Minggu, 02 Agustus 2015

GEDE PRAMA COMPASSION 2



Kenapa sulit sekali membuat keluarga jadi rukun? Salah satu sebab penting kenapa membuat keluarga rukun itu sulit karena tidak ada yang mau mengalah. Lingkungan yang penuh nafsu untuk disebut lebih dibandingkan yang lain, membuat orang mengira bahwa mengalah itu selalu musibah. Dalam pertarungan politik memperebutkan jabatan, kalah itu memang musibah. Tapi keluarga bukanlah tempat rebutan kursi kekuasaan, keluarga adalah rumah jiwa tempat kita saling berbagi cinta. Dan semakin banyak Anda mengalah, semakin sempurna cinta Anda.

Apa hasil langsung yang bisa didapatkan dengan belajar meditasi? Dengan asumsi belajar meditasinya tekun dan lama, salah satu hasil langsung meditasi adalah cengkraman pikiran dualistik seperti salah-benar, buruk-baik melonggar. Sebagai akibatnya, Anda bisa memberi lebih banyak ruang bagi kehidupan yang berbeda. Ujungnya, tidak saja di dalam damai, di luar juga mengalami jauh lebih sedikit konflik. Bagikan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "ia yang tidak punya musuh di dalam tidak bisa dilukai oleh musuh mana pun yang ada di luar".

Bila belajar spiritual, apakah hidup selalu bahagia? Kalau pengertian bahagia adalah senang-senang saja, tentu tidak jawabannya. Terutama karena tidak ada kehidupan yang berisi hal-hal yang menyenangkan saja. Kalau pengertian bahagia adalah mendekap setiap berkah kehidupan yang datang (baik yang sesuai dengan keinginan maupun yang tidak sesuai dengan keinginan), mungkin jawabannya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Menjadi spiritual adalah menjadi bunga lotus indah di tengah kotornya lumpur kehidupan".

Saat gagal, kadang ada rasa penyesalan yang muncul, apakah itu salah? Bila bad mood sebentar karena gagal, itu sangat manusiawi. Sesuatu yang terjadi pada diri banyak orang. Sarannya, kegagalan tidak ada di sini untuk membuat Anda roboh. Kegagalan ada di sini untuk membuka rahasia tentang diri Anda secara lebih mendalam. Untuk itu, setelah bad mood lewat, coba lihat rahasia yang dibuka oleh kegagalan. Entah Anda terlalu percaya diri, kurang mendengarkan orang lain, buru-buru dalam memutuskan, mengambil bisnis yang tidak sesuai dengan bakat/minat. Bila rahasia diri terbuka, di sana Anda akan berterimakasih pada kegagalan.

Apakah orang suci yang terbunuh perjalanannya lebih rendah dari orang suci yang tidak terbunuh? Tidak sesederhana itu. Setiap jiwa suci lahir dengan pesan sendiri-sendiri. Dan agar pesan itu tersisa di sini selama mungkin, beliau-beliau "memilih" cara sendiri-sendiri yang cocok dengan panggilan zamannya. Sebagai contoh Mahatma Gandhi yang wafat ditembak. Andaikan beliau tidak tertembak, mungkin cahaya pesannya tidak sekarismatik yang kita warisi. Dengan kata lain, itu cara beliau untuk "memilih" agar pesannya berada di sini selama mungkin. Ringkasnya, antara orang suci yang terbunuh dengan yang tidak terbunuh tidak bisa dibandingkan. Ia mirip dengan tidak bisa membandingkan apel yang manis dengan jeruk yang asam. Dua-duanya hadir di sini dengan tugas yang berbeda-beda.

