi dengan setiap berkah kekinian. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa
yang indah: "Seni kedamaian adalah
seni mengalir. Saat Anda sepenuhnya mengalir, Anda tidak saja mengalami
kedamaian, tapi juga mengalami kebersatuan".
Apa praktik spiritual yang sederhana tapi mendalam?. Tersenyum.
Terutama karena senyuman jauh lebih dalam dari sekadar bibir yang melengkung. Tatkala seseorang tersenyum, cengkraman
pikiran yang penuh penghakiman melonggar, pada saat yang sama hati di dalam
belajar mekar. Sebagai akibatnya,
senyuman tidak saja mengirim vibrasi kedamaian ke luar, juga mengirim aura
kesembuhan ke dalam. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Tatkala Anda
tersenyum, sesungguhnya Anda sedang membentuk bibir Anda jadi seindah
bunga".