Selasa, 28 Juli 2015

RUMAH DHARMA INDONESIA



MENOLONG DIRI KITA SENDIRI

Setiap pagi, mulailah hari kita dengan melakukan meditasi atau menjapakan mantra. Karena berguna untuk membangun ketenangan dan kejernihan di dalam diri, sebagai bekal yang baik untuk menjalani hari. Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami.

Ketekunan melaksanakan keseluruhan tiga hal ini, yaitu mengembangkan hati belas kasih, terus melakukan kebajikan-kebajikan dan melatih sikap penuh kerelaan [kepasrahan, keikhlasan], seringkali dapat membuat manusia mengalami "lompatan spiritual" yang jauh.
Siapa saja yang dengan tekun melaksanakannya secara seimbang, suatu saat kelak hatinya akan termurnikan, pikirannya menjadi tenang-damai dan kesadarannya akan terangkat ke dimensi yang tinggi.

Seperti apapun kehidupan kita, dalam perjalanan mengarungi hidup ini pasti ada saja masalah-masalah yang datang. Hal ini tidak terhindarkan, salah satu sebabnya karena kehidupan kita dipengaruhi karma. Di jalan dharma kita dibimbing untuk mempersiapkan diri kita dengan cara tekun melaksanakan sadhana, sehingga kesadaran kita tidak mudah teracuni oleh masalah kehidupan. Sebagai contoh, atasi kemarahan dan kebencian dengan mengembangkan hati belas kasih dan tekun melakukan kebajikan, atasi keserakahan dengan rasa syukur dan rasa kerelaan, dsb-nya. Landasan kesadaran ini kemudian kita perkuat dengan praktek meditasi, japa mantra, melukat, sembahyang, dsb-nya.
Memperbaiki perilaku dan kesadaran diri sendiri sesungguhnya adalah untuk menolong diri kita sendiri. Kita hendaknya dapat menyadari hal ini dan menciptakan keberkahan untuk diri kita sendiri dan orang lain.



TATA CARA JAPA MANTRA :

(1). MENGUNDANG.
Undanglah kehadiran Ista Dewata pengayom dan pelindung pribadi kita, atau kalau tidak tahu, undang kehadiran Ista Dewata yang paling kita suka atau paling menginspirasi kita. Caranya ambil japa-mala yang kita kalungkan di leher. Tampilkan mudra namaskara [mencakupkan tangan di dada] sambil memegang japa mala. Duduk tenang dalam posisi meditasi, pejamkan mata dan kita konsentrasi melakukan dhyanawidhi [melakukan visualisasi atau membayangkan]. Visualkan di hadapan kita terbentang langit biru dan awan-awan putih yang indah. Visualkan atau bayangkan Ista Dewata hadir disana, dengan wujud Ista Dewata hidup dan berpendar cahaya. Sebagaimana tertulis di dalam kitab-kitab suci Hindu bahwa siapapun yang memikirkan Ista Dewata dengan kuat, akan mengundang kehadiran Beliau. Rasakan dengan hati dan dengan sraddha [keyakinan] bahwa Beliau hadir di hadapan kita.
(2). MEMOHON.
Tampilkan mudra puja mencakupkan tangan di kening dan sampaikan doa atau permohonan kita. Ini kita sampaikan dengan kata-kata sendiri, sambil tetap melakukan visualisasi [membayangkan] kehadiran Ista Dewata di langit biru dan awan putih di hadapan kita. Jika kita sedang bersedih, bukalah hati kita dengan semua perasaan duka dan sakit yang kita rasakan. Silahkan curhat kepada Beliau tentang masalah yang kita alami dan benar-benarlah minta pertolongan. Jika kita sedang bahagia, sampaikan bahwa kita mempersembahkan karma baik dari penjapaan mantra kita untuk orang lain [mungkin untuk keluarga, orang dekat, atau siapapun]. Ini bertujuan untuk menumbuhkan dan membangun hati belas kasih dan tidak mementingkan diri sendiri.
(3). MEMANGGIL.
Pegang dan gunakanlah japa-mala di dada dengan cara penjapaan mantra, sambil tetap melakukan visualisasi [membayangkan] kehadiran Ista Dewata di langit biru dan awan putih di hadapan kita, serta ucapkan mantra Ista Dewata dengan sepenuh hati. Misalnya [contoh] Dewi Saraswati, japakan mantra OM AIM SARASWATYAI NAMAHA. Atau misalnya Dewa Shiwa, japakan mantra OM NAMAH SHIWAYA. Mantra-mantra suci Ista Dewata yang telah digunakan selama ribuan tahun oleh jutaan mahluk sebagai sumber kesembuhan jiwa, pemurnian dan perlindungan. Ketahuilah bahwa di alam-alam suci para Ista Dewata selalu ada untuk kita. Mendengarkan kita, memahami kita dengan belas kasih tanpa syarat, tanpa pernah menghakimi kita.
(4). MALINGGIHKAN ISTA DEWATA DI DALAM DIRI
Setelah selesai menjapakan mantra, tangan tetap di dada memegang japa mala. Visualkan seluruh tubuh Ista Dewata memancarkan cahaya suci berwarna putih sangat terang dan kemudian wujud Beliau lebur sepenuhnya menjadi cahaya suci. Lalu cahaya suci putih terang ini bergerak diatas kita dan masuk ke dalam diri kita melalui chakra sahasrara atau chakra mahkota. Cahaya suci ini terserap menyatu dengan diri kita. Membuat badan kita sepenuhnya lebur ke dalam wujud cahaya suci putih terang benderang. Yang menyembuhkan jiwa kita, memurnikan kita, mengalirkan kekuatan belas kasih dan kebijaksanaan-Nya dan mengubah semua kesedihan kita menjadi ketenangan dan kedamaian. Terus pertahankan visual badan kita menjadi wujud cahaya suci putih terang benderang-Nya, sampai kita dapat merasakan bahwa antara diri kita dengan Ista Dewata menjadi satu.
Lakukan semua latihan sadhana Mantra Yoga ini setiap hari berulang kali dengan tekun. Mengundang Beliau, menjapakan mantra suci-Nya dan meleburkan diri kita dengan kekuatan suci-Nya. Seiring waktu nanti perlahan-lahan kesengsaraan dan kegelapan bathin kita akan dileburkan ke dalam ketenangan dan kedamaian. Kita akan menyadari dengan kesadaran bahwa Ista Dewata tidak berada diluar diri kita, Beliau selalu hadir bersama kita.



MELAKSANAKAN SADHANA

Alasan utama melaksanakan sadhana adalah untuk menguatkan kesadaran sehingga kita tidak mudah marah, tidak mudah mengeluh, sabar dan memaafkan, dsb-nya, serta menguatkan kekuatan belas kasih dan kebajikan kita dalam diri kita.
Salah satu penunjang yang baik untuk sadhana-sadhana yang kita lakukan adalah dengan tirtayatra ke tempat suci yang memiliki hubungan karma kuat dengan kita. Karena hal itu tidak saja mengisi energi suci pada jiwa kita, serta memberi kekuatan kepada kesadaran kita, tapi juga sekaligus menguatkan naungan perlindungan para Ista Dewata bagi perjalanan jiwa kita dalam samsara.



HIDUP INI HARUS ADA KESEIMBANGAN

Bagaimanapun perjalanan kehidupan kita, hendaknya kita juga mengisinya dengan menapaki jalan spiritual dharma. Karena dalam hidup ini harus ada keseimbangan.
Leluhur kita di Bali mengajarkan dharma sederhana tapi sangat mendalam, "idupe nak anggo ngalih bekel idup lan bekel mati" [hidup ini adalah perjalanan untuk mencari bekal kehidupan dan mencari bekal kematian]. Hanya sayangnya, kebanyakan manusia hanya penuh persiapan dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti, sangat sedikit yang melakukan persiapan terkait kematian yang kelak suatu saat pasti datang.
Alasan utama menapaki jalan spiritual dharma adalah menguatkan kesadaran kita agar tidak mudah marah, tidak mudah mengeluh, sabar dan mudah memaafkan, dsb-nya, serta menguatkan kekuatan belas kasih dan kebajikan kita dalam diri kita. Melalui ketekunan melaksanakan "sadhana dalam" seperti meditasi, penjapaan mantra, melukat, tirtayatra, sembahyang, disertai ketekunan melaksanakan "sadhana luar" seperti melakukan kebajikan-kebajikan, mengendalikan perkataan dan perbuatan, kesabaran, memaafkan, tidak menghakimi, dsb-nya.
Karena dengan demikian, tidak saja hati kita akan menjadi damai, kehidupan kita selamat dari banyak bahaya, sekaligus juga jiwa kita menjadi semakin terang dan bercahaya.



TINGKATAN KEBAHAGIAAN

Ada beberapa tingkatan kebahagiaan. Tingkat kebahagiaan yang terendah adalah kama shanti, yaitu merasakan kebahagiaan karena sebagian dari keinginan, harapan, kepuasan, ambisi, cita-cita, hasrat, gairah, kepentingan, atau ego kita terpenuhi. Sifat kebahagiaan seperti ini sangat rapuh atau goyah, serta umurnya tidak lama. Tapi tentu saja tidak salah mencari kebahagiaan seperti ini. Hal ini juga bagus dan berguna, terutama ketika melaksanakan swadharma [tugas-tugas kehidupan] sebagai energi pendorong kemajuan.
Penting sekali agar kita menggunakan semua hal itu hanya sebatas sebagai energi pendorong kemajuan hidup. Hindarilah semua hal itu agar tidak menjadi perangkap kehidupan.
Kemudian ada tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi, yaitu manah shanti. Manah shanti didapat bukan dengan mengejar kesenangan atau kebahagiaan, tetapi dengan cara melakukan kebajikan-kebajikan kepada sesama. Merasakan kebahagiaan dari kegiatan melepaskan, merelakan dan memberi.
Umumnya bagi orang biasa yang belum siap, hal ini dapat menimbulkan keragu-raguan atau bahkan cemoohan. Tapi sesungguhnya kita bisa melatihnya secara bertahap.
Tahap pertama [sadhana menanam benih-benih belas kasih dan kebajikan], kita mulai dengan cara paling mudah dan murah, biasakanlah secara diam-diam mendoakan orang lain atau mahluk lain. Melihat pengemis di jalan doakan kemakmuran mereka, melihat orang sakit doakan kesembuhan mereka, melihat orang pacaran mesra doakan kebahagiaan mereka, dsb-nya. Niatkan dalam hati mereka berbahagia, doakan mereka selamat. Tidak apa-apa dengan kata-kata singkat dan sederhana, yang penting tulus dan sepenuh hati.
Tahap kedua [sadhana menyemaikan benih-benih belas kasih dan kebajikan], selain mendoakan, tambahkan dengan membiasakan diri kita menolong orang lain dalam hal kecil-kecil saja, seperti membantu orang menyeberang di jalan, memberikan tempat duduk untuk orang tua di bis, membukakan pintu dan mempersilahkan lebih dahulu orang masuk ke minimarket, ada sampah berserakan kita buang ke tong sampah, ada keran lupa dimatikan kita matikan, ada piring kotor kita cucikan, melihat banyak burung kita sebarkan beras untuk makanan mereka, dsb-nya. Dengan sedikit kejernihan, kehidupan ini sesungguhnya menghadirkan samudera luas tempat mengekspresikan belas kasih dan kebajikan setiap saat.
Tahap ketiga [sadhana menumbuhkan benih-benih belas kasih dan kebajikan], selain mendoakan serta membiasakan menolong orang lain dalam hal kecil-kecil, kemudian kita perluas lagi dengan melakukan pertolongan bagi orang lain dalam hal-hal yang lebih besar. Tahap ini bukanlah sekedar melakukan kebajikan saja, melainkan melakukan kebajikan dengan pengorbanan, atau bahkan dengan penderitaan. Selain itu berlatihlah untuk memberi maaf, kemudian mendoakan kebahagiaan dan keselamatan [memancarkan belas kasih], bagi orang-orang yang bersalah atau membenci kita. Tentu jangan mengharapkan proses ini enak. Kadang bahkan terasa sangat tidak enak, semata karena kita belum terbiasa dan ego kita melakukan perlawanan. Tapi nantinya jika buahnya sudah matang, kita akan mendapatkan perasaan bahagia itu datang secara ajaib entah dari mana asalnya. Jika hanya dipikirkan saja, hal ini sulit dimengerti karena tidak logis. Kita hanya bisa kelak membuktikan dan mengalaminya sendiri, jika kita mau dan tekun melaksanakannya.
Jika kita sudah menguasai ketiga hal tersebut dengan baik, kita bisa meningkatkannya ke tahap keempat [sadhana memekarkan bunga belas kasih dan kebajikan]. Yaitu, selain melaksanakan ketiga hal tersebut, kita tambahkan dengan sadhana belas kasih dan kebajikan secara abstrak. Caranya melakukan kebajikan bukan dengan materi, melainkan melalui kesabaran kepada semua orang, selalu memaafkan, tidak menghakimi orang lain, menyediakan diri menjadi pendengar yang baik, memberikan perhatian, dsb-nya.
Dengan melatih dan melaksanakan ke-empat sadhana tersebut secara bertahap, kita sudah memegang kunci untuk mencapai manah shanti, kebahagiaan sejati. Tetapi sekali lagi, proses ini awal-awalnya bisa terasa tidak enak. Serta jangan pernah mengharapkan balasan atau imbalan, karena seringkali justru kita harus merasa menderita dulu dan mengorbankan ego. Mungkin sering-sering kita akan merasa terkurangi atau merasa mengalami kerugian bagi orang lain. Semata karena jangkauan pandangan kita masih sempit [sesempit diri kita sendiri]. Tetapi dalam jangkauan pandangan yang luas, sesungguhnya hal itu adalah sebuah keuntungan luar biasa yang akan abadi.
Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami.



PEMURNIAN KESADARAN

Dalam perjalanan kehidupan ini munculnya kebahagiaan dan kesengsaraan selalu datang silih berganti. Munculnya kesengsaraan dalam perjalanan kehidupan ini sesungguhnya tidaklah seburuk yang kita sangka. Jika kita dapat menghadapinya dengan sadhana dharma, maka kesengsaraan tidak akan meracuni kehidupan kita.
Jika kita dapat menyambut setiap bentuk kesengsaraan dengan sabar, penuh kerelaan dan kebaikan hati, disana kita sedang membayar hutang-hutang karma buruk masa dahulu untuk kemudian terbebaskan.
Jika kita dapat menyambut setiap bentuk kesengsaraan dengan sabar, penuh kerelaan dan kebaikan hati, disana dengan sendirinya kita akan mengalami proses pemurnian kesadaran. Rasa terganggu, rasa sakit, kesedihan dan penderitaan, dsb-nya, yang dapat dihadapi dengan sabar, penuh kerelaan dan kebaikan hati, akan menjadi proses pembersihan yang membuat kesadaran kita semakin jernih dan semakin murni dari hari ke hari.

Saat kita tekun melakukan kebajikan, kebajikan dan kebajikan, kebahagiaan hidup mungkin tidak langsung datang, tapi pemurnian kesadaran kita sudah dimulai dan sebagian musibah dan malapetaka sudah menjauh. Saat kita melakukan kejahatan-kejahatan atau pelanggaran dharma, tidak saja kesadaran kita akan dibuat menjadi gelap dan keruh, tapi juga musibah dan malapetaka akan terus semakin mendekat. Semua pilihannya ada di tangan kita sendiri.