Apa ada jiwa yang lahir ke sini tanpa luka jiwa sama sekali? Membaca kisah hidup para Nabi, Avatara, Buddha, bahkan jiwa sesempurna Nabi pun mengalami luka-luka jiwa, setidak-tidaknya di masa muda. Jika orang biasa dibuat lemah oleh luka-luka jiwa di masa kecil, jiwa-jiwa bercahaya menggunakan luka-luka jiwa di masa kecil untuk membangkitkan energi belas kasih yang ada di dalam. Bermodalkan energi ini kemudian berjanji tidak menyakiti, sekaligus melayani banyak mahluk sebaik mungkin. Dengan cara ini, luka-luka jiwa tidak membuat sayap-sayap jiwa jadi patah, sebaliknya membuat sayap-sayap jiwa lebih kokoh.

Kalau ada orang-orang yang bermusuhan terus menerus dengan kita, apa yang dilakukan? Pancarkan cahaya cinta ke mereka. Caranya, lihat jejaring rumit di balik rasa permusuhan mereka. Ia bisa ambisi yang tidak pernah terpenuhi, kekecewaan karena cintanya tidak terbalas, masa kecil yang penuh luka jiwa. Begitu jejaring rumit itu terbuka, biasanya energi belas kasih muncul dari dalam. Begitu energi belas kasih muncul dari dalam, di sana ucapkan doa: "semoga si Anu bahagia dan bebas dari derita". Dengan cara ini, tidak saja permusuhan bisa dihentikan, hati Anda juga bisa tambah cantik dari hari ke hari.

Kalau mau menerima diri apa adanya, dari mana memulainya? Coba belajar melihat sisi-sisi indah dari hidup Anda. Sebut saja Anda banyak disakiti di masa kecil. Indahnya pernah disakiti, rasa sakit membuat Anda untuk berjanji tidak menyakiti yang lain. Atau Anda dikecewakan orang tua. Indahnya dikecewakan orang tua, Anda bisa berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama pada anak-anak kelak. Dengan cara melihat sisi-sisi indah kehidupan, di satu sisi beban gendongan Anda ringan, di lain sisi jiwa melangkah pulang.

Setiap kali saya mau mencintai orang yang pernah melukai, ada yang sesak di dada, ada apa? Tatkala ada penolakan dari dalam saat memaafkan, itu sebuah tanda kalau ada kegelapan di dalam yang perlu diterangi cahaya. Simpelnya, kegagalan memaafkan orang adalah cermin kalau Anda belum sepenuhnya berhasil memaafkan diri Anda sendiri. Untuk itu, belajar memaafkan diri Anda. Begitu Anda tuntas memaafkan diri Anda, nanti memaafkan orang lain jadi jauh lebih mudah. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "memaafkan tidak saja mendamaikan, juga membebaskan".

Seorang peneliti di Barat menemukan sebuah gejala menarik untuk dipelajari. Bila di negara-negara terbelakang orang tidak bisa makan karena miskin, di negara-negara maju yang kaya jumlah orang yang tidak bisa makan jumlahnya menaik terus. Mereka tidak bisa makan bukan karena kemiskinan melainkan karena ketakutan. Takut akan masa depan, takut tidak dihargai orang, takut akan kematian. Pelajarannya sederhana, tanpa rasa berkecukupan dan rasa syukur, kehidupan mana pun mudah roboh. Sarannya kemudian, sebelum dikunjungi berbagai penyakit, belajar mendidik diri untuk selalu bersyukur. Bersyukur adalah jembatan pendek menuju keterhubungan.

Kenapa sulit sekali menemukan sahabat di zaman ini? Aura zaman ini memang gelap sekali. Tapi menemukan sahabat sejati bukannya tidak mungkin. Mulailah dengan membenahi hati di dalam. Secara lebih khusus karena ada hukum sempurna yang bekerja di alam. Ia sesederhana ikan hidup di air, burung terbang di udara. Dengan cara yang sama, ia yang hatinya indah akan mudah menemukan sahabat-sahabat yang juga indah. Simpan pesan ini di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Sahabat adalah keluarga yang dipilih oleh hati Anda".

Bila mau jiwanya bercahaya, dari mana memulai perjalanan? Mulailah dengan belajar menerima diri Anda apa adanya. Terutama karena melalui penerimaan, Anda tidak saja menghentikan perkelahian di dalam, tapi juga belajar berjumpa sang cahaya yang disembunyikan di dalam. Semakin sering Anda menerima diri Anda, semakin mungkin Anda berjumpa cahaya di dalam. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Jika Anda tidak melihat bunga di hati Anda, jangan harap orang melihat kecantikan (kegantengan) dalam diri Anda".

Banyak anak muda yang tidak hormat sama orang tuanya, ada saran? Pendidikan yang meningkat di mana-mana membuat anak-anak muda memerlukan pendekatan yang lebih dalam dari sekadar kata-kata, apa lagi perintah. Wibawa dan karisma kata-kata memang menurun di mana-mana. Yang membuat anak-anak muda mudah berubah serta menuruti orang tua adalah tindakan-tindakan yang menyentuh hati. Seorang ayah yang sangat dihormati anak-anaknya memberi tips seperti ini: "kalau mau dihormati anak-anak, tunjukkan ke mereka dengan sikap keseharian yang menyentuh, sekaligus sayangi mama mereka.

Orang biasa umumnya menakuti kegelapan. Sesuatu yang manusiawi. Cuma, kalau mau jiwanya sembuh dan utuh, disarankan mendatangi ruang-ruang gelap di dalam. Bosan, jenuh, bad mood, beberapa rasa sakit di tubuh yang tidak terlalu mengganggu, adalah sebagian bentuk-bentuk kegelapan di dalam yang sebaiknya didatangi. Caranya, jangan lari ke obrolan, hiburan, makanan. Cukup Anda rasakan kalau kegelapan hadir tanpa penghakiman sama sekali. Dengan cara ini, Anda sedang membawa lentera ke dalam diri. Ingat jiwa-jiwa yang indah, hanya ia yang di dalamnya cahaya yang bisa berbagi cahaya pada dunia.

"Saya sering merasa di rumah salah, di tempat lain gelisah...". Ini bentuk konkrit dari jiwa tua yang rindu memancarkan cahaya. Semua arah sepertinya salah. Sebagai sahabat bercerita, bahkan seluruh permukaan bumi terlihat tidak menarik. Kalau itu terjadi, bisa jadi Anda adalah mahluk-mahluk langit yang datang ke sini bukan untuk mencari sesuatu, tapi datang ke sini untuk berbagi sesuatu. Dan melihat gelapnya kehidupan di bumi saat ini, sesuatu yang Anda mesti bagikan adalah cahaya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "kalau Anda mau bahagia, laksanakan cinta. Kalau Anda mau menemukan surga, laksanakan cinta. Melaksanakan cinta adalah bentuk konkrit berbagi cahaya".

Bagaimana melakukan pemberian pada orang, tapi pemberian kita tidak mencelakakan? Hati-hati dengan pemberian uang khususnya. Dalam banyak cerita terbukti, pemberian uang mencelakai yang memberi dan yang diberi. Bila sifatnya darurat seperti masuk rumah sakit, kehabisan uang sekolah, tidak bisa makan, boleh memberikan uang. Itu pun diberikan dengan membayar langsung ke rumah sakit misalnya. Pemberian yang lebih dalam adalah pemberian ajaran-ajaran suci. Pemberian uang seperti memberi ikan. Begitu habis, orang lapar lagi. Pemberian ajaran-ajaran suci mirip memberi cara membuat kail sekaligus cara memancing. Dan memberikan ajaran-ajaran suci sebaiknya dilakukan dengan keteladanan-keteladanan keseharian. Ingat jiwa-jiwa yang indah, sebuah keteladanan lebih bercahaya dari ribuan kata-kata.