KETEKUNAN MELAKSANAKAN SADHANA

Jika kita tidak membangun kekuatan kesadaran melalui ketekunan melaksanakan sadhana, maka pikiran-perasaan negatif [seperti iri hati, marah, benci, dendam, serakah, galau, resah, sedih, rasa sakit, dsb-nya] biasanya lebih kuat dibandingkan kesadaran. Itu sebabnya ketika marah kita bertengkar, ketika benci kita mengeluarkan kata-kata menyakitkan, ketika kecewa kita stress, ketika sedih kita menangis, ketika ada godaan kita serakah, dst-nya. Karena kesadaran kita dibenamkan oleh perasaan-pikiran negatif.
Melalui ketekunan melaksanakan "sadhana dalam" seperti meditasi, penjapaan mantra, melukat, sembahyang, disertai ketekunan melaksanakan "sadhana luar" seperti melakukan kebajikan-kebajikan, mengendalikan perkataan dan perbuatan, kesabaran, memaafkan, tidak menghakimi, dsb-nya, disana kemudian cengkeraman perasaan-pikiran negatif terhadap kesadaran perlahan-lahan mulai melemah. Semakin tekun dan mendalam kita melaksanakan sadhana, tentunya kesadaran kita akan semakin kuat.
Sebagai hasilnya perasaan-pikiran negatif tidak lagi menjadi diktator bagi kesadaran kita. Dalam arti, perasaan-pikiran negatif tetaplah sama datang dan pergi tidak berubah, karena demikianlah hukum semesta, tapi kita mulai bisa melepaskan diri dari cengkeraman perasaan-pikiran negatif yang muncul, karena kesadaran sudah mulai kuat. Sehingga kita tidak mudah marah, tidak mudah kecewa, tidak mudah menangis dan tidak mudah berkelahi.
Tapi tentu saja karena ketidak-sempurnaan kita sebagai manusia, ditambah dengan derasnya gangguan dan masalah kehidupan, walaupun kita sudah tekun melaksanakan sadhana, kadang-kadang masih kembali terjadi kesadaran kita dibenamkan oleh perasaan-pikiran negatif. Sehingga pengalaman buruk seperti ketika marah kita bertengkar, ketika benci kita mengeluarkan kata-kata menyakitkan, ketika kecewa kita stress, ketika sedih kita menangis, ketika ada godaan kita serakah, dst-nya. Namun jangan mudah putus asa. Teruskan, teruskan dan teruskanlah ketekunan melaksanakan sadhana. Seperti air yang terus-menerus menetes di batu, lama-kelamaan batu yang sangat keras juga pasti akan dapat ditembus.

Sadhana merupakan upaya-upaya spiritual, serta praktek-praktek melatih diri, dengan tujuan agar kesadaran kita lebih kuat dibandingkan pikiran dan perasaan, dalam pengalaman hidup apapun yang kita alami, serta dalam pikiran-perasaan apapun yang muncul dalam diri kita.
Selama kita tidak tekun melakukan sadhana, selama itu juga kehidupan kita akan penuh dengan kesengsaraan. Sedikit saja ada masalah atau gangguan dalam kehidupan, bisa dengan cepat melenyapkan kesadaran karena ditenggelamkan rasa marah, sakit hati, kecewa, dendam, takut, dsb-nya. Sedikit saja ada keberuntungan, keunggulan atau kebahagiaan dalam kehidupan, bisa dengan cepat melenyapkan kesadaran karena ditenggelamkan pikiran sombong, serakah, tidak puas, mementingkan diri sendiri, dsb-nya. Dimana semua itu merupakan bentuk-bentuk pikiran-perasaan yang cepat atau lambat akan menyengsarakan.
Ketekunan melaksanakan sadhana secara pelan tapi pasti membuat kesadaran kita lebih kuat dibandingkan pikiran-perasaan. Memperbesar kemampuan kita untuk menerima dan mengalir sempurna dengan setiap aliran pikiran, perasaan dan karma-karma yang datang sesuai hukum alam semesta.
Rasa marah, sakit hati atau kecewa mungkin tetap muncul, tapi kita bisa diam dan sabar. Rasa dendam mungkin masih ada, tapi kita bisa segera memaafkan. Rasa takut mungkin masih ada, tapi kita bisa tabah. Pikiran sombong mungkin tetap muncul, tapi kita dapat bersikap rendah hati. Pikiran serakah dan tidak puas mungkin masih ada, tapi kita bisa tetap bersyukur. Pikiran mementingkan diri sendiri mungkin tetap muncul, tapi kita tetap dapat bersikap penuh kebajikan. Karena kesadaran kita lebih kuat dibandingkan pikiran-perasaan. Kita dapat tetap terserap dalam kesadaran, walau pengalaman hidup apapun yang kita alami, walau pikiran-perasaan apapun yang muncul dalam diri kita.
Sebagai hasilnya pikiran kita lebih jernih dan tenang, kehidupan kita cenderung lebih aman dari konflik dan bahaya, karma-karma buruk kita lebih sedikit, serta hidup kita tidak sia-sia karena telah menjadi sebuah perjalanan yang terang.  



PERJALANAN KEHIDUPAN

Dalam perjalanan kehidupan ini manusia itu “swatantra katah”, yang berarti mahluk yang sepenuhnya memiliki kehendak bebas dan sekaligus bertanggung jawab atas semua perbuatannya sendiri. Diri kita sendiri-lah yang sepenuhnya merancang dan menentukan alur perjalanan kehidupan kita sendiri. Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita selalu tekun dan bersemangat mengumpulkan akumulasi karma baik, agar kehidupan di masa depan menjadi baik dan beruntung. Karena melakukan kebajikan disaat ini, secara pasti akan mengirimkan kebahagiaan dan kedamaian di masa depan.
Jika perjalanan hidup kita disaat ini mengalami banyak masalah dan kesengsaraan, kita harus sadar bahwa ini semua tidak lepas dari karma kita sendiri. Disaat yang sama kita harus punya tekad kuat dan kesadaran, bahwa kita harus merubahnya menjadi lebih baik, agar kelak hidup kita tidak sengsara seperti saat ini. Caranya dengan berusaha tidak melakukan perbuatan yang melanggar dharma, serta mengisi hidup kita dengan banyak-banyak berbuat kebajikan.
Sebaliknya, jika perjalanan hidup kita mengalami banyak kemudahan dan kebahagiaan, kita juga harus sadar bahwa ini semua tidak lepas dari karma kita sendiri. Tapi kita juga tetap harus punya tekad kuat dan kesadaran, bahwa kita harus berusaha tidak melakukan perbuatan yang melanggar dharma, serta mengisi hidup kita dengan banyak-banyak berbuat kebajikan. Dengan tidak melaksanakan kebajikan saja hidup kita sudah bahagia, apalagi kalau kita melaksanakan dharma dan banyak melakukan kebajikan. Dan bukan sebaliknya, hanya tinggal menunggu waktu saja akumulasi karma baik kita ini habis, untuk kemudian hidup kita juga akan kembali mengalami terjun bebas ke dalam jurang kesengsaraan.
Hendaknya jangan pernah merasa enggan berkarma baik, karena tidak pernah ada kebajikan yang sia-sia. Apalagi kalau sampai kita melakukan berbagai karma buruk tanpa mempertimbangkan akibatnya. Banyak orang dalam avidya [kebodohan, ketidaktahuan] menyangka perbuatan adharma yang dia lakukan itu nikmat dan manis laksana madu, selama ketika buah karma buruk dari perbuatannya itu belum matang. Tapi disaat buah karma buruk dari perbuatannya itu matang, maka disanalah dia akan mengalami kesengsaraan.
Pandangan yang mengatakan bahwa kehidupan ini sudah ditentukan oleh garis karma yang tidak bisa dirubah, adalah salah satu dari pandangan salah. Salah satu arti dari menempuh jalan dharma adalah selalu berusaha merubah garis karma kita ke arah yang lebih baik.

Dalam kehidupan manusia tidak pernah ada kehidupan yang selalu nyaman dan bebas dari masalah. Jika kesulitan, kemalangan dan masalah sudah saatnya datang dalam kehidupan akibat akumulasi karma, dia akan datang dengan tidak bisa dibendung. Mereka yang larut dalam perasaan kecewa, sedih, marah, sakit hati atau putus asa, itu merupakan sebuah masukan kalau pikirannya masih sempit. Karena kebahagiaan hanya persoalan memandang dari sudut pandang yang tepat. Jika sudut pandang pikiran positif dan lembut maka kebahagiaan akan hadir di dalam kehidupan.
Jika kesulitan, kemalangan dan masalah dalam kehidupan sudah terasa demikian menyakitkan, itu merupakan sebuah masukan bahwa kita sudah menjauh dari jalan dharma. Cobalah untuk tidak lari ke minuman keras, tempat dugem, selingkuh, judi, narkoba, dsb-nya. Karena itu semua dengan cepat atau lambat akan membuat perjalanan kehidupan semakin gelap dan memburuk. Cobalah untuk tidak larut di dalam perasaan kecewa, sedih, marah, sakit hati atau putus asa. Tapi ambil langkah sebaliknya, carilah perlindungan pada jalan dharma. Mulailah belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri, belajar melayani orang lain dan belajar bersikap lembut [tidak kasar]. Mulailah melaksanakan sadhana seperti belajar meditasi, menjapakan mantra Ista Dewata, tirtayatra dan melukat ke parahyangan suci kuno, dsb-nya. Karena dengan cara ini perlahan-lahan pikiran akan semakin sejuk dan damai, sekaligus akan menguatkan kesadaran.

Di dalam perjalanan kehidupan ini kita pasti pernah mengalami masalah dan gangguan yang datang dari luar. Tetapi yang membuat masalah akan menjadi lebih besar dan berbahaya justru berasal dari dalam diri. Ketika bertemu masalah dan gangguan, kemudian respon kita adalah melawan balik dengan melakukan tindakan adharma. Ini disebabkan oleh ahamkara [ego, ke-aku-an]. Dan ahamkara pula yang menyebabkan kita terus menerus dilahirkan dalam roda samsara, bertemu dengan dualitas kebahagiaan dan kesengsaraan. Terbelenggu dalam riak-riak guncangan dan segala sesuatu yang tidak kekal.
Jika serius di jalan dharma, berusahalah memberikan yang terbaik dalam melaksanakan hidup ini. Tapi apapun yang terjadi diperlukan keikhlasan untuk dapat menerima hal-hal tersebut. Disaat yang berat dan buruk, duduklah bermeditasi. Renungkanlah secara meditatif bahwa tubuh fisik ini bukan milik-ku, perasaan ini bukan milik-ku, pikiran ini bukan milik-ku dan harta benda ini bukan milik-ku. Kemudian semuanya kita persembahkan kembali kepada alam semesta. Ini akan lebih mendalam lagi jika dalam kehidupan sehari-hari kita sering-sering menolong, memberi dan berbagi kebahagiaan kepada mahluk lain.
Di Bali ini disebut ngewaliang [mengembalikan]. Ini adalah ajaran kuno warisan leluhur orang Bali. Nama Pulau Bali sendiri berasal dari kata wali [kembali], mengembalikan, sebagai sadhana menuju puncak dari ajaran spiritual yang tertinggi. Karena dengan selalu dan selalu ngewaliang [mengembalikan], sangat mungkin ahamkara akan terus terkikis. Sampai pada suatu titik kita akan mengalami keheningan, kejernihan dan kedamaian di dalam diri.

Semua kehidupan akan berakhir pada kematian. Menyangkut kematian, ada 3 [tiga] kemungkinan perjalanan Atma meninggalkan alam marcapada dengan cara yang baik atau cara yang diharapkan, yaitu :
(1). Atma mengupayakan sendiri jalan menuju alam-alam suci.
Kemungkinan ini bersandar kepada akumulasi karma baik kita semasa hidup dan latihan sadhana yang kita lakukan semasa hidup. Jika dalam masa kehidupan kita memiliki karma baik yang berlimpah, serta telah mengembangkan suatu kebiasaan untuk rutin meditasi, japa mantra, dsb-nya, maka di alam kematian ini merupakan kebiasaan yang amat berguna. Karena memudahkan kita untuk masuk ke dalam keheningan meditasi yang membawa kita ke alam-alam suci, atau memudahkan kita mengundang kehadiran Satguru atau Ista Dewata pengayom dan pelindung yang kekuatan suci-Nya akan menarik Atma masuk ke alam-alam suci.
(2). Atma dibantu diseberangkan menuju alam-alam suci oleh orang yang siddhi.
Kemungkinan ini bersandar kepada akumulasi karma baik kita semasa hidup dan peran keluarga, kerabat atau orang lainnya yang masih hidup, dengan menyelenggarakan suatu upacara ngaben atau bentuk upacara lainnya yang berhasil secara niskala. Dimana keberhasilan penyeberangan Atma di dalam upacara ngaben paling ditentukan oleh keterampilan dan kesiddhian sang yajamana [pemuput upakara]. Tapi tetaplah dalam kehidupan kita harus mengumpulkan banyak-banyak akumulasi karma baik. Karena yang menentukan berhasil tidaknya sebuah proses penyeberangan Atma juga sangat erat kaitannya dengan akumulasi karma baik seseorang. Kalau tidak ada karma baik, tidak akan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan upacara penyeberangan Atma. Kalaupun mendapatkan kesempatan tersebut, maka kegagalan penyeberangan Atma dalam upacara ngaben atau bentuk upacara lainnya sangat mungkin terjadi karena faktor karma buruk yang terlalu berat. Faktor karma selalu bekerja. Jika akumulasi karma baik berlimpah semasa hidup akan sangat membantu membuat penyeberangan Atma menjadi mudah dilakukan.
(3). Atma dijemput oleh kekuatan para suci.
Kemungkinan ini bersandar kepada akumulasi karma baik kita yang sangat berlimpah semasa hidup, serta perlu didukung oleh faktor tambahan. Yaitu jika semasa kita hidup kita sangat taat dan bhakti kepada Satguru atau Ista Dewata, sehingga Satguru atau Ista Dewata akan hadir untuk menjemput kita menuju alam-alam suci. Atau jika ada orang lain [keluarga, teman, dsb-nya] yang semasa kita hidup kita sayangi dengan sepenuh hati tanpa syarat, atau orang yang pernah kita buat jasa kebajikan yang sangat besar [yang berhasil terlebih dahulu memasuki alam-alam suci]. Mereka akan datang sebagai “dewa penolong” untuk menolong dan menjemput kita dan mengantar menuju alam-alam suci.
Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami .



YOGA SUTRA 1.33

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, pikiran dapat dimurnikan dengan keramahan dan kehangatan kepada mereka yang sedang bahagia, belas kasih dan kebajikan kepada mereka yang sedang sengsara, mendukung dan membantu orang-orang yang baik hati, serta tidak menghakimi dan menilai buruk [bersikap netral] terhadap orang-orang yang kita rasa jahat atau salah.



BELAS KASIH DAN KEBAJIKAN

Titik pusat dari seluruh sadhana dharma adalah menumbuhkan hati yang penuh belas kasih dan tekun melakukan kebajikan-kebajikan kepada semua mahluk. Artinya jika seluruh ajaran Hindu Dharma dipusatkan menjadi satu saja maka itu adalah belas kasih dan kebajikan kepada semua mahluk.
Jika dalam kehidupan kita penuh belas kasih dan banyak melakukan kebajikan, akan memurnikan samskara [kesan-kesan pikiran], yang memberikan kita kedamaian pikiran dan perasaan yang terang. Pikiran kita dihantarkan menjadi tidak mudah marah, tidak mendendam, bebas dari rasa iri hati, dsb-nya. Singkatnya, akan dapat meredakan berbagai kegelapan dan kekalutan pikiran.
Jika dalam kehidupan kita penuh belas kasih dan banyak melakukan kebajikan, akan memudahkan kita mengerti ajaran dharma yang sebenarnya. Selain itu akan memberikan daya angkat yang besar bagi setiap sadhana yang kita lakukan. Ketika kita meditasi cepat mencapai samadhi, ketika sembahyang atau japa mantra kita mudah terhubung dengan alam-alam suci.
Jika dalam kehidupan kita penuh belas kasih dan banyak melakukan kebajikan, musuh kita pasti berkurang dan kita terhindar dari konflik-konflik berbahaya. Pengalaman-pengalaman hidup kita cenderung lebih aman dan terhindar dari bahaya.
Jika dalam kehidupan hati kita penuh belas kasih dan banyak melakukan kebajikan, karma-karma buruk kita akan bisa mendapat keringanan. Selain itu dewa penolong kita akan “turun”. Mungkin tanpa kita ketahui, kita akan selalu dijaga dan dibantu oleh kekuatan-kekuatan suci dari alam-alam luhur yang tidak terlihat tersebut. Dan kelak ketika kita meninggal dunia sangat mungkin kita dapat memasuki alam-alam suci atau jika kemudian terlahir kembali sebagai manusia akan berjodoh dengan ajaran dharma dan hidup didominasi oleh kebahagiaan dan kemudahan.
Apa yang akan terjadi dengan orang yang dalam kehidupannya gagal melaksanakan belas kasih dan kebajikan ? Laksana burung yang sayapnya patah, dia akan terjatuh. Tidak ada pilihan lain selain terjatuh pada kelahiran rendah [lahir sebagai binatang, menjadi mahluk alam bawah] yang penuh kesengsaraan. Darisana dia harus merangkak teramat susah payah dalam jangka waktu lama agar bisa terlahir kembali menjadi manusia. Sehingga, sebelum terlambat, sebaiknya dalam kehidupan ini kita belajar menumbuhkan hati yang penuh belas kasih dan tekun melakukan kebajikan-kebajikan.