"Guruji menyarankan seimbang antara melayani orang dan melayani diri sendiri, apa tanda-tanda kalau jiwa mulai seimbang? Ada tanda luar, tanda dalam, tanda rahasia. Sedikit musuh, banyak teman, merasa berkecukupan, menemukan kedamaian dalam pelayanan adalah sebagai tanda-tanda luar. Badan sehat, keluarga selamat, menuanya relatif tenang adalah sebagai tanda-tanda dalam. Jarang sekali mimpi buruk, bahkan amat jarang bermimpi, kalau bermimpi lebih sering mimpi alam-alam kesucian, yang lebih bagus lagi kalau di alam suci bisa berjumpa orang-orang suci zaman dulu saat mereka sedang mengajar adalah sebagian tanda-tanda rahasia. Di puncak semua ini, jiwa-jiwa seimbang memiliki sangat sedikit ketakutan. Meminjam pesan Milarepa: "dalam kehidupan para yogi, kematian tidak diikuti ketakutan. Kematian hanya pengalaman kecil yang mencerahkan".

"Adik ipar saya seperti parasit yang terus merongrong. Ia tidak mengenal kata cukup...". Salah satu seni dalam hidup yang sulit dipelajari tapi sangat perlu agar selamat, adalah seni mengatakan tidak. Simpelnya, kalau orang sudah memasuki wilayah pribadi Anda terlalu jauh, tidak apa-apa mengatakan tidak. Kata "tidak" bisa diungkapkan dengan bahasa tubuh yang halus. Misalnya, kalau biasanya telpunnya selalu diangkat, sekarang hanya diangkat sekali-kali saja, itu pun dijawab dengan bahasa yang datar, tidak hangat. Kata "tidak" juga bisa diungkapkan dengan bahasa lugas seperti ini: "saya memang punya uang, tapi anak-anak saya mesti sekolah". Ingat jiwa-jiwa yang indah, di zaman ini penyelamat terdekat Anda adalah diri Anda.

Seperti awan-awan di langit, pikiran dan perasaan datang dan pergi dengan hukumnya masing-masing. Ada kalanya perasaan senang datang. Ada saatnya pikiran buruk datang. Berdoa tidak berdoa, demikianlah hukumnya. Meditasi mengajarkan, berhenti diseret oleh awan-awan pikiran dan perasaan. Belajar menjadi saksi seperti langit biru. Di negara beragama atau negara ateis, langit sama-sama berwarna biru. Artinya, kedamaian mendalam hanya menjadi milik mereka yang tidak lagi diseret awan pikiran/perasaan, tapi menjadi saksi sebagaimana langit biru.

"Saya tidak tahan melihat kekejaman manusia pada binatang, kadang malah menangis...". Rasa empati yang mendalam pada penderitaan binatang adalah cermin jujur dari indahnya hati Anda. Cuma, jangan izinkan empati itu membuat Anda membenci banyak orang. Kalau bisa bibit-bibit empati itu digunakan untuk merawat binatang bukan untuk membenci orang. Terutama karena panggilan jiwa tiap orang lain-lain. Di Ubud Bali, ada bule yang tekun sekali memberi makan pada anjing-anjing liar yang tidak bertuan. Itu hanya sebuah contoh. Ingat jiwa-jiwa yang indah, cinta bukan senjata, cinta adalah bunga yang ada di sini untuk menghiasi bumi.

Kalau merasa berkecukupan, bukankah nanti dikira kurang berusaha dalam hidup? Tiap jiwa itu tingkat kedewasaannya beda-beda. Bagi yang masih muda, mereka cenderung mau memiliki banyak sekali hal. Mereka seperti orang yang lapar sekali. Bagi jiwa dewasa yang sudah melewati banyak sekali hal, mereka tidak lagi lapar mendapatkan, tapi lapar melayani. Kembali ke pertanyaan di awal, jangan menggunakan ukuran jiwa yang masih muda untuk mengukur jiwa-jiwa yang sudah tua. Ada saatnya dalam hidup, Anda mesti bertumpu pada keyakinan-keyakinan sendiri, serta mendengarkan pendapat orang secukupnya saja.

Apa hadiah kedamaian yang layak diberikan pada jiwa yang ada di dalam? Rasa berkecukupan. Terutama bagi sahabat yang lama hidupnya panas oleh marah, dendam, iri, dengki, rasa berkecukupan seperti sumber air di dalam yang sangat menyejukkan. Bila sumber air di luar mengenal istilah kering, rasa berkecukupan yang mendalam tidak mengenal istilah kering. Ingat jiwa-jiwa yang indah, "tanpa rasa berkecukupan, sekaya apa pun Anda, Anda akan tetap merasa miskin".

"Saya sering dikejar rasa bersalah dari masa lalu, sehingga banyak waktu habis dalam ketakutan...". Di dalam diri kita ada banyak bibit. Orang yang sakit menyirami bibit negatif seperti ketakutan. Jiwa-jiwa bercahaya menyirami bibit-bibit positif seperti kedamaian. Untuk itu, dibandingkan didatangi penyakit, mari belajar hanya menyirami bibit-bibit positif di dalam diri. Caranya, kelilingi diri dengan orang-orang yang melihat kelebihan dalam diri Anda, saat ke cermin coba lihat sisi-sisi indah dari hidup Anda, setiap kali berjumpa orang belajar melihat sisi-sisi baik dari orang yang Anda jumpai. Dengan cara ini, lebih sedikit Anda dikejar rasa bersalah dari masa lalu. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Kehidupan boleh penuh lumpur kekerasan, tapi Anda ada di sini untuk mekar dalam bentuk lotus kasih sayang".


Pemimpin seperti apa yang dibutuhkan zaman ini? Sudah lewat jauh zamannya, di mana pemimpin diikuti karena ditakuti. Sekali lagi, sudah lewat jauh. Inilah zamannya di mana pemimpin diikuti karena disegani. Dan rasa segan itu datang paling banyak dari cahaya yang memancar dari dalam hati. Mahatma Gandhi pernah ditanya kenapa naik kereta api kelas tiga, dengan lugas beliau menjawab: "karena tidak ada kelas empat". Pesannya, sebuah tindakan keteladanan lebih disegani dibandingkan dengan ribuan pidato yang palsu. 

Tubuh manusia penuh dengan simbol-simbol spiritual yang layak dibaca. Lidah sebagai contoh, ia dijaga rapat dan rapi oleh gigi yang keras serta bibir yang lembut. Pesan-pesannya hati-hati berbicara. Berbicaralah hanya tatkala kata-kata Anda bisa seindah bunga. Kaki kita sudah lama dijaga sandal atau sepatu. Pesannya, hati-hati melangkah dalam kehidupan. Anda memang bebas memilih apa saja. Tapi Anda tidak bebas dari konsekuensi (akibat) dari tindakan-tindakan Anda. Manusia dikasi dua telinga dan satu mulut, artinya belajar mendengar dua kali lebih banyak dari berbicara.

Mencari tempat berteduh, itulah ciri dominan jiwa-jiwa di zaman ini. Sedihnya, sebagian besar orang tidak menemukan tempat berteduh yang dicari. Sebagian sahabat yang jiwanya luka bercerita, bahkan di tempat suci pun mereka tidak menemukan tempat berteduh. Sarannya, kapan saja Anda tidak menemukan satu pun tempat berteduh di luar, belajar menemukannya di dalam diri. Persisnya, berteduh pada rasa syukur yang mendalam, rasa trimakasih yang mendalam di depan kehidupan. Seorang pemain bola tingkat dunia bercerita: "waktu kecil saya pernah menangis berhari-hari karena ibu mengatakan tidak punya uang untuk membelikan saya sepatu. Tangisan saya baru berhenti saat melihat ada anak lain yang tidak memiliki kaki".

Kalau sering gelisah dan marah, apa yang dilakukan? Kegelisahan/kemarahan adalah cermin jujur kalau seseorang menyimpan banyak racun kejiwaan di dalam. Sebagai racun itu bahkan berumur puluhan tahun. Sarannya, pelan perlahan bersihkan jiwa dari racun-racun itu. Coba dimulai dengan memandang kehidupan secara lebih sehat. Mirip dengan memandang kotoran sapi, kalau melihatnya negatif Anda dapat sampah. Kalau memandangnya positif , Anda dapat bunga indah. Kehidupan serupa, masa kecil yang kelabu, keuangan yang tidak sebaik orang-orang, semua adalah pupuk-pupuk yang sedang berevolusi jadi bunga. Ingat jiwa-jiwa yang indah, bahkan kemarahan pun sedang berproses menjadi bunga kedamaian.

"Saat saya lagi emosi, saya sering merasa suami tidak mencintai saya, suami lebih memilih ibunya dibandingkan dengan saya...". Emosi yang menggelora di dalam mirip dengan kolam yang keruh. Sehingga tidak kelihatan sama sekali. Dalam keadaan tidak kelihatan, kemudian Anda menduga-duga, menduga suami tidak cinta lagi dll. Dan sebagaimana melihat di air keruh, dugaan-dugaan itu kebanyakan salah. Untuk itu, kapan saja digoda emosi, kurangi menduga-duga, lebih disarankan untuk membuat kolam emosi di dalam tenang. Caranya, lihat kehidupan sebagai aliran sungai yang terus mengalir. Ada saatnya sungai penuh sampah (kesal, marah, dll), ada saatnya sungai bersih dan jernih (bertrimakasih, bersyukur, dll). Dan tugas meditasi hanya satu, menyaksikan di pinggir sungai.

Mirip siang dan malam, kehidupan berputar dan mengalir tanpa ada yang bisa menghentikannya. Melawan aliran kehidupan, itulah penderitaan. Mengalir bersama sang aliran, itulah kedamaian. Itu sebabnya, di tingkat kesempurnaan, meditasi berarti istirahat di saat ini apa adanya. Pengertian istirahat sederhana, mendekap saat ini apa adanya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Matahari terbit adalah nyanyian harapan, matahari tenggelam adalah nyanyian kedamaian".

Ada saatnya hidup itu susah, ada saatnya hidup itu mudah. Berdoa tidak berdoa, demikianlah hukumnya. Jika orang biasa gelisah saat hidup terlihat susah, jiwa-jiwa bercahaya menggunakan kesusahan sebagai peluang untuk memperkuat sayap-sayap jiwa. Mirip dengan apa yang dilakukan kaum binaragawan yang mengangkat beban-beban besi yang berat, ia yang sering melewati kesusahan, otot-otot jiwanya menguat. Sebagai hasilnya, seseorang bisa melewati setiap halangan dengan senyuman. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, setiap kali sebuah halangan lewat, setiap kali itu juga otot-otot jiwa menguat.

Di hari-hari libur seperti ini, banyak orang yang ingat mengistirahatkan badannya, sangat sedikit yang ingat mengistirahatkan pikirannya. Pikiran yang tidak pernah istirahat cirinya sederhana, ia terus menerus berfikir, membandingkan, menghakimi. Bahkan setelah sakit pun, tetap pikiran sebagian orang tidak pernah istirahat. Akibatnya, kehidupan jadi resah dan gelisah. Untuk itu, belajar mengalir jiwa-jiwa yang indah. Konkritnya, apa pun berkah saat ini (menjengkelkan atau menyenangkan) belajar mendekapnya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kehidupan bukan masalah yang harus diselesaikan, kehidupan adalah bunga indah yang sebaiknya disyukuri.

"Suami saya positif HIV, syarafnya rusak permanen, pada saat yang sama keluarga suami merongrong saya habis-habisan...". Orang biasa mengira dirinya sedang dihukum saat mengalami cobaan. Jiwa-jiwa bercahaya lain lagi. Cobaan tidak diletakkan sebagai hukuman, melainkan sebagai kesempatan untuk melakukan banyak pemurnian. Mirip dengan apa yang dilakukan amplas pada kayu yang akan dibuat menjadi patung. Awalnya memang menyakitkan, tapi kalau dijalani secara tulus, nanti jiwa jadi halus. Terinspirasi dari sini, coba belajar menjalani cobaan yang super berat ini sebagai peluang untuk memurnikan jiwa. Pedomannya sederhana, menolong adalah yang terbaik. Kalau tidak bisa menolong cukup jangan menyakiti.

Dari mana memulai perjalanan menyembuhkan diri? Mulailah dengan menerima diri Anda apa adanya. Jika pendekatan kesembuhan dari Barat membuang sebagian hal, penyembuhan Timur terfokus pada menerima setiap berkah kehidupan. Indahnya menerima, Anda berhenti bertempur dengan diri sendiri, sehingga berhenti memproduksi racun untuk tubuh Anda. Dan pada saat yang sama Anda mengirim vibrasi-vibrasi kesembuhan ke dalam. Keadaannya mirip dengan seorang ibu yang menentramkan bayinya yang menangis. Seperti itulah pendekatan kesembuhan dengan jalan penerimaan. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Menerima tanpa menyalahkan, itulah titik balik kesembuhan".

Apakah meditasi bisa membuat saya bebas dari masalah? Tidak ada pendekatan spiritual yang bisa membebaskan jiwa dari masalah. Belajar spiritual atau tidak, masalah tetap datang. Yang diajarkan meditasi bukan membebaskan diri dari masalah, tapi mempersiapkan diri agar bisa melewati setiap penderitaan yang datang (boundless capacity to suffer). Simpan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Berhenti berdoa agar bebas dari masalah, belajar berdoa agar bisa dibikin kuat dan dewasa jiwanya oleh masalah".

Kalau berdoa, baiknya vertikal (ke atas) atau horisontal (ke samping)? Agama-agama yang pusat pencariannya adalah Tuhan, doanya cenderung ke atas. Agama-agama yang pusat pencariannya adalah kedamaian (shanti), doanya cenderung ke samping. Sekarang terpulang ke diri masing-masing. Merasa lebih damai dengan pendekatan yang mana. Jangan ikut-ikutan karena kedewasaan jiwa di dalam berbeda-beda. Mirip dengan berjalan pulang. Bagi yang belum sampai di rumah, doanya selalu memohon agar cepat-cepat sampai rumah. Bagi yang sudah nyampai rumah, berdoa semoga semua mahluk menemukan rumah indah.

Diantara lubang-lubang di tubuh, lubang mana yang paling banyak melakukan pelanggaran? Mulut. Itu sebabnya, banyak Guru-guru suci yang menghabiskan banyak waktu dalam keheningan. Salah satu sebabnya adalah untuk mengurangi pelanggaran dari mulut. Lebih dari itu, semakin dalam pencapaian seseorang, semakin tidak berdaya kata-kata bisa mengungkapkannya. Terinspirasi dari sini, endapkan pesan tua ini jiwa-jiwa yang indah: "diam adalah teman terbaik. Kalau harus bicara, bicara seindah bunga".

Apa buku suci yang menjadi acuan Guruji? Ada buku luar, buku dalam, buku rahasia. Tiap Guru meramu ketiganya secara unik. Kedalaman pemahaman seseorang pada 3 buku ini terlihat pada lamanya cahaya yang bersangkutan memancar dan karismanya. Dalam cerita para Nabi, Avatara, Buddha, beliau masih mengajar ribuan tahun setelah tubuh fisiknya wafat. Cahaya karismanya juga serupa. Sedihnya, sangat sedikit ada manusia yang bisa melihat aura Guru sejati. Dalam cerita Asanga, saat ia menggendong Gurunya (Maitrya) lewat pasar saking gembiranya, kebanyakan orang melihat Asanga menggendong anjing, hanya ada seorang ibu dengan hati yang indah yang melihat, kaki anjing itu kakinya Maitrya.

Kenapa ada Guru spiritual masuk neraka? Sebagaimana dialami banyak Guru spiritual, di tingkat tertentu orang-orang cenderung menghormat. Sebagian bahkan suka mencium kaki. Kalau tidak waspada, penghormatan orang bisa membuat ego menaik. Seseorang bisa mudah marah dan tersinggung karena egonya jadi tinggi. Ini yang membuat sejumlah Guru spiritual mengalami kejatuhan spiritual, termasuk bisa masuk neraka. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Menjadi spiritual adalah menjadi rendah hati. Sebagaimana diajarkan samudra, ketidakberhinggaan hanya dicapai oleh jiwa-jiwa yang tekun merendah".

"Seorang istri yang baru menikah 3 tahun, terus menerus mengeluh soal suaminya yang begini dan begitu...". Pernikahan yang mulus tanpa halangan itu tidak ada. Semua pernikahan ditandai godaan dan cobaan di sana-sini. Dan cobaan ada tidak untuk membuat pernikahan roboh, melainkan untuk membuat jiwa semakin dewasa dari hari ke hari. Mirip dengan apa yang dilakukan matahari panas pada bunga. Hawa panas matahari malah membuat bunga jadi mekar. Dengan cara yang sama, cobaan-cobaan yang datang - asal tekun, tulus, ikhlas - suatu hari akan membuat jiwa jadi mekar. Jangan lupa jiwa-jiwa yang indah: "pernikahan bukan kulkas yang hawanya selalu dingin, melainkan taman jiwa yang terus menerus butuh dirawat".

Di zaman ini, di mana tempat berteduh yang paling sejuk? Di keluarga. Dan ini bisa terjadi kalau seseorang merawat keluarganya seperti merawat taman. Pertama, taman indah karena berisi berbagai warna. Kedua, taman indah kalau rajin disirami. Ketiga, bila dirawat maka taman menghadiahkan keindahan-keindahan. Dengan cara yang sama, keluarga berisi banyak kepribadian yang beda-beda. Keluarga sejuk kalau anggotanya saling menyirami dengan memaafkan, menerima. Setelah perbedaan diterima, rajin saling menyirami, maka baru keluarga bisa jadi taman sejuk yang indah.

Kalau tidak sempat pergi ke tempat suci, doa apa yang sebaiknya diucapkan? Tindakan-tindakan kecil yang menyentuh hati adalah sebentuk doa yang dalam. Ia bisa membantu orang tua menyebrang, mematikan kran air atau saklar lampu yang lupa dimatikan, berbagi senyuman pada anak-anak yang lewat, membersihkan toilet umum yang lupa disiram oleh orang lain. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "doa tidak saja berbentuk suara. Doa yang lebih dalam adalah cinta dalam tindakan".

Agar keseharian senantiasa damai, apa yang perlu dilakukan? Mengalir. Meminjam filsuf Heraclitus, tidak ada yang bisa melangkah di sungai yang sama dua kali. Simpelnya, setiap detik air sungai berganti. Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan. Setiap detik kehidupan berganti. Dan mengalir membuat seseorang menyatu rapi dengan setiap berkah kekinian. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Seni kedamaian adalah seni mengalir. Saat Anda sepenuhnya mengalir, Anda tidak saja mengalami kedamaian, tapi juga mengalami kebersatuan".

Apa praktik spiritual yang sederhana tapi mendalam?. Tersenyum. Terutama karena senyuman jauh lebih dalam dari sekadar bibir yang melengkung. Tatkala seseorang tersenyum, cengkraman pikiran yang penuh penghakiman melonggar, pada saat yang sama hati di dalam belajar mekar. Sebagai akibatnya, senyuman tidak saja mengirim vibrasi kedamaian ke luar, juga mengirim aura kesembuhan ke dalam. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Tatkala Anda tersenyum, sesungguhnya Anda sedang membentuk bibir Anda jadi seindah bunga".