Dalam ajaran dharma, apapun mantra dan doa yang kita ucapkan, pasti akan ditutup dengan mantra paramashanti, Om Shanti Shanti Shanti Om, semoga kedamaian meliputi seluruh alam semesta [tri loka]. Artinya tujuan puncak dari apapun ajaran dharma adalah kedamaian, kedamaian dan kedamaian.
Kedamaian adalah hasil dari praktek belas kasih dan kebajikan yang mendalam.

Ketika kita melakukan suatu perbuatan kebajikan, mungkin kebahagiaan dan rejeki tidak akan langsung datang tapi musibah sudah mulai menjauh. Ketika kita melakukan suatu perbuatan kejahatan, mungkin musibah dan kesengsaraan tidak akan langsung datang tapi kedamaian sudah mulai menjauh.
Di alam ini ada hukum semesta yang berlaku mutlak. Sehingga jika kita berharap memperoleh jalan kehidupan yang terang dan damai, melakukan kebajikan adalah suatu hal yang wajib dilakukan dalam perjalanan kehidupan. Lakukan kebajikan setiap kali ada kesempatan.



PERTANDA KEMAJUAN SPIRITUAL

Pertanda adanya kemajuan spiritual bukanlah seberapa banyak kita mengetahui isi sastra suci, atau hafal banyak mantra dan mudra, atau banyak pura yang sudah kita jelajahi, atau banyak punya pengikut, atau tingkat kehebatan kesiddhian [kekuatan supranatural], atau posisi jabatan kita sebagai pemuka agama.
Satu-satunya pertanda kemajuan spiritual adalah hati yang penuh belas kasih, tindakan yang penuh kebajikan dan pikiran tenang-seimbang yang bebas dari penilaian [penghakiman]. Karena inilah satu-satunya pertanda yang terkait dengan tingkat kesadaran yang tinggi pada setiap mahluk.

Bagi orang kebanyakan, munculnya masalah, kesulitan, kesengsaraan dalam kehidupan seringkali dipandang sebagai cobaan atau hukuman Tuhan. Dan munculnya godaan-godaan duniawi dalam kehidupan seringkali dipandang sebagai godaan setan yang harus diperangi. Sehingga banyak orang yang melarikan diri dari hal seperti ini, untuk kemudian larut dalam kemarahan, kesedihan ataupun kecemasan.
Sedangkan bagi para sadhaka di jalan dharma yang mendalam, jika dalam kehidupan banyak muncul masalah, kesulitan, kesengsaraan, ataupun muncul godaan-godaan duniawi, hal itu merupakan pertanda adanya kehadiran Sadguru yang dengan penuh belas kasih sedang membimbing sang sadhaka menuju jalan suci. Karena di tingkat-tingkat awal ego atau keakuan [ahamkara] sedang dihancurkan habis-habisan. Kadang bahkan dengan cara yang sangat menyakitkan, hanya agar ego dan keakuan terus menerus mengecil.
Ego yang besar sering diibaratkan seseorang yang hanyut dibawa arus sungai pikiran dan perasaan. Pilihannya ada di tangan kita sendiri, apakah kehidupan membawa kita menjadi marah, sedih atau cemas, ataukah membawa kita berkonsentrasi menuju jalan suci yang terang. Caranya dengan tekun melaksanakan sadhana dharma agar kesadaran kita semakin menguat dari hari ke hari.



MENGHADAPI MASALAH-MASALAH KEHIDUPAN

Di dalam menghadapi masalah-masalah di dalam kehidupan kita, hindarilah terjebak kedalam empat jenis ke-ekstrim-an.
1]. Ke-ekstrim-an jenis pertama dalam menghadapi masalah adalah sepenuhnya menyalahkan orang lain, dalam arti memandang diri kita semata baik atau benar.
Ini adalah keekstreman yang berbahaya karena dapat mengarah pada sikap kejam dan melakukan kekerasan kepada orang lain. Serta menumbuhkan sikap sombong, merasa kita tidak perlu berubah dan kita tidak perlu menghentikan cara-cara negatif kita atau cara-cara kita yang tidak tepat, karena kita baik dan benar. Sesungguhnya apapun masalah dalam kehidupan, semua pihak memiliki saling keterkaitan dan perannya masing-masing.
2.] Ke-ekstrim-an jenis kedua dalam menghadapi masalah adalah sepenuhnya menyalahkan diri kita sendiri, dalam arti semata memandang diri kita buruk atau salah. Karena bahayanya ini bisa memburuk menjadi perusakan diri.
Jika kita terlalu memusatkan diri pada kesalahan dan kekurangan diri kita, ini bisa dengan mudah mengembangkan penghargaan diri yang rendah. Itu berlawanan arah dengan tujuan pengembangan kesadaran. Memang kita sangat perlu mengakui sisi-sisi yang perlu kita perbaiki. Tapi haruslah seimbang. Artinya kita juga perlu mengakui sisi-sisi positif kita, supaya kita bisa mengembangkan sisi-sisi positif kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Setiap manusia pasti memiliki sisi negatif dan sisi positif. Mengakui sisi-sisi negatif yang perlu kita perbaiki, perlu juga dimbangi dengan mengingat sisi-sisi positif kita. Sadhana dharma tidak hanya berfokus kepada memperbaiki sisi-sisi negatif kita saja. Tapi kita juga perlu berusaha menguatkan sisi-sisi positif kita.
3.] Ke-ekstrim-an jenis ketiga dalam menghadapi masalah adalah hanya perhatian kepada perasaan diri kita sendiri saja. Karena bahayanya ini bisa memburuk menjadi sifat egois dan mementingkan diri sendiri.
Kita hanya memandang perasaan kita sendiri dan tidak menaruh perhatian pada perasaan orang lain. Orang lain harus menerimanya, karena tidak ada perasaan orang-orang lain yang penting. Ini bisa menguatkan kecenderungan dalam diri bahwa perasaan kita adalah yang paling penting di dunia. Ini merupakan sifat egois yang merusak kesadaran dan akan membuat kita sengsara.
4.] Ke-ekstrim-an jenis ke-empat adalah masih tetap menyimpan rasa bersalah dari masalah waktu dulu yang sudah lewat. Karena bahayanya ini bisa memburuk menjadi penyiksaan diri.
Hindari berpikir, “Aku buruk. Aku jahat. Aku tidak berguna. Aku melanggar dharma”. Ini merupakan penyiksaan diri yang merusak sekaligus tidak berguna. Tidak ada kesalahan dari masa lalu, yang ada hanya pelajaran-pelajaran kehidupan. Ambil pelajarannya, perbaiki diri dan tinggalkan kejadiannya. Jika kita ingin membebaskan diri kita dari kesalahan yang kita miliki dan menghindari kesalahan lebih lanjut di masa depan, sikap paling sehat adalah berpikir, “Jika aku ingin bebas dari kesalahanku, aku akan tekun melakukan sadhana dharma.”
Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami.



PENTINGNYA KETERHUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA

Tradisi spiritual kuno dari berbagai belahan dunia memiliki satu kesamaan, yaitu semuanya mengerti pentingnya keterhubungan antara manusia dengan alam semesta. Orang India mengenal gunung, danau dan sungai suci sebagai stana dari para Ista Dewata. Orang Bali mengenal gunung, hutan, danau dan mata air suci sebagai tempat-tempat sakral untuk penyembuhan dan meditasi. Karena pada titik-titik tertentu di alam ini memiliki kekuatan yang sangat menyembuhkan dan menyegarkan badan serta jiwa.
Para orang suci di jaman dahulu mendirikan parahyangan suci di tempat-tempat sakral seperti itu bertujuan sebagai tempat upacara yang memancarkan getaran energi kedamaian ke alam dan semua mahluk, sebagai tempat bernaung bagi masyarakat luas agar jiwa-jiwa mereka terjaga dari kemungkinan jatuh ke alam-alam bawah dan sebagai tempat sadhana bagi para sadhaka agar jiwa-jiwa mereka terbantu dalam perjuangan spiritualnya.

Tanah Bali adalah tanah yang sangat sakral. Dalam kehidupan penganut Hindu Bali hampir setiap tempat adalah tempat suci. Orang Bali mensucikan rumahnya, mensucikan desa-nya, mensucikan airnya, mensucikan tanahnya, mensucikan lautnya, mensucikan hutannya, pada intinya mensucikan setiap sudut ruang Tanah Bali. Memberikan persembahan suci, itu dan hanya itu. Seringkali tidak bersuara, tidak ada tangan manusia yang mencatat, namun tetap dilakukan secara serentak dan terus menerus. Sebagai hasilnya adalah indahnya alam spiritual Bali selama beratus-ratus tahun. Akan tetapi hanya mereka yang melakoninya dengan penuh kedalaman sekaligus keheningan yang bathinnya bisa tergetar di wilayah-wilayah sakral dan suci Tanah Bali.



MENOLONG ORANG LAIN

Ketika roda berputar dibawah [hidup membawa kita ke titik sedih dan sengsara] jangan lupa sabar dan menerima. Jika kondisi benar-benar terjepit mintalah pertolongan orang lain.
Ketika roda berputar diatas [hidup membawa kita ke titik bahagia dan nyaman] jangan lupa menolong orang lain. Karena bisa jadi di hari esok kitalah yang memerlukan pertolongan. Hari esok tidak ada yang tahu dan kehidupan seketika dapat berputar terbalik secara ekstrim.
Seandainya direnungkan, sesungguhnya seluruh perjalanan kehidupan ini dipenuhi oleh pertolongan orang lain. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menolong orang lain. Selain itu menolong orang lain tidak saja membahagiakan orang yang ditolong, tapi juga menyembuhkan jiwa kita sendiri, sekaligus membawa kita kepada kebangkitan spiritual.



BELAJARLAH MEMANDANG ORANG LAIN DARI SUDUT PANDANG POSITIF DAN LEMBUT

Kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang mungkin kita pikirkan. Ada beragam sekali niat, alasan dan tujuan di balik suatu tindakan yang sering tidak dapat kita lihat, semata karena tertutup kabut kecenderungan pikiran kita sendiri. Sehingga janganlah terlalu mudah menghakimi orang lain hanya berdasarkan gerak-gerik luarnya saja.
Orang yang mengulurkan tangan untuk menolong, bisa jadi bukan karena dia berhutang atau punya motif tertentu, tapi karena dia memiliki empati pengertian pada kesulitan dan kesedihan orang lain, sehingga muncul belas kasih di dalam dirinya.
Orang yang terlebih dahulu minta maaf setelah bertengkar, bisa jadi bukan karena dia bersalah, tapi karena dia sangat menghargai orang lain.
Orang yang sering membayarkan atau mentraktir, bisa jadi bukan karena dia banyak uang atau pamer kekayaan, tapi karena dia lebih menghargai sebuah hubungan baik dibanding uang.
Orang yang sering mengontakmu, bisa jadi bukan karena dia tidak punya kesibukan ataupun ada maunya, tapi karena dia memiliki rasa kepedulian terhadap kamu.
Orang yang mengambil pekerjaan tanpa ada yang menyuruh, bisa jadi bukan karena dia bodoh atau berniat mencari muka, tapi karena dia memiliki rasa tanggung jawab.
Orang yang sering menyanjungmu setinggi langit, bisa jadi bukan karena dia menganggapmu pahlawan, atau orang suci, ataupun gombal mencari muka, tapi karena dia menerima serta memaafkan semua kelemahan dan keburukanmu.
Orang yang sering mengkritikmu, bisa jadi bukan karena dia membencimu, tapi karena dia ingin menyelamatkanmu ataupun ingin kamu mengeluarkan potensi terbaik dirimu.
Seringkali ketika kita menghakimi orang lain, hal itu justru mencerminkan bagaimana diri kita dan isi pikiran kita dibandingkan bagaimana orang lain tersebut. Kita menilai orang lain semata-mata berdasarkan bagaimana kecenderungan pikiran kita sendiri.
Di jalan dharma, belajarlah memandang orang lain dari sudut pandang positif dan lembut. Karena jika kita menghakimi orang lain, secara pasti akan membuat kejernihan dan kedamaian di dalam diri menghilang. Kita tidak saja sedang menanam bibit-bibit kekerasan di dalam diri kita sendiri, tapi juga sedang menanam bibit-bibit kekerasan pada orang lain.
Belajarlah memandang orang lain dari sudut pandang positif dan lembut. Karena disaat itu juga kebencian, kemarahan dan kesombongan lenyap dari pikiran kita. Kemudian memberikan ruang pada belas kasih dan kebajikan di dalam pikiran kita. Hal ini tidak saja memurnikan jiwa, tapi sekaligus juga akan mengirimkan pancaran energi kesejukan dan kedamaian kepada orang lain.
Sudah sering terbukti jika kita dapat memandang orang lain siapa saja, atau mahluk apa saja, dengan sudut pandang positif dan lembut, dalam jangka waktu tertentu sifat orang atau mahluk tersebut lama-kelamaan juga akan berubah menjadi positif dan lembut. Disebabkan karena pancaran energi kesejukan dan kedamaian yang terus kita kirimkan. Kita tidak saja akan menyelamatkan diri kita sendiri tapi juga menyelamatkan orang lain. Hal ini juga yang kemudian akan menghindarkan kita dari kemungkinan garis nasib yang panas dan sengsara.



TIRTHA ( AIR SUCI)

Trayas trimsad devatas
Jugupur apsu-antah
[Atharva Veda XIX.27.10]
Tiga-puluh-tiga [jumlahnya] dewata ada dalam air suci di alam dan melindungi umat manusia.

Tam u sucim sucayo didivansam
Apam napatam parithasthur apah
[Rig Veda II.35.3].
Air suci yang bersih [jernih] dan mengalir, baik dari sumber mata air ataupun dari lautan, mempunyai kekuatan yang menyucikan.

SELAMAT HARI SUCI BANYU PINARUH YANG BERSAMAAN DENGAN HARI SUCI PURNAMA JYESTHA. SELAMAT MEMBERSIHKAN KE-TUJUH LAPISAN BADAN SEKALA-NISKALA DENGAN TIRTHA [AIR SUCI].

Apo adyanv acarisam rasena sam agasmahi
Payasvan agna a gahi sam prayaya sam ayusa
[Rig Veda I.23.23]
Sekarang kami meleburkan diri manunggal dengan kekuatan yang mewujudkan air ini. Semoga kekuatan suci yang tersembunyi dalam air ini, menyucikan dan memberikan kekuatan suci kepada kami.

Apo asman matarah sundhayantu
Ghrtena no ghrtapvah punantu
Visvam hi ripram pravahanti devir
Ud id abhyah sucir a puta emi
[Rig Veda X.17.10]
Semoga air suci berkah alam semesta ini menyucikan diri kami sehingga kami bercahaya gemerlapan. Semoga diri kami dibersihkan oleh air suci ini. Semoga air suci ini melenyapkan segala kekotoran kami. Kami akan bangkit [dari kegelapan] dan memperoleh kesucian darinya.

Rajin sembahyang, tirtayatra, maturan, mebanten, dsb-nya, sudah pasti merupakan hal yang terang dan bagus. Tapi pada saat yang sama selayaknya kita juga tekun membina diri di jalan dharma dalam kehidupan sehari-hari. Alangkah indahnya jika tirtha suci kemudian dapat kita olah menjadi manasa tirta [air suci yang ada di kedalaman bathin]. Dengan cara membina diri mengikis kegelapan-kegelapan bathin, seperti iri hati, dengki, marah, benci, sombong, serakah, hawa nafsu tidak terkendali, bingung, tenggelam dalam kesedihan, dsb-nya.
Sehingga dengan rajin sembahyang, tirtayatra, maturan, mebanten, dsb-nya, kita juga akan menjadi semakin sabar, semakin penyayang, semakin baik hati, semakin jujur, semakin tenang-seimbang, semakin tidak menyakiti, dsb-nya. Dengan cara demikian, kita setiap hari sedang membangun kedamaian di dalam diri dan sekaligus memancarkan getaran kedamaian kepada orang lain.
Suatu saat kelak, ketika keheningan di dalam diri bertemu dengan keheningan parahyangan suci, disana terjadi pengalaman yang tidak bisa diceritakan. Itulah puncak dari jalan bhakti.
Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami.



PENGETAHUAN SUCI TERTINGGI

Ada sebuah kepercayaan tradisional, bahwa pada saat Hari Raya Saraswati kita tidak boleh membaca dan menulis.
Pada konteks yang umum, kepercayaan tradisional itu tidak sepenuhnya benar dan juga tidak sepenuhnya salah. Di dalam Lontar Sundarigama, disebutkan tentang Brata Saraswati pada Hari Raya Saraswati. Bagi orang kebanyakan, hendaknya tidak membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran dharma dari pagi sampai tengah hari. Karena puja kepada Dewi Saraswati dilakukan pada pagi hari atau tengah hari dan disana semua sastra kita muliakan dan dibantenin. Bagi orang kebanyakan, ini dimaksudkan agar kita mensakralkan ajaran suci dharma. Karena dengan mensakralkan ajaran suci dharma, sama dengan mensakralkan perjalanan spiritual kita sendiri. Setelah lewat waktu puja di tengah hari, sastra dapat kita ambil kembali dan kita dapat membaca dan menulis. Sedangkan pada malam harinya justru sangat dianjurkan melakukan malam pembacaan sastra, diskusi ajaran dharma atau melaksanakan meditasi.
Pada konteks yang mendalam, kepercayaan tradisional itu merupakan ajaran dharma tingkat tinggi. Di dalam Lontar Sundarigama, disebutkan bagi sadhaka yang melaksanakan Brata Saraswati secara penuh, hendaknya tidak membaca dan menulis selama 24 jam.
Dalam ajaran Hindu Dharma, pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi adalah pemahaman utuh akan kenyataan diri yang sejati [Atma Jnana / Atma Tattwa]. Ketika seseorang memahami secara utuh kenyataan dirinya yang sejati, dengan sendirinya dia akan memahami segala pengetahuan yang sejati. Atma tattwa tidak akan pernah dapat dicapai dengan membaca sastra saja, tapi seorang sadhaka harus menyadarinya secara langsung.
Makna dari tidak membaca dan menulis [sastra] selama 24 jam adalah belajar meninggalkan tahap awal dan melangkah ke tahap berikutnya. Karena di jalan Atma Tattwa, ada 3 tingkatan pengetahuan. Tingkat awal adalah membaca dan mendengarkan ajaran suci dharma [sastra], tingkat menengah adalah perenungan meditatif dan intuitif [menggunakan intuisi] terhadap ajaran suci dharma yang tersembunyi dalam kehidupan dan di alam semesta, ini disebut anthra guru [guru yang ada di dalam diri sendiri]. Di tahap ini yang lebih dikedepankan adalah pembelajaran meditatif dan intuitif, bukan sastra, karena disini pengetahuan akan dihasilkan dengan sendirinya. Dan di tingkat puncak adalah samadhi, mengalami secara langsung kesadaran Atma yang terang dalam meditasi. Hanya di tingkatan samadhi maka pikiran, perasaan dan kesadaran bisa menjadi tidak tergoyahkan. Sehingga tidak saja perkataan dan perbuatan selaras dengan dharma, tapi juga menemukan kenyataan luhur tentang esensi diri ini dan apa kehidupan ini sesungguhnya.
Tidak membaca dan menulis [sastra] selama 24 jam merupakan simbolik ajaran dharma tingkat tinggi, untuk menjadikan diri kita sendiri sebagai sumber mengalirnya ajaran suci dharma. Bukan untuk merayakan turunnya Veda bagi manusia, membaca habis semuanya, kemudian terjebak ke dalam dogma. Dimana pengetahuan yang bertumpuk itu dapat menjadi dogma yang begitu kaku dan dangkal. Yang akan lebih berbahaya, jika kita rajin dan semangat membaca sastra, tapi kemudian menggunakannya untuk menghakimi, mengkritisi, merendahkan, memusuhi atau memanipulasi orang lain, sehingga sastra menjadi ular beracun yang mematuk. Belajar sastra membuat nasib kita menjadi dipatuk ular beracun.
Di tahap puncak kita melepaskan semua konsep sastra untuk memasuki keheningan. Hanya pikiran hening yang memiliki energi luar biasa untuk dapat menyelam ke dasar yang terdalam. Kesadaran seperti ini memberikan diri sendiri kesempatan untuk memahami secara utuh tentang keberadaan ini. Hanya pikiran yang hening yang dapat menyimak diri sendiri dan alam semesta secara utuh.
Inilah sesungguhnya yang ditawarkan Mahadewi Saraswati di Hari Raya Saraswati. Tidak lagi pengetahuan berdasar sastra secara biasa, tapi menggali pengetahuan rahasia yang tertinggi, pengetahuan yang sudah ada di dalam diri kita sejak awal yang tidak berawal.
Om Aim Saraswatyai Namaha !
Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami.



KARMA BURUK

Menapaki jalan kehidupan ini, alangkah baiknya jika kita berhati-hati menghindarkan diri dari melakukan karma buruk, terutama sekali karma buruk yang sangat sulit dihapuskan. Karena bagaimanapun juga ini semuanya untuk kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan diri kita sendiri juga.
Ada berbagai jenis karma buruk yang sangat sulit dihapuskan, yang terlalu panjang jika disebutkan satu-persatu. Akan tetapi secara garis besar bisa diambil pedoman, bahwa karma buruk yang sangat sulit dihapuskan adalah karma buruk yang memenuhi empat ketentuan ini :
(1). Kita melakukan perbuatan atau perkataan, yang menyakiti atau merugikan orang lain atau mahluk lain.
(2). Perbuatan atau perkataan tersebut, kita lakukan dengan sengaja, serta ditujukan langsung kepada yang bersangkutan.
(3). Setelah perbuatan atau perkataan tersebut terjadi sehingga orang lain atau mahluk lain tersebut tersakiti atau dirugikan, kita tidak merasa bersalah dengan perbuatan atau perkataan kita tersebut.
(4). Setelah perbuatan atau perkataan tersebut terjadi sehingga orang lain atau mahluk lain tersebut tersakiti atau dirugikan, kita tidak merasa menyesal dan tidak meminta maaf.
Jika sebuah perkataan dan perbuatan memenuhi empat ketentuan diatas, maka karma buruknya akan sangat sulit untuk dihapuskan. Walaupun dengan sadhana nirjara dan perbuatan kebajikan.
Sehingga dalam perjalanan kehidupan ini, hati-hatilah dalam perbuatan dan perkataan. Hindari menyakiti dan banyak-banyaklah melakukan kebajikan. Tapi karena ketidak-sempurnaan kita sebagai manusia, kadang-kadang kita juga tidak bisa lepas dari melakukan kesalahan. Jika itu terjadi, segera menyadari kesalahan kita, kemudian jangan lupakan untuk meminta maaf dengan hati yang tulus. Dengan cara demikian, walaupun kita melakukan kesalahan, kelak karma buruknya masih bisa dihapuskan atau diringankan dengan sadhana nirjara dan perbuatan kebajikan.

Dengan cara paling mendasar saja, semua orang, siapapun, bisa menjadi praktisi dharma yang mendalam. Secara mendasar intisari dharma dua saja, yaitu melakukan upaya tidak menyakiti dan banyak-banyak melakukan kebajikan.
Melakukan upaya menjaga diri agar tidak menyakiti, terkait erat dengan bagaimana terbentuknya kecenderungan pikiran kita sendiri. Jika apa yang kita ucapkan dan lakukan berakibat membahagiakan orang lain, maka hal itu [entah kita sadari atau tidak] pasti akan mendatangkan kebahagiaan di dalam pikiran kita sendiri. Sebaliknya kalau apa yang kita ucapkan dan lakukan berakibat menyengsarakan orang lain, maka hal itu tanpa kita sadari akan mengotori pikiran kita, yang pasti akan berdampak mengganggu kejernihan, kesejukan dan kedamaian di dalam pikiran kita sendiri.
Apapun yang kita ucapkan dan apapun yang kita lakukan itu tidak saja akan menghasilkan karma, tapi sekaligus juga pasti akan memantul balik ke dalam kecenderungan pikiran kita sendiri. Dengan tidak menyakiti kelak kita tidak akan tersakiti, serta sekaligus tidak akan membawa kegelapan di dalam pikiran-perasaan kita.
Selanjutnya, jadikanlah perjalanan kehidupan ini sebagai lahan untuk melakukan kebajikan-kebajikan kepada semua mahluk. Kembangkan hati yang penuh belas kasih dan kebajikan. Karena dengan ketekunan melakukan kebajikan-kebajikan, secara pasti tidak saja karma-karma buruk kita akan banyak diringankan, tapi sekaligus juga pikiran kita akan banyak mengalami pembersihan. Pikiran kita dimurnikan menuju kejernihan-kedamaian, serta dibebaskan dari kegelapan pikiran. Sekaligus di jalan spiritual dan metode spiritual apapun kita menapak jalan, disana kita akan mudah terhubung dengan kemahasucian.
Dumogi stata shanti lan rahayu sareng sami



DASA YAMA BRATA & DASA NIYAMA BRATA

Lontar Sarasamuscaya merupakan salah satu kitab suci Hindu Dharma. Ditulis oleh Bhagawan Wararuci, seorang pertapa-kawi Pulau Jawa, pada sekitar abad ke-9 Masehi. Di dalamnya terdapat ajaran Hindu Dharma Jawa Kuno mengenai 20 praktek spiritual bagi para sadhaka sebagai jalan mencapai kedamaian pikiran, mencapai kesadaran luhur dan mencapai pembebasan Atma dari siklus samsara.
20 praktek spiritual ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu Dasa Yama Brata sebagai praktek spiritual landasan dasar dan Dasa Niyama Brata sebagai praktek spiritual mencapai kesadaran luhur. Keduanya harus saling melengkapi, saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan.
Praktek Dasa Niyama Brata adalah mengenai upaya memurnikan dan meluhurkan kesadaran. Akan tetapi pikiran [manas] dan ego [ahamkara] sangatlah sulit dikuasai, sehingga kita memerlukan praktek Dasa Yama Brata yang menghasilkan landasan dasar kejernihan pikiran. Landasan kejernihan pikiran sangatlah penting karena akan membuat keluhuran kesadaran menjadi mendalam. Penggabungan kedua praktek spiritual ini akan menghasilkan pencapaian yang sempurna.
DASA YAMA BRATA
Dasa Yama Brata terdiri dari kata dasa yang berarti “sepuluh”, yama yang berarti “penguasaan diri”, serta brata yang dapat berarti “sikap tindakan dalam menjalani kehidupan”. Dasa Yama Brata berarti 10 sikap tindakan yang terkuasai dengan baik dalam menjalani kehidupan. Dasa Yama Brata merupakan 10 praktek spiritual untuk dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk upaya menjernihkan pikiran.
Ini merupakan praktek spiritual mendasar. Karena untuk dapat mengembangkan kesadaran luhur kita memerlukan landasan dasar berupa kejernihan pikiran, yang akan muncul dari sikap tindakan yang terkuasai dengan baik pada kehidupan sehari-hari. Jika kita tidak memiliki sikap tindakan yang terkuasai dengan baik pada kehidupan sehari-hari, kita tidak akan dapat mencapai tingkat kesadaran yang tinggi. Dasa Yama Brata merupakan 10 praktek spiritual untuk dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari, yang akan menghasilkan kejernihan pikiran, yang menjadi dasar yang stabil agar kita dapat mencapai kesadaran yang luhur.
Dasa Yama Brata terdiri dari :
1. Ahimsa - tidak menyakiti.
2. Satya - jujur dan tidak melakukan kecurangan.
3. Anrsangsya - tidak mementingkan diri sendiri.
4. Dama - tidak mengumbar keinginan.
5. Ksama - memaafkan dan sabar.
6. Madurya - kata-kata dan tindakan halus.
7. Prasada - berpikiran positif dan jernih.
8. Mardhawa - rendah hati.
9. Arjawa - mengenal diri sendiri dan menjadi diri sendiri, tidak diombang-ambingkan pendapat orang lain.
10. Priti - kasih sayang kepada semua mahluk.
DASA NIYAMA BRATA
Dasa Niyama Brata terdiri dari kata dasa yang berarti “sepuluh”, niyama yang berarti “kewajiban mulia” atau “kebiasaan mulia”, serta brata yang dapat berarti “sikap tindakan dalam menjalani kehidupan”. Dasa Niyama Brata berarti 10 kewajiban mulia yang menjadi kebiasaan rutin dalam menjalani kehidupan.
Dasa Niyama Bratha merupakan 10 praktek spiritual untuk dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari dalam bentuk upaya memurnikan dan meluhurkan kesadaran.
Dasa Niyama Brata terdiri dari :
1. Swadhyaya - membaca ajaran suci dharma.
2. Tapa - hidup sederhana.
3. Upasthanigraha - tidak melakukan hubungan seksual melanggar dharma.
4. Dana - melaksanakan kebajikan-kebajikan.
5. Snana - mandi penyucian atau melukat.
6. Brata - tidak melanggar pantangan atau dresta.
7. Mona - melaksanakan laku [sadhana] tidak bicara.
8. Upawasa - puasa.
9. Ijya - puja kepada para leluhur dan Ista Dewata.
10. Dhyana - meditasi.
Ajaran Hindu Dharma Jawa Kuno / Abad ke-9 Masehi / Lontar Sarasamuscaya / Bhagawan Wararuci / Om shanti shanti shanti. Mugi rahayu




TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA

Kita biasanya mudah melihat kesalahan orang lain, tapi gagal dalam melihat kesalahan diri kita sendiri. Ini sangat umum terjadi. Hal ini bisa menjadi lebih buruk lagi jika kita menggunakan wawasan sempit seperti itu untuk menyentil orang lain, mengkritik pedas, main sindir-sindiran halus, menjelekkan di belakang, dsb-nya. Dengan cara seperti itu kita tidak saja sedang menanam bibit kegelapan di dalam diri kita sendiri, tapi juga sekaligus menanam bibit kegelapan pada orang lain. Kita tidak saja kehilangan kebijaksanaan, tapi sekaligus juga kehilangan kesadaran dan karma baik.
Untuk dapat memiliki kebijaksanaan dan wawasan yang luas, alangkah baiknya jika kita tidak terus melihat kekurangan orang lain dan menuntut orang untuk memperbaiki diri. Karena hal itu tidak disebabkan oleh besarnya kesalahan orang lain, melainkan lebih disebabkan oleh besarnya ego diri kita sendiri. Tidak sedikit orang yang suka melakukan hal seperti itu, dengan cara mengambil posisi dirinya lebih baik dari orang lain, karena dengan cara demikian egonya terpuaskan,
Tidak ada manusia yang sempurna. Orang lain tidak sempurna dan diri kita sendiri juga tidak sempurna. Sehingga menapaki jalan dharma hendaknya kita tidak demikian fokus pada kesalahan orang lain, tapi lebih fokuslah untuk membina diri menjadi baik. Menyadari dan mengakui satu kekurangan diri sendiri jauh lebih menerangi jiwa dibandingkan dengan mengkritik ribuan kesalahan orang lain. Seringlah merenungkan perjalanan kehidupan ini, lihat kesalahan dan kekurangan diri kita sendiri, untuk kemudian berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi. Sebagai titik untuk merubah kehidupan kita menjadi kehidupan mulia. 



ORANG SUCI DI PASAR MENGWI.

Pulau Bali adalah pulau yang suci dan sakral. Kalau mau serius sedikit saja, dimana-mana ada kekuatan suci yang membimbing perjalanan spiritual kita. Ini adalah pengalaman saya dalam melakukan perjalanan tirtayatra dan melukat, setiap pulangnya saya selalu membawa berkah spiritual. Kadang berkahnya adalah pembersihan dan kadang berkahnya adalah ajaran. Ajaran ini tidak selalu datang melalui pesan-pesan niskala, tapi bisa melalui berbagai cara.

Kali ini saya sembahyang, meditasi dan melukat bersama istri di sebuah pura kuno di desa kendran, tegalalang dan mendapat berkah ajaran yang penting. Dalam perjalanan pulang dari pura tersebut kami singgah di Pasar Mengwi, dimana kakak ipar berjualan disana. Ngobrol ini itu dengan kakak ipar dan sahabatnya seorang pedagang lain, sampai akhirnya mereka bercerita tentang salah seorang pedagang disana yang hidupnya penuh kesengsaraan dan ketidak-adilan.

Awalnya dia berpacaran dengan seorang laki-laki bujangan, sampai kemudian hamil. Dari sinilah ketidakadilan dan kesengsaraan hidupnya dimulai. Setelah hamil dia baru tahu bahwa dia tertipu, karena ternyata laki-laki tersebut sudah punya istri dan anak. Karena keluarganya malu dan tidak mau menerimanya lagi, dia tidak punya pilihan lain kecuali menikah dengan laki-laki tersebut dan menjadi istri kedua.

Kesengsaraan berikutnya datang tidak lama setelah anaknya lahir. Laki-laki tersebut kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Istri pertama-nya pun tidak bekerja. Mau tidak mau dia yang harus bekerja dan mencari uang dengan berjualan di Pasar Mengwi. Karena dia yang sekarang menanggung semua beban kebutuhan hidup keluarga, semua jenis pekerjaan yang menghasilkan uang dia ambil dengan bekerja keras. Hanya dia sendirian saja yang harus menanggung beban kebutuhan hidup seluruh keluarga, selain dia juga harus melayani berbagai tugas-tugas rumah tangga bagi suaminya.

Ketika anaknya berumur sekitar 5 tahun, dia sudah menjadi pedagang dan berbagai pekerjaan lainnya yang cukup sukses.  Dan semua hasilnya digunakan untuk kebutuhan hidup keluarga [suami, istri pertama dan anak-anak] dan hanya sedikit untuk dirinya sendiri. Ini dijalaninya dengan penuh rasa bhakti dan tanpa keluhan.

Kejutan berikutnya kemudian datang dalam hidupnya, yaitu suaminya menikah lagi dengan wanita muda. Ketidakadilan  dan kesengsaraan yang lebih berat dimulai dari sini. Setelah menikah lagi punya istri ketiga suaminya menindasnya semakin menjadi-jadi. Semua minta dilayani, semua kebutuhan harus ada, kalau tidak suaminya marah dan marah. Tidak hanya itu saja, karena jumlah kamar di rumahnya terbatas, diapun harus sering-sering sekamar dan melihat suaminya [maaf] berhubungan badan dengan istri barunya di depan mata.

Ditambah lagi jumlah keluarga yang bertambah dan beban kebutuhan hidup yang meningkat membuatnya harus bekerja lebih keras lagi. Sehingga dia bekerja, bekerja dan bekerja lebih keras lagi. Hasil kerja kerasnya ternyata berbuah, sampai dalam satu hari dia bisa bersih mendapat uang kurang lebih 300 ribu dari berbagai sumber penghasilannya. Dan semua hasilnya tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup keluarga [suami, istri pertama, istri ketiga dan anak-anak].

Sesungguhnya mudah mengakhiri semua kesengsaraan dan ketidakdilan ini. Cukup dia minta cerai saja, apalagi penghasilannya sudah sangat mapan. Pedagang-pedagang lain di Pasar Mengwi banyak yang gemas dan geregetan melihat kelakuan suaminya, atau sangat kasihan melihat ketidakadilan yang dialaminya dan mendorongnya untuk bercerai. Apalagi dia tidak terlalu tua, secara fisik masih menarik dan masih bisa mencari laki-laki lain yang lebih baik. Tapi dengan polos dia berkata bahwa dia lebih kasihan nanti memikirkan bagaimana nasib anak kandung dan anak tirinya kalau dia bercerai, dibandingkan memikirkan dirinya sendiri.

Ada juga petugas pasar yang geregetan dan menyarankannya “menyewa” laki-laki lain untuk membalas kelakuan suaminya. Tapi dengan tulus dia berkata bahwa dia tidak ingin membalas agar tidak membuat karma buruk dan hanya berharap bahwa kelak anak kandung dan anak tirinya tidak mengalami nasib yang sama dengan dirinya. Karena dia sangat menyayangi baik anak kandung maupun semua anak-anak tirinya.

Bathin saya sangat bergetar mendengar kisah ini. Tambah bergetar lagi ketika bertemu dengan pedagang tersebut. Pancaran dari wajahnya adalah pancaran wajah orang yang tingkat kepasrahan dan kerelaannya sempurna, serta penuh bhakti dan belas asih. Saya terharu dan diam-diam melakukan namaskara memberi hormat dalam hati, karena saya telah bertemu dengan orang suci.

Saya jadi ingat kisah seorang guru di India. Ketika masih muda dan masih belajar, suatu ketika pergi ke pasar bersama gurunya. Di pasar tersebut gurunya namaskara memberi hormat kepada seorang pengemis kotor dan hina. Tentu saja dia terheran-heran, kenapa gurunya yang dihormati banyak orang malah namaskara memberi hormat kepada seorang pengemis kotor dan hina. Ketika sampai di ashram gurunya menjelaskan bahwa pengemis itu orang suci. Dengan mata bathin beliau jelas sekali getaran energinya, bahwa pengemis itu memiliki tingkat kepasrahan dan kerelaannya sempurna, serta penuh bhakti dan welas asih. [Kemudian di lain waktu terbukti bahwa pengemis itu menjadi pemberi makan anak-anak terlantar yang ada di pasar].

Pedagang dan pengemis itu tidak pernah mengenakan baju orang suci. Tidak mengenakan baju putih-putih, baju pendeta atau baju seorang yogi. Juga tidak pernah belajar dharma secara mendalam. Tapi jauh di kedalaman bathin mereka, mereka sesungguhnya adalah sadhaka di jalan rahasia, jalan yoga yang tertinggi. Tanpa konsep agama [yang mungkin malah bisa menjadi racun karena membuat seseorang menjadi fanatik], tapi punya dua bekal perjalanan yang penting, yaitu “ke dalam” adalah tingkat kepasrahan dan kerelaan yang sempurna [tetua di Jawa menyebutnya nrimo ing pandum ] dan “keluar” yang muncul hanya rasa bhakti, belas kasih dan kebajikan.

Saya membuka kembali sebuah teks-teks Hindu kuno yang menuliskan, bahwa seseorang bisa mengalami jivan-mukti bahkan ketika mereka sendiri tidak tahu. Praktisi yoga tingkat tinggi pasti tahu bahwa ketika bathin masih sesempit diri ini [ahamkara, ke-aku-an, ego], kita mudah marah, benci, tersinggung, sombong, resah, tidak puas, dsb-nya. Semakin besar egonya maka akan semakin menyakitkan kesengsaraan dan ketidakadilan. Inilah pe-er besar seorang yogi, meruntuhkan ego dan semua bentuk kegelapan bathin.

Bagi orang-orang daiwa sampad [manusia berbathin dewa], kesengsaraan dan ketidakadilan tidak menjadi kutukan kehidupan, tapi menjadi berkah spiritual yang tertinggi yang mengantar mereka menuju kesadaran dan kemahasucian. Pedagang di Pasar Mengwi dan pengemis di India itu tidak pernah belajar yoga. Tapi mereka dapat melenyapkan ego dan kegelapan bathin-nya cukup dengan dua sadhana mendalam, “ke dalam” tingkat kepasrahan dan kerelaan yang sempurna dan “keluar” yang muncul hanya bhakti, belas kasih dan kebajikan. Sebagai hasilnya adalah bathin yang seluas ruang.

Mudah bersikap sabar, sejuk, penuh belas kasih dan kebajikan disaat kita dihormati, disayangi, dipercaya dan dihargai oleh orang lain, tapi mereka yang bisa tetap sabar, sejuk dan penuh belas kasih disaat disakiti, ditindas dan dibuat sengsara oleh orang, itulah orang yang bathinnya terang dan seluas ruang.

Leluhur kita pernah mewariskan pupuh sinom seperti berikut :

Jenek ring meru sarira
gunakan  tubuh ini sebagai meru atau tempat suci

Kastiti Hyang Maha suci
yang disadari oleh orang yang bathinnya sudah suci [bersih]

Mapuspa padma hredaya
bunganya adalah bunga padma [simbolik advaita-citta, pikiran yang bebas dari dualitas]

Magenta swaraning sepi
gentanya adalah keheningan bathin

Maganda ya tisnis budi
gandanya adalah kesabaran dan belas kasih tanpa syarat

Malepana sila rahayu
lepananya adalah tingkah laku yang indah [tidak membunuh, menyakiti, korupsi, mencuri, menipu, narkoba, mabuk-mabukan, berjudi, dsb-nya]

Mawija menget prakasa
bijanya adalah bathin yang tegar-kokoh [sanggup menahan segala macam penderitaan dengan bathin damai]

Kukusing sad ripu dagdidupan ipun
dengan demikian seluruh sad ripu [enam kegelapan bathin] lenyap

Madipa hidepe galang
bathinnya laksana cahaya terang benderang

Maknanya adalah meru atau tempat suci tidak hanya ada “diluar”, tapi “didalam” juga ada tempat suci. Kita dapat membadankan meru dalam diri. [Pertama] dengan mengurangi penderitaan para mahluk. Artinya selalu bersikap penuh belas kasih dan kebajikan dengan tingkat kerelaan yang sempurna. Itu semua mengurangi penderitaan para mahluk. Termasuk tidak membalas caci-maki dan hinaan orang lain, tidak balas menyakiti orang yang jahat, dsb-nya. Malah sebaliknya kita memberi lebih, kita membalasnya dengan welas asih dan kebaikan. [Kedua] Semua mahluk memperebutkan kebahagiaan dan lari dari penderitaan, sehingga alam semesta ini tidak seimbang. Kitalah yang menjaga keseimbangan alam semesta dengan mengambil yang jelek-jelek [penghinaan, kesengsaraan, kesusahan, dsb-nya]. Badan, pikiran dan perasaan kita akan menjadi meru [tempat suci] kalau selalu kita jadikan yajna [persembahan] bagi kebahagiaan mahluk lain.

Bagi sebagian orang yang tingkat kesucian bathinnya bagus akan mengerti, inilah bhakti yoga yang tertinggi dan sempurna. Tidak hanya di pura ada mebakti, tapi kesabaran yang tidak terbatas juga adalah mebakti. Tidak hanya di pura ada maturan, tapi kesejukan, kedamaian dan ketenangan bathin juga adalah maturan. Tidak saja di pura ada upakara, tapi welas asih dan kebaikan tanpa syarat juga adalah upakara. Tidak hanya di pura ada meru, tapi tubuhnya sendiri sudah menjadi meru [tempat suci], karena seluruh kehidupannya sudah menjadi bhakti yoga. Inilah jalan "pulang" menuju kesadaran dan kemahasucian yang tertinggi.

Orang suci belum tentu berbaju putih-putih, berbaju yogi, pertapa, pandita, pemangku, guru spiritual, dsb-nya. Orang suci belum tentu orang yang sudah membaca banyak kitab suci. Orang suci adalah orang yang penuh welas asih kepada semua, kebaikan-nya tanpa syarat dan kesabarannya tidak terbatas, walau apapun yang terjadi. Termasuk disaat dirinya mengalami kejadian buruk seperti dihina, dicaci-maki, disakiti, tidak punya uang, kelaparan, sedang sakit, dsb-nya.

Orang suci yang sesungguhnya adalah orang yang sanggup mengolah apa saja menjadi dharma. Leluhur kita menyebutnya sarwa dharma [semuanya dharma]. Dapat mengolah adharma menjadi dharma. Dapat mengolah segala bentuk godaan menjadi jalan pembebasan. Dapat mengolah segala bentuk kesengsaraan dan ketidakadilan menjadi berkah spiritual yang tertinggi yang mengantar mereka menuju kesadaran dan kemahasucian.

Badan, pikiran dan perasaan-nya menyatu menjadi kesucian yang sempurna, karena selalu dijadikan yajna [persembahan] bagi kebahagiaan mahluk lain.



Senin, 27 Juli 2015

GEDE PRAMA COMPASSION


Pemimpin seperti apa yang dibutuhkan zaman ini? Sudah lewat jauh zamannya, di mana pemimpin diikuti karena ditakuti. Sekali lagi, sudah lewat jauh. Inilah zamannya di mana pemimpin diikuti karena disegani. Dan rasa segan itu datang paling banyak dari cahaya yang memancar dari dalam hati. Mahatma Gandhi pernah ditanya kenapa naik kereta api kelas tiga, dengan lugas beliau menjawab: "karena tidak ada kelas empat". Pesannya, sebuah tindakan keteladanan lebih disegani dibandingkan dengan ribuan pidato yang palsu.

Tubuh manusia penuh dengan simbol-simbol spiritual yang layak dibaca. Lidah sebagai contoh, ia dijaga rapat dan rapi oleh gigi yang keras serta bibir yang lembut. Pesan-pesannya hati-hati berbicara. Berbicaralah hanya tatkala kata-kata Anda bisa seindah bunga. Kaki kita sudah lama dijaga sandal atau sepatu. Pesannya, hati-hati melangkah dalam kehidupan. Anda memang bebas memilih apa saja. Tapi Anda tidak bebas dari konsekuensi (akibat) dari tindakan-tindakan Anda. Manusia dikasi dua telinga dan satu mulut, artinya belajar mendengar dua kali lebih banyak dari berbicara.

Mencari tempat berteduh, itulah ciri dominan jiwa-jiwa di zaman ini. Sedihnya, sebagian besar orang tidak menemukan tempat berteduh yang dicari. Sebagian sahabat yang jiwanya luka bercerita, bahkan di tempat suci pun mereka tidak menemukan tempat berteduh. Sarannya, kapan saja Anda tidak menemukan satu pun tempat berteduh di luar, belajar menemukannya di dalam diri. Persisnya, berteduh pada rasa syukur yang mendalam, rasa trimakasih yang mendalam di depan kehidupan. Seorang pemain bola tingkat dunia bercerita: "waktu kecil saya pernah menangis berhari-hari karena ibu mengatakan tidak punya uang untuk membelikan saya sepatu. Tangisan saya baru berhenti saat melihat ada anak lain yang tidak memiliki kaki".

Kalau sering gelisah dan marah, apa yang dilakukan? Kegelisahan/kemarahan adalah cermin jujur kalau seseorang menyimpan banyak racun kejiwaan di dalam. Sebagai racun itu bahkan berumur puluhan tahun. Sarannya, pelan perlahan bersihkan jiwa dari racun-racun itu. Coba dimulai dengan memandang kehidupan secara lebih sehat. Mirip dengan memandang kotoran sapi, kalau melihatnya negatif Anda dapat sampah. Kalau memandangnya positif , Anda dapat bunga indah. Kehidupan serupa, masa kecil yang kelabu, keuangan yang tidak sebaik orang-orang, semua adalah pupuk-pupuk yang sedang berevolusi jadi bunga. Ingat jiwa-jiwa yang indah, bahkan kemarahan pun sedang berproses menjadi bunga kedamaian.

"Saat saya lagi emosi, saya sering merasa suami tidak mencintai saya, suami lebih memilih ibunya dibandingkan dengan saya...". Emosi yang menggelora di dalam mirip dengan kolam yang keruh. Sehingga tidak kelihatan sama sekali. Dalam keadaan tidak kelihatan, kemudian Anda menduga-duga, menduga suami tidak cinta lagi dll. Dan sebagaimana melihat di air keruh, dugaan-dugaan itu kebanyakan salah. Untuk itu, kapan saja digoda emosi, kurangi menduga-duga, lebih disarankan untuk membuat kolam emosi di dalam tenang. Caranya, lihat kehidupan sebagai aliran sungai yang terus mengalir. Ada saatnya sungai penuh sampah (kesal, marah, dll), ada saatnya sungai bersih dan jernih (bertrimakasih, bersyukur, dll). Dan tugas meditasi hanya satu, menyaksikan di pinggir sungai.

Mirip siang dan malam, kehidupan berputar dan mengalir tanpa ada yang bisa menghentikannya. Melawan aliran kehidupan, itulah penderitaan. Mengalir bersama sang aliran, itulah kedamaian. Itu sebabnya, di tingkat kesempurnaan, meditasi berarti istirahat di saat ini apa adanya. Pengertian istirahat sederhana, mendekap saat ini apa adanya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Matahari terbit adalah nyanyian harapan, matahari tenggelam adalah nyanyian kedamaian".

Ada saatnya hidup itu susah, ada saatnya hidup itu mudah. Berdoa tidak berdoa, demikianlah hukumnya. Jika orang biasa gelisah saat hidup terlihat susah, jiwa-jiwa bercahaya menggunakan kesusahan sebagai peluang untuk memperkuat sayap-sayap jiwa. Mirip dengan apa yang dilakukan kaum binaragawan yang mengangkat beban-beban besi yang berat, ia yang sering melewati kesusahan, otot-otot jiwanya menguat. Sebagai hasilnya, seseorang bisa melewati setiap halangan dengan senyuman. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, setiap kali sebuah halangan lewat, setiap kali itu juga otot-otot jiwa menguat.

Di hari-hari libur seperti ini, banyak orang yang ingat mengistirahatkan badannya, sangat sedikit yang ingat mengistirahatkan pikirannya. Pikiran yang tidak pernah istirahat cirinya sederhana, ia terus menerus berfikir, membandingkan, menghakimi. Bahkan setelah sakit pun, tetap pikiran sebagian orang tidak pernah istirahat. Akibatnya, kehidupan jadi resah dan gelisah. Untuk itu, belajar mengalir jiwa-jiwa yang indah. Konkritnya, apa pun berkah saat ini (menjengkelkan atau menyenangkan) belajar mendekapnya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kehidupan bukan masalah yang harus diselesaikan, kehidupan adalah bunga indah yang sebaiknya disyukuri.

"Suami saya positif HIV, syarafnya rusak permanen, pada saat yang sama keluarga suami merongrong saya habis-habisan...". Orang biasa mengira dirinya sedang dihukum saat mengalami cobaan. Jiwa-jiwa bercahaya lain lagi. Cobaan tidak diletakkan sebagai hukuman, melainkan sebagai kesempatan untuk melakukan banyak pemurnian. Mirip dengan apa yang dilakukan amplas pada kayu yang akan dibuat menjadi patung. Awalnya memang menyakitkan, tapi kalau dijalani secara tulus, nanti jiwa jadi halus. Terinspirasi dari sini, coba belajar menjalani cobaan yang super berat ini sebagai peluang untuk memurnikan jiwa. Pedomannya sederhana, menolong adalah yang terbaik. Kalau tidak bisa menolong cukup jangan menyakiti.

Dari mana memulai perjalanan menyembuhkan diri? Mulailah dengan menerima diri Anda apa adanya. Jika pendekatan kesembuhan dari Barat membuang sebagian hal, penyembuhan Timur terfokus pada menerima setiap berkah kehidupan. Indahnya menerima, Anda berhenti bertempur dengan diri sendiri, sehingga berhenti memproduksi racun untuk tubuh Anda. Dan pada saat yang sama Anda mengirim vibrasi-vibrasi kesembuhan ke dalam. Keadaannya mirip dengan seorang ibu yang menentramkan bayinya yang menangis. Seperti itulah pendekatan kesembuhan dengan jalan penerimaan. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Menerima tanpa menyalahkan, itulah titik balik kesembuhan".

Apakah meditasi bisa membuat saya bebas dari masalah? Tidak ada pendekatan spiritual yang bisa membebaskan jiwa dari masalah. Belajar spiritual atau tidak, masalah tetap datang. Yang diajarkan meditasi bukan membebaskan diri dari masalah, tapi mempersiapkan diri agar bisa melewati setiap penderitaan yang datang (boundless capacity to suffer). Simpan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Berhenti berdoa agar bebas dari masalah, belajar berdoa agar bisa dibikin kuat dan dewasa jiwanya oleh masalah".

Kalau berdoa, baiknya vertikal (ke atas) atau horisontal (ke samping)? Agama-agama yang pusat pencariannya adalah Tuhan, doanya cenderung ke atas. Agama-agama yang pusat pencariannya adalah kedamaian (shanti), doanya cenderung ke samping. Sekarang terpulang ke diri masing-masing. Merasa lebih damai dengan pendekatan yang mana. Jangan ikut-ikutan karena kedewasaan jiwa di dalam berbeda-beda. Mirip dengan berjalan pulang. Bagi yang belum sampai di rumah, doanya selalu memohon agar cepat-cepat sampai rumah. Bagi yang sudah nyampai rumah, berdoa semoga semua mahluk menemukan rumah indah.

Diantara lubang-lubang di tubuh, lubang mana yang paling banyak melakukan pelanggaran? Mulut. Itu sebabnya, banyak Guru-guru suci yang menghabiskan banyak waktu dalam keheningan. Salah satu sebabnya adalah untuk mengurangi pelanggaran dari mulut. Lebih dari itu, semakin dalam pencapaian seseorang, semakin tidak berdaya kata-kata bisa mengungkapkannya. Terinspirasi dari sini, endapkan pesan tua ini jiwa-jiwa yang indah: "diam adalah teman terbaik. Kalau harus bicara, bicara seindah bunga".

Apa buku suci yang menjadi acuan Guruji? Ada buku luar, buku dalam, buku rahasia. Tiap Guru meramu ketiganya secara unik. Kedalaman pemahaman seseorang pada 3 buku ini terlihat pada lamanya cahaya yang bersangkutan memancar dan karismanya. Dalam cerita para Nabi, Avatara, Buddha, beliau masih mengajar ribuan tahun setelah tubuh fisiknya wafat. Cahaya karismanya juga serupa. Sedihnya, sangat sedikit ada manusia yang bisa melihat aura Guru sejati. Dalam cerita Asanga, saat ia menggendong Gurunya (Maitrya) lewat pasar saking gembiranya, kebanyakan orang melihat Asanga menggendong anjing, hanya ada seorang ibu dengan hati yang indah yang melihat, kaki anjing itu kakinya Maitrya.

Kenapa ada Guru spiritual masuk neraka? Sebagaimana dialami banyak Guru spiritual, di tingkat tertentu orang-orang cenderung menghormat. Sebagian bahkan suka mencium kaki. Kalau tidak waspada, penghormatan orang bisa membuat ego menaik. Seseorang bisa mudah marah dan tersinggung karena egonya jadi tinggi. Ini yang membuat sejumlah Guru spiritual mengalami kejatuhan spiritual, termasuk bisa masuk neraka. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Menjadi spiritual adalah menjadi rendah hati. Sebagaimana diajarkan samudra, ketidakberhinggaan hanya dicapai oleh jiwa-jiwa yang tekun merendah".

"Seorang istri yang baru menikah 3 tahun, terus menerus mengeluh soal suaminya yang begini dan begitu...". Pernikahan yang mulus tanpa halangan itu tidak ada. Semua pernikahan ditandai godaan dan cobaan di sana-sini. Dan cobaan ada tidak untuk membuat pernikahan roboh, melainkan untuk membuat jiwa semakin dewasa dari hari ke hari. Mirip dengan apa yang dilakukan matahari panas pada bunga. Hawa panas matahari malah membuat bunga jadi mekar. Dengan cara yang sama, cobaan-cobaan yang datang - asal tekun, tulus, ikhlas - suatu hari akan membuat jiwa jadi mekar. Jangan lupa jiwa-jiwa yang indah: "pernikahan bukan kulkas yang hawanya selalu dingin, melainkan taman jiwa yang terus menerus butuh dirawat".

Di zaman ini, di mana tempat berteduh yang paling sejuk? Di keluarga. Dan ini bisa terjadi kalau seseorang merawat keluarganya seperti merawat taman. Pertama, taman indah karena berisi berbagai warna. Kedua, taman indah kalau rajin disirami. Ketiga, bila dirawat maka taman menghadiahkan keindahan-keindahan. Dengan cara yang sama, keluarga berisi banyak kepribadian yang beda-beda. Keluarga sejuk kalau anggotanya saling menyirami dengan memaafkan, menerima. Setelah perbedaan diterima, rajin saling menyirami, maka baru keluarga bisa jadi taman sejuk yang indah.

Kalau tidak sempat pergi ke tempat suci, doa apa yang sebaiknya diucapkan? Tindakan-tindakan kecil yang menyentuh hati adalah sebentuk doa yang dalam. Ia bisa membantu orang tua menyebrang, mematikan kran air atau saklar lampu yang lupa dimatikan, berbagi senyuman pada anak-anak yang lewat, membersihkan toilet umum yang lupa disiram oleh orang lain. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "doa tidak saja berbentuk suara. Doa yang lebih dalam adalah cinta dalam tindakan".

Agar keseharian senantiasa damai, apa yang perlu dilakukan? Mengalir. Meminjam filsuf Heraclitus, tidak ada yang bisa melangkah di sungai yang sama dua kali. Simpelnya, setiap detik air sungai berganti. Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan. Setiap detik kehidupan berganti. Dan mengalir membuat seseorang menyatu rapi dengan setiap berkah kekinian. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Seni kedamaian adalah seni mengalir. Saat Anda sepenuhnya mengalir, Anda tidak saja mengalami kedamaian, tapi juga mengalami kebersatuan".

Apa praktik spiritual yang sederhana tapi mendalam?. Tersenyum. Terutama karena senyuman jauh lebih dalam dari sekadar bibir yang melengkung. Tatkala seseorang tersenyum, cengkraman pikiran yang penuh penghakiman melonggar, pada saat yang sama hati di dalam belajar mekar. Sebagai akibatnya, senyuman tidak saja mengirim vibrasi kedamaian ke luar, juga mengirim aura kesembuhan ke dalam. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Tatkala Anda tersenyum, sesungguhnya Anda sedang membentuk bibir Anda jadi seindah bunga".


Ada sepasang sayap yang sering membuat jiwa bisa terbang tinggi sekali, yakni cinta dan keikhlasan. Cinta tidak saja obat jiwa yang terindah, tapi juga sayap jiwa yang kokoh sekali. Tapi cinta saja membuat seseorang bernasib seperti burung bersayap sebelah. Untuk itulah, cinta memerlukan pasangannya berupa keikhlasan. Simpelnya, Anda boleh mencintai anak-anak, pasangan hidup, orang tua, tapi jangan pernah lupa mengikhlaskan hasilnya. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, keikhlasanlah yang membuat burung jiwa jadi terbang bebas tidak terbatas.

Ada sebuah ciri yang selalu muncul pada para sahabat yang sakitnya berat di sesi-sisi meditasi yakni pikirannya yang kaku. Ciri pikiran yang kaku sederhana, selalu memaksa kehidupan dan orang lain agar bertumbuh sesuai dengan kemauannya. Begitu kehidupan melenceng ke tempat lain, maka kecewalah buahnya. Belajar dari sini, sangat-sangat penting melatih diri untuk memiliki pikiran yang lentur. Caranya, menyangkut usaha Anda boleh melakukan yang terbaik. Tapi menyangkut hasil, belajar membekali diri dengan keikhlasan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, keikhlasan membuat jiwa terbang tinggi dan bebas.

Ini tips menyembuhkan jiwa di dalam. Setidaksempurna apa pun hidup Anda, seburuk apa pun orang pernah mencaci Anda, belajar mendekap diri Anda apa adanya. Mirp dengan apa yang dilakukan alam, alam hidup lebih lama karena mereka bertumbuh "apa adanya". Sebagaimana kerap dipesankan, yang buruk dan yang baik semuanya adalah tarian kesempurnaan yang sama. Siapa saja yang mendekap dirinya apa adanya, tidak saja mungkin sembuh jiwanya, juga bisa menjadi pembawa-pembawa cahaya. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "jika Anda ingin sembuh, laksanakan cinta. Jika Anda ingin berbagi cahaya pada dunia, laksanakan cinta"

Kenapa Guruji tidak pernah mengkritik orang dalam semua pesan-pesan yang disampaikan? Setiap kali seorang Guru lahir, ia selalu dipesankan untuk menjaga keseimbangan alam. Di zaman kita, alam sudah terlalu panas baik secara fisik maupun spiritual. Dan kritik sekonstruktif apa pun, ikut memperpanas keadaan. Lagian, sudah ada banyak orang yang memerankan peran itu. Dengan tidak bermaksud menyebut kritikus dengan judul negatif, di zaman ini tokoh yang menyentuh hati dunia adalah Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, YM Dalai Lama. Pesannya, wajah Guru yang amat dibutuhkan zaman ini adalah yang sejuk, lembut, mengayomi..

"Seorang bule dari Rusia dengan polosnya mengira semua pria Bali baik. Setelah menikah dengan pria Bali kemudian menemukan harapan dan kenyataan jauh berbeda, ia mengamuk marah sekali...". Tatkala remaja jatuh cinta, ia tidak mencintai calon pasangannya. Tapi mencintai bayangan dia tentang calon pasangannya. Saat bayangan dan kenyataan berbeda jauh, di sana pernikahan jadi terbakar. Belajar dari sini, pikirkan berulang-ulang sebelum menikah. Apakah Anda mencintai calon pasangan, atau bayangan Anda sendiri. Setelah memutuskan menikah, kuatkan tekad untuk mempertahankan pernikahan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, perjumpaan dengan belahan jiwa tidak seperti mur dan baut yang langsung cocok. Belahan jiwa adalah buah dari ketekunan untuk terus menerus mencintai selama puluhan tahun

"Seorang bule dari Barat yang berjalan ke sana ke mari di muka bumi ini mencari Guru spiritual bercerita, setiap ketemu Guru selalu ia ketemu mata yang mau mencari untung..". Suka tidak suka, begitulah zaman kita. Cuma, menyalahkan tidak akan membawa jiwa pulang. Yang bisa membawa jiwa pulang adalah betul-betul melangkah pulang. Caranya, selalu lihat diri Anda sebagai jiwa yang ada di sini untuk memancarkan cahaya. Bukan jiwa yang ada di sini untuk mencari cahaya. Seorang sahabat yang sudah berjumpa cahaya pernah mendengar pesan seperti ini: "Ambil penderitaannya, berikan para mahluk kebahagiaan. Dengan cara seperti itu, tidak saja kehidupan jadi seimbang, jiwa di dalam juga mekar menawan"

Bagaimana belajar memaafkan di tengah masyarakat yang melihat dan memperlakukan saya sebagai sampah? Semuanya berawal dari bagaimana Anda memandang diri Anda. Di kedalaman keheningan pernah terdengar pesan seperti ini: "kehidupan hanya cermin Anda. Kalau Anda menyebut diri Anda bunga, maka Anda akan berjumpa bunga". Untuk itu, berhenti menyebut diri sebagai sampah. Yakini sampah yang sudah menahun ini sekarang sudah saatnya mekar menjadi bunga. Caranya, selalu lihat sisi-sisi berkah dari hidup Anda. Bila kulit Anda hitam, katakan ke orang di cermin hitam manis. Jika hidup Anda sederhana secara ekonomi, bilang ke orang di cermin untuk selalu belajar rendah hati. Dengan cara ini, pelan perlahan Anda bisa memaafkan diri dan orang lain.

Apa ada cara sederhana untuk mengenali diri yang lebih dalam? Coba menoleh jauh ke masa kecil. Kemudian ingat apa-apa yang Anda sukai dalam waktu yang sangat lama. Entah bunga, entah pemandangan alam, entah makanan, entah tempat suci, entah lawan jenis yang terlihat menarik. Yang penting, Anda mencintainya dalam waktu yang sangat lama. Lebih-lebih kalau daya tariknya sampai masuk ke dalam mimpi. Meminjam warisannya Rumi: "Di balik apa yang Anda cintai dalam waktu yang lama tersembunyi rahasia tentang siapa diri Anda yang sesungguhnya".

Bagaimana mengetahui kalau seseorang memiliki hati yang indah? Tidak seperti melihat baju, begitu terlihat langsung ketahuan keindahannya. Keindahan hati terlihat perlahan. Biasanya keasliannya terlihat di saat-saat cuaca kehidupan sangat sulit. Mirip dengan para remaja berkemah. Saat matahari terang, makanan enak, semua muka terlihat cerah. Tapi bila di tengah hujan yang deras, makanan habis, sebagian teman sakit, di sana ada orang yang bisa tersenyum memberikan tangan pertolongan, itulah hati yang indah..

Apa yang ada di balik pribadi-pribadi yang simpatik? Persahabatan yang sempurna dengan kehidupan. Tidak mungkin seseorang memancarkan cahaya indah kalau di dalamnya masih bertempur. Apa yang dilakukan pribadi-pribadi simpatik sederhana, mereka selalu melihat diri mereka sebagai bunga, sehingga dengan mudah orang lain mencium bau wangi bunga di hati mereka. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Bila Anda tidak melihat bunga di hati Anda, jangan berharap orang melihat keindahan dalam diri Anda".

Kehidupan menyerupai samudra yang maha luas. Di permukaan ia memang penuh gelombang. Tapi di kedalaman yang dalam, yang ada hanya kedamaian yang menawan. Terinspirasi dari sini, belajar meninggalkan kehidupan yang penuh gelombang di permukaan seperti sedih-senang, duka-suka, dicaci-dipuji. Kemudian mulai menyelam dalam ke dalam diri. Caranya, setiap kali gelombang-gelombang pikiran dan perasaan itu muncul, saksikan mereka dengan penuh senyuman. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "menjadi spiritual adalah menjadi tenang dan damai. Hanya dalam ketenangan kedamaian Anda bisa melaksanakan kasih sayang"

"Anak saya divonis terkena autis, bagaimana melangkah ke depan?". Setiap putaran waktu memiliki cara bertumbuh sendiri-sendiri. Ada saatnya menyenangkan, ada saatnya menyedihkan. Bila remaja hanya mau yang menyenangkan, jiwa-jiwa yang sudah dewasa belajar tersenyum baik pada kesenangan maupun kesedihan. Endapkan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Kebahagiaan memang menyenangkan, tapi ia tidak memberikan pelajaran apa-apa. Kesedihan memang menyakitkan, tapi berlimpah pelajaran yang tersedia di sana".

Apa mungkin menemukan kedamaian di tengah riuhnya kehidupan? Tergantung bagaimana Anda mengolah keriuhan kehidupan. Kalau riuhnya kehidupan diperlakukan sebagai vitamin (bukan racun) kehidupan, maka keriuhan memperkuat perjalanan spiritual. Keriuhan menjadi vitamin pertumbuhan kalau Anda belajar melihat, bahwa semua bertumbuh, semua sedang berproses. Ia sesederhana sampah bertumbuh jadi bunga. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Kedamaian bukanlah keadaan tanpa suara, melainkan kemampuan untuk tersenyum pada semua suara".

Kebanyakan orang berdoa agar mereka dibebaskan dari segala kesulitan. Tidak salah. Dan jiwa-jiwa yang sudah pulang lain lagi. Mirip dengan menyapu lantai. Semua tahu kalau debu akan datang lagi dan lagi. Tapi lantai tetap disapu tanpa menyalahkan siapa-siapa. Dengan cara yang sama, berdoa atau tidak berdoa, kesulitan akan terus datang dalam kehidupan. Namun, belajarlah menjalaninya tanpa menyalahkan siapa-siapa. Ingat jiwa-jiwa yang indah, bahkan Nabi, Avatara, Buddha pun harus melewati kesulitan-kesulitan agar jiwanya jadi dewasa.

Apa bentuk kebahagiaan yang mendalam? Kebahagiaan mendalam ditemukan tatkala orang menemukan kebahagiaan dengan cara melayani orang lain. Pengandaiannya seperti ini, tatkala tangan kanan tidak sengaja memukul tangan kiri dengan palu, secara alamiah tangan kiri memaafkan tangan kanan, secara alamiah tangan kanan merawat tangan kiri. Terutama karena rasa sakit tangan kiri juga dirasakan tangan kanan. Seperti itulah bentuk kebahagiaan yang mendalam.

"Saya merasa tidak betah di rumah, papa dan mama sering bertengkar...". Idealnya memang orang tua yang merawat anak-anak. Tapi jika itu tidak dapat, tidak ada salahnya dibalik, anak-anak yang merawat orang tua. Terutama karena sebagai orang menuanya rumit dan kompleks. Untuk itu, belajar menerima papa-mama. Sambil berjalannya waktu, coba menjadi jembatan indah di antara keduanya. Kalau Anda berhasil, tidak saja oran tua selamat, Anda juga jadi tambah dewasa. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Uang bisa membeli rumah (house), tapi hanya cinta yang bisa membuatnya jadi tempat tinggal yang indah (home)".

Bila bulan memantulkan cahaya matahari, lantas matahari memantulkan cahaya siapa? Agama-agama tradisional menyebut Tuhan sebagai sumber semua cahaya. Tidak salah. Bagi sahabat yang masih memerlukan subyek di luar untuk disembah, Tuhan adalah subyek persembahan yang aman. Asal tidak fanatik, asal tidak menggunakan Tuhan untuk menyerang orang. Dan begitu Anda bertumbuh jauh ke dalam diri, menemukan bahwa yang menyembah dan yang disembah tidak berbeda, di sana seseorang menemukan kebahagiaan dalam pelayanan. Dalam bahasa indahnya Kabir: "cahaya itu hanya terlihat beberapa detik, tapi ia merubah saya menjadi seorang pelayan".

Kenapa malam bulan purnama seperti malam ini disakralkan? Tatkala malam purnama, alam bermandikan cahaya siang dan malam. Ia serangkaian undangan bagi jiwa-jiwa juga untuk memandikan dirinya dengan cahaya. Memandang masa lalu sebagai pelajaran-pelajaran (bukan kesalahan-kesalahan), memperlakukan orang-orang yang pernah melukai sebagai Guru-guru yang menyamar, melihat kegagalan sebagai masukan untuk segera berubah, mendekap orang-orang dekat dengan kasih sayang, itu sebagai cara memandikan jiwa dengan cahaya. Tatkala alam luar bermandikan cahaya, alam dalam juga bermandikan cahaya, di sana Anda mengerti tanpa penjelasan betapa indahnya bulan purnama.

Apa doa indah di bulan purnama seperti malam ini? Saat alam terang benderang dengan bulan purnamanya, sesungguhnya saat-saat yang indah bagi jiwa untuk belajar hal-hal yang juga terang. Mendengarkan keluhan orang, memaafkan orang-orang yang melukai, menerima dan mendekap orang dekat, menyediakan tangan untuk menolong mereka yang membutuhkan adalah sebagai hal terang yang layak dilakukan di malam terang. Bila di luar terang, di dalam terang, saat itulah jiwa tidak memerlukan suara untuk berdoa. Sekaligus, itulah doa yang paling indah.

"Setelah menikah 3 thn bersama suami, ibu mertua tidak pernah melihat ada yang benar dalam diri saya...". Ini cerita klasik di awal-awal pernikahan yang menimpa banyak pemula. Simpelnya, nyaris semua ibu tidak rela putranya "diambil" oleh wanita lain, termasuk oleh menantu. Artinya, ada bibit-bibit persaingan di sana. Yang disarankan, hindari bersaing (dalam bentuk apa pun) dengan ibu mertua. Sebaliknya, perlakukan ibu mertua seperti memperlakukan ibu kandung. Tidak mudah memang. Bahkan sangat sulit. Tapi kalau Anda bisa melakukannya, tidak saja pernikahannya selamat, jiwa Anda juga mekar indah menawan.

Bagaimana bentuk konkrit berfikir sederhana? Tiap sahabat yang belajarnya dalam tahu, sebab dari sesuatu itu tidak pernah tunggal, sebabnya selalu lebih dari satu. Kendati demikian, kesederhanaan mengajarkan, miliki keberanian untuk memperkecil jumlah-jumlah faktor penyebab, kemudian mengkonsentrasikan energi di sana. Misal, tiba-tiba tanpa sebab yang jelas anak tidak mau sekolah. Sebabnya pasti banyak. Yang dimaksud berfikir sederhana, fokuskan energi pada hal-hal yang bisa dilakukan. Sebagai orang tua, kita bisa menyayangi anaknya, menerima anaknya, mendengarkan keluhannya. Tidak segera sembuh tentu saja karena ada faktor-faktor lain. Tapi pelan perlahan Anda sudah menyentuh akar kesembuhan anaknya.

Apakah meditasi bisa menyembuhkan kemarahan? Pikiran yang disentuh meditasi mendalam mirip dengan rumah kosong. Tatkala pencuri masuk ke rumah kosong, pemiliki rumah tidak kehilangan apa-apa. Artinya, begitu praktik kesadarannya mendalam, godaan dan cobaan tetap datang. Cuma, godaan-godaan ini akan bernasib seperti maling yang memasuki rumah kosong. Pemilik rumah tidak kehilangan apa-apa. Konkritnya, orang boleh mencaci atau memaki, tapi pikiran yang disentuh meditasi mendalam mendengarkannya seperti mendengarkan orang asing yang berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Diantara semua harta, harta yang tidak bisa dicuri orang adalah kesabaran dan kesadaran".


Di tengah kehidupan yang semakin memanas di mana-mana, apa yang penting untuk dilakukan? Menyederhanakan pikiran. Sejalan dengan semakin tingginya pendidikan, semakin majunya ekonomi dan persaingan, kehidupan memang menghadirkan semakin banyak kerumitan. Dan kerumitan adalah cara kehidupan untuk mengundang datangnya kesederhanaan. Untuk itu, belajar sederhana dalam berfikir, sederhana dalam berucap, sederhana dalam bertindak. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Kesederhanaan adalah taman indah di mana mekar bunga-bunga kedamaian".

Kenapa di bulan purnama emosi mudah meninggi? Ada banyak penafsiran. Salah satu yang layak direnungkan, saat bulan purnama alam jauh lebih terang dari biasanya. Artinya, alam memanggil jiwa untuk memasuki wilayah-wilayah terang seperti memaafkan, menerima, menyayangi. Emosi mudah meninggi terjadi karena alam yang besar terang sementara alam kecil di dalam gelap. Tidak nyambung. Untuk itu, sesibuk apa pun Anda di bulan purnama, belajar berdoa. Ingat jiwa-jiwa yang indah, doa adalah kendaraan menuju cahaya.

Malam ini malam bulan penuh (purnama). Di langit ada cahaya bundar sempurna tidak menyilaukan. Ia seperti sedang berpesan, cinta mirip bulan purnama. Ia bercahaya menerangi tanpa menyilaukan. Konkretnya, boleh menyayangi anak, boleh menyayangi pasangan hidup, boleh mencintai Tuhan, tapi ingat jangan sampai menyilaukan mata orang. Cinta yang tidak menyilaukan sederhana, cintai orang-orang, pada saat yang sama ikhlaskan mereka agar bertumbuh sesuai dengan panggilan alami mereka. Ingat jiwa-jiwa yang indah, cinta adalah cara sang jiwa berbagi cahaya.

Bagaimana membuat orang-orang sekitar sadar akan pentingnya jiwa yang indah? Di zaman ini, cara merubah orang yang paling disarankan adalah SIKAP. Kurangi menceramahi orang, apa lagi menceramahi mereka yang berumur lebih tua. Bersama waktu, terus menerus tunjukkan dengan sikap, sikap, sikap. Tatap mereka dengan mata kasih sayang (mirip ibu memandang putra tunggalnya), terima ketidaksempurnaan mereka, maafkan kesalahan mereka. Jika mereka berkata-kata yang tidak indah, cukup jawab dengan senyuman kemudian menjauh. Bila tekun dan tulus, suatu hari mereka akan melihat. Ternyata kalau hati indah maka hidup juga indah.

Apa ciri seorang sahabat yang baik? Dibandingkan mengukur orang dengan ukuran-ukuran ideal dan kemudian kecewa, jauh lebih disarankan untuk mengembangkan hati jadi indah. Terutama karena di alam ini ada hukum yang bekerja sempurna. Taman indah didatangi kupu-kupu, kolam tenang didatangi ikan. Untuk itu, dibandingkan mengejar kupu-kupu (baca: sahabat), lebih disarankan untuk membuat hati mekar seindah bunga dengan banyak melaksanakan kebaikan. Begitu hati mekar indah, secara alami kupu-kupu datang mendekat.
  
Apa tanda-tanda penting kalau kita semakin dewasa secara spiritual? Pertama-tama cengkraman pikiran dualistik (salah-benar, rendah-tinggi) mulai melonggar. Ia digantikan oleh pikiran yang bisa menerima perbedaan-perbedaan. Dari sini seseorang kemudian belajar bisa berbahagia melihat orang lain bahagia. Lebih-lebih bisa berbahagia melihat musuh berbahagia. Itu lebih dewasa lagi. Seseorang mulai sangat dewasa secara spiritual kalau ia bisa mendedikasikan seluruh hidupnya untuk orang lain.

Apakah bodoh itu selalu jelek? Tidak selalu. Kalau kebodohan membuat Anda mau belajar, mau mendengar, tekun merendah, kebodohan bisa membukakan pintu bagi terbukanya gerbang keindahan. Sesungguhnya yang terpenting bukan pintar atau bodoh, melainkan mencari tempat yang pas sehingga jiwa bisa mekar indah. Ia sesederhana kamboja dan lotus. Kamboja tumbuh indah di tempat yang panas dan kering. Lotus tumbuh indah di tempat yang panas dan banyak air. Ingat jiwa-jiwa yang indah, tidak ada orang yang selalu bodoh, yang ada adalah orang-orang yang belum menemukan tempatnya.
  
Apakah kepintaran itu teman atau lawan? Tergantung tempatnya. Di sekolah-sekolah kepintaran diberi nilai tinggi. Tapi di jalan spiritual mendalam, kepintaran adalah serangkaian penghalang. Terutama karena kepintaran seperti kaca mata kuda yang membuat orang gagal melihat ke samping dan ke belakang. Sebagian orang pintar bahkan hidupnya sangat berbahaya. Terutama karena kepintaran digunakan untuk menyerang dan menjatuhkan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kepintaran tanpa kebaikan membuat seseorang seperti anak kecil yang memegang pedang.
  
"Saya sekolah tinggi di tempat yang sangat jauh, eh setelah dewasa ada saudara yang tidak merantau, sekolahnya pas-pasan malah lebih berhasil secara materi..." Kekayaan materi khususnya adalah buah dari ketekunan memberi di kehidupan sebelumnya. Jika dulu sering memberi, persoalan waktu seseorang akan memetik buahnya. Dengan demikian, dibandingkan meracuni diri dengan penyakit iri hati, membandingkan, lebih disarankan untuk mengalir dengan setiap putaran karma yang datang. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kaya adalah kesempatan untuk berbagi, miskin adalah latihan spiritual untuk selalu rendah hati.
  
"Saya punya saudara yang tidak bisa memaafkan selama bertahun-tahun..." Sebagaimana sudah dibuka rahasianya oleh banyak penelitian - salah satunya adalah buku Molecules of Emotion - emosi negatif seperti marah yang mengendap lama di dalam, pelan meyakinkan memproduksi racun yang membuat tubuh terkena penyakit berat seperti stroke, dll. Sehingga tidak ada pilihan lain kecuali belajar memaafkan serta melepaskan segala marah dan dendam. Caranya, coba lihat sisi-sisi baik dari orang yang menyakiti. Misal, orang yang pernah dibantu lupa kalau dirinya pernah ditolong. Sisi baiknya, ia mengajarkan kita untuk tulus dan ikhlas dalam menolong orang lain. Jika memori pernah menolong diingat-ingat terus, kebaikan membuat Anda meracuni jiwa Anda sendiri.
  
Bagaimana caranya agar saya bisa benar-benar memaafkan, bukan hanya di mulut? Kesulitan memaafkan tidak terletak pada besarnya kesalahan orang, melainkan karena besarnya EGO di dalam. Untuk itu, kalau mau benar-benar bisa memaafkan, fokuskan energi tidak pada melihat kesalahan orang, tapi pada ego yang ada di dalam. Konkretnya, kapan saja Anda dihina sama orang, lihat gerakan api emosi di dalam. Lihat saja apinya sebagai api, tanpa judul negatif-positif. Mirip dengan melihat kembang api yang dimainkan anak-anak, muncul sebentar kemudian hilang. Yang perlu diingat, jangan bereaksi baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Karena reaksi itu seperti menyiramkan bensin pada api yang sedang menyala. Asal tekun dan tulus berlatih seperti ini, suatu hari api ego di dalam mengecil. Di sanalah memaafkan itu jadi lebih mudah.
  
Apakah ada kehidupan yang selalu bahagia? Kalau pengertian bahagia adalah hanya senang-senang saja, tentu saja tidak ada. Mirip dengan siang-malam, kehidupan di dalam maupun di luar terus mengalir tidak ada yang bisa menghentikannya. Karena tidak bisa dihentikan, satu-satunya pilihan adalah menyatu dengan sang aliran. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Kesuksesan adalah gelombang tinggi, kegagalan adalah gelombang rendah. Dan keduanya merunduk rendah hati di pantai kedamaian yang sama".
  
"Hidup saya penuh musibah. Setelah pasangan hidup saya lari, anak kecelakaan...". Berdoa tidak berdoa, kehidupan selalu mengalir. Daun kering mengalir jadi pupuk, bunga indah mengalir jadi sampah. Hal yang sama terjadi dalam kehidupan. Setelah berkah musibah, sehabis dikunjungi duka kemudian dikunjungi suka. Melawan aliran kehidupan, itulah penderitaan. Mengalir bersama aliran kehidupan, itukah kedamaian. Endapkan pesan ini jiwa-iwa yang indah: "Berkah di suatu hari bisa jadi musibah di lain hari, musibah di suatu hari bisa jadi berkah di lain hari. Mengalir jiwa-jiwa yang indah..".

"Setelah menikah, jiwa saya banyak terbakar oleh kekecewaan dan kemarahan. Ternyata pasangan saya bohong...". Kekecewaan pernikahan terjadi karena banyak yang mengira kalau pernikahan adalah pacaran yang disahkan. Padahal, pacaran dan pernikahan adalah 2 bab berbeda dari buku kehidupan yang sama. Sebelum tubuh rontok oleh stroke dan serangan jantung, indah kalau belajar melihat pernikahan sebagai taman tempat saling menyirami. Mendengarkan, menerima, memaafkan adalah sebagai air yang bisa disiramkan di taman pernikahan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, pernikahan bukan pertandingan sepakbola di mana kalah itu musibah, pernikahan adalah taman jiwa di mana mengalah itu indah.
  
Salah satu energi di dalam yang sangat menyembuhkan adalah kekuatan memaafkan. Jiwa tidak saja sejuk dan lembut karena memaafkan, tapi juga bebas. Endapkan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Tatkala Anda memaafkan, bukan berarti Anda salah dan musuh benar. Saat Anda memaafkan, Anda sedang membawa jiwa keluar dari rumah yang sedang terbakar oleh dendam dan amarah. Pada saat yang sama Anda memercikkan tirtha (air suci) pada jiwa yang ada di dalam".
  
"Anak itu sangat mengecewakan. Padahal ia dirawat sejak kecil. Setelah sukses tidak saja lupa dengan kebaikan mamanya, tapi juga kasar..", ini keluhan seorang ibu beberapa hari sebelum ia terkena stroke. Sekaligus ini juga ciri khas jiwa-jiwa yang tidak dibekali pengetahuan dan kebijaksanaan. Jangankan kesalahan masa lalu, bahkan kebaikan pun mengejar seperti musuh yang membawa senjata. Dan begitu badan tidak kuat lagi menggendong beban berat kejiwaan, ia rontok dalam bentuk penyakit berbahaya seperti stroke. Sebelum cerita sedih ini terjadi pada diri Anda, Arif merenungkan pentingnya belajar melonggarkan cengkraman pikiran. Meditasi - melalui kegiatan menyaksikan - membantu orang-orang melonggarkan cengkraman pikiran.
  
Saya ingin sekali menjadi sabar dalam hidup, dari mana memulainya? Lebih mudah menemukan kesabaran dengan pikiran yang longgar dibandingkan dengan pikiran yang kaku. Pikiran yang longgar memberikan banyak ruang pada perbedaan-perbedaan. Bagi pikiran seperti ini, tatkala ada orang yang terlihat berbeda, tidak langsung diberi judul jahat. Mirip dengan pepohonan, ada yang tumbuh di tempat yang panas seperti kelapa, ada yang tumbuh di tempat dingin seperti pinus. Keduanya tidak dipaksa sama, melainkan dibiarkan tumbuh alami di tempat masing-masing. Dengan cara yang sama, keluarga, tempat kerja juga berisi perbedaan-perbedaan. Kalau ingin sabar, belajar menerima kelapa sebagai kelapa, pinus sebagai pinus.
  
"Saya sulit bekerjasama dengan orang lain. Rasanya kalau kerjasama dengan orang kinerja saya menurun..". Di zaman ini, tidak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan sepenuhnya seorang diri. Semuanya dilakukan dalam sebuah jejaring bersama orang lain. Untuk itu, tidak ada pilihan lain kecuali melatih diri untuk bisa bekerja dalam kelompok. Caranya, saat ada orang yang terlihat berbeda, belum tentu salah. Mungkin mereka melihat persoalan dari sudut pandang yang lain. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Ketidaksempurnaan membuat manusia mirip burung bersayap sebelah. Hanya bisa terbang kalau berpelukan"
  
Apa akar banyak sekali pertengkaran? Keakuan. Belajar menjadi pintar itu baik. Bekerja keras agar berkecukupan juga baik. Tapi jangan pernah izinkan kepintaran dan kekayaan itu membuat keakuan membesar dari hari ke hari. Terutama karena ketersinggungan, kemarahan sebagai sumber banyak penyakit berawal dari harga diri yang terlalu tinggi. Sebagai bahan renungan, indah sekali kalau bisa mendidik diri menjadi rendah hati dengan cara menghormati orang lain. Simpan pesan ini di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "sebagaimana yang diajarkan bambu, begitu jiwa tumbuh tinggi sekaligus dekat dengan cahaya, ingat untuk merunduk rendah hati".

Rutinitas sering membuat orang-orang mudah jenuh dan bahkan stres. Itu sebabnya sebagian orang mencari variasi pada hal-hal yang berbahaya. Dibandingkan melukai jiwa dengan mencoba hal-hal berbahaya, coba temukan variasi kehidupan dengan berbuat baik. Entah mencabut rumput liar di taman, menyirami tanaman, memberi makan kelinci, dll. Rumusnya sederhana, bila sedang dikunjungi kesedihan, belajar berbuat baik. Jika sedang dikunjungi kebahagiaan, belajar berbuat baik. Ingat jiwa-jiwa yangg indah, kebaikan adalah jembatan pendek menuju keterhubungan.

"Sepasang orang tua saya barusan meninggal. Sedih tentu saja. Yang penting, dengan siapa saya melangkah ke depan?". Sementara masih sedih, coba temukan keluarga dekat, sahabat dekat yang layak dipercaya. Itupun hati-hati karena zaman penuh kegelapan. Setelah agak stabil sedikit, coba belajar menemukan akar-akar kokoh kehidupan ke dalam. Caranya, lihat kesedihan sebagai matahari panas yang membuat bunga jiwa jadi mekar. Lihat perpisahan dengan ortu sebagai titik awal untuk menjadi dewasa. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kedewasaan datang kepada mereka-mereka yang melewati banyak cobaan dan godaan. Jangankan orang biasa, bahkan nabi pun harus melewati cobaan besar agar bisa menjadi dewasa.
  
Kalau lagi sepi sendiri, apa yang sebaiknya dilakukan? Coba belajar terhubung melalui hal-hal yang kelihatannya kecil tapi mendalam. Menyirami tanaman, memberikan makan binatang, merapikan rumput liar di taman, bermain/bernyanyi bersama anak-anak kecil adalah sebagian hal kecil tapi mendalam. Dengan cara seperti itu, rasa sepi tidak membuat Anda kesepian, sebaliknya menjadi langkah menuju keterhubungan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, jika orang biasa takut dengan kesendirian, jiwa-jiwa yang sudah terhubung menemukan kesempurnaan dalam kesendirian.
  
Apa pesan spiritual di balik rasa kesepian yang panjang? Perasaan kesepian dan kesendirian adalah masukan kalau seseorang belum sepenuhnya terhubung. Ia mirip seseorang yang dikurung banyak tembok, kemudian hanya melihat dirinya sendiri. Untuk itu, belajar merobohkan tembok-tembok yang memisahkan diri Anda dengan mahluk lain. Ketakutan, keraguan, kebingungan, ketidaktahuan adalah sebagai kekuatan di dalam yang membuat Anda terpisah. Sebaliknya, cinta, pelayanan, persahabatan adalah jembatan-jembatan kokoh yang menghubungkan Anda dengan alam dan kehidupan. Di puncak keterhubungan, Anda melihat diri Anda di mana-mana.

Persahabatan adalah bibit-bibit spiritual yang Anda tanam di mana-mana. Mirip dengan menanam benih, kalau Anda menanam seribu benih, pasti ada saja yang bertumbuh dan berbunga nantinya. Untuk itu, kapan saja Anda menjumpai orang, fokuskan energi untuk menjadi seorang sahabat. Mendengarkan dengan penuh ketulusan, menolong kalau bisa, atau sekurang-kurangnya tidak menghakimi orang adalah sebagai cara. Meminjam salah satu pesan indah Upanishad: "saya lama tersesat entah di mana. Saya menemukan kembali diri saya dalam pelayanan pada orang lain. Setelah pelayanan didalami, ternyata yang melayani dan yang dilayani sama".

Apakah cemburu pada pacar atau pasangan hidup selalu buruk? Tidak ada berkah kehidupan yang selalu buruk. Bahkan sampah yang sangat bau sekalipun kalau diletakkan di bawah pohon bisa jadi bunga. Dengan cara yang sama, cemburu juga tidak selalu buruk. Asal tidak berlebihan, cemburu bisa menjadi kekuatan penjaga yang bisa menjaga hubungan (pernikahan) jadi selamat. Sarannya kemudian, ungkapkan rasa cemburu Anda di tempat dan waktu yang tepat. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "cinta bukan penjara. Cinta adalah permata yang kita berikan pada orang-orang yang kita cintai".

Apa langkah menyembuhkan diri yang paling disarankan di zaman ini? Memaafkan. Di zaman ini terlalu banyak jiwa merasa bersalah dengan masa lalunya, sekaligus dendam dengan orang-orang yang tidak sejalan. Meminjam penelitian di negara maju, lebih dari sebagian penyakit manusia di zaman ini berkaitan dengan stres. Sebelum penyakit mengunjungi Anda, indah sekali kalau bisa memaafkan. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Tatkala Anda memaafkan, sesungguhnya Anda sedang membawa jiwa Anda keluar dari sebuah rumah yang sedang terbakar oleh amarah".

Kenapa orang-orang di zaman ini mudah sekali marah? Keadaan mudah marah adalah masukan kalau seseorang bertempur keras di dalam dirinya. Dan pertempuran di dalam diri berawal dari rasa yang tidak pernah puas. Ada saja yang terasa kurang. Jangankan banyak hutang, bahkan kekayaan berlimpah pun, masih terasa kurang. Di titik inilah seseorang perlu mendidik diri untuk merasa berkecukupan. Ingat jiwa-jiwa yang indah : "Rasa berkecukupan adalah surga jinjing yang Anda bawa ke mana pun Anda pergi"

Menjadi spiritual adalah menjadi lotus yang indah di tengah pekatnya lumpur kehidupan. Persaingan, sikut-sikutan, saling menjelekkan adalah contoh pekatnya lumpur kehidupan di sana-sini. Cuma jangan berkecil hati, lumpur adalah lahan subur bagi tumbuhnya lotus yang indah. Kegelapan kehidupan adalah peluang bagi munculnya cahaya indah. Ringkasnya, seperti apa yang dilakukan lotus pada lumpur, ambil pelajarannya, gunakan pelajaran-pelajaran ini untuk membuat hati jadi indah. Ingat jiwa-jiwa yang indah, senyuman Anda yang merubah dunia, bukan dunia yang merubah senyuman Anda.

Cara Anda memandang dunia akan menentukan bagaimana dunia memandang Anda. Untuk itu, belajar menemukan bunga indah di mata orang-orang. Maksudnya, setiap kali berjumpa orang, coba lihat hal-hal yang Anda kagumi dari orang itu. Entah kepintarannya dalam bicara, bajunya yang indah, tatapan matanya yang sejuk. Dengan cara ini, Anda tidak saja sedang menghormati orang, Anda juga sedang membuat hati jadi indah. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kecantikan yang bertahan lama adalah kecantikan yang berasal dari dalam hati.

Untuk apa kita belajar spiritual? Jika taman jadi indah karena dihiasi bunga-bunga, hati seseorang jadi indah kalau dihiasi cinta, kebaikan, belas kasih. Untuk itu, alasan utama belajar spiritual agar hati menjadi penuh cinta dan kebaikan. Jika orang biasa melaksanakan cinta karena ancaman neraka, orang-orang dengan praktik spiritual mendalam sifat alami hatinya adalah cinta. Ia sealami madu yang manis. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Kebaikan adalah nyanyian indah yang bisa didengar oleh orang tuli, sekaligus bunga indah yang bisa dilihat oleh orang buta"

"Saya dimusuhi sama keluarga besar karena belajar spiritual...". Bagi orang biasa, musuh itu menakutkan. Bagi jiwa-jiwa bercahaya, musuh adalah amplas yang sangat menghaluskan. Untuk itu, buktikan pada orang-orang yang memusuhi Anda, tidak dengan menebar kata-kata tidak indah, tapi bukitkan dengan sikap yang indah. Sekali dengan SIKAP. Kalau tekun dan tulus, pada waktunya mereka akan hormat. Endapkan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Kapan saja musuh tiidak lagi terlihat membawa senjata, sebaliknya terlihat sebagai kekuatan yang menyempurnakan cinta, itu tanda rumah sejati sudah dekat"

"Tatkala memasuki alam gaib sebagai syarat menuju ke alam-alam yang lebih tinggi, saya sangat ketakutan..". Hati-hati memasuki alam gaib. Terutama kalau Anda berjalan sendiri tanpa bimbingan Guru. Resikonya besar memasuki alam itu. Yang disarankan, sempurnakan dulu cinta Anda kepada semua mahluk di alam nyata ini. Entah merawat tetumbuhan, binatang, manusia. Nanti, setelah Anda merasakan tidak punya musuh, merasa menyatu dengan semuanya, ringkasnya merasa kalau cinta Anda sudah menunjukkan tanda-tanda mengagumkan, secara alamiah akan ada yang membimbing Anda di alam gaib. Ia sesederhana bunga indah yang disentuh lembut oleh kupu-kupu.

"Tidak kebayang sebelumnya kalau dunia spiritual juga berisi banyak kekerasan...". Jangankan orang biasa, bahkan nabi, avatara, Buddha pun diperlakukan penuh kekerasan. Cuma, bila kekerasan bermusuhan bahkan dengan sesama kekerasan, kelembutan tidak bermusuhan dengan siapa-siapa. Kelembutan mirip air di sungai yang indah, semuanya didekap. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Alam ini sudah penuh penderitaan. Bila bisa mengurangi penderitaan mahluk-mahluk dengan cara menolong sungguh Anda sangat mulya. Jika tidak bisa, cukup jangan menambahkannya dengan penderitaan yang baru"..

"Saat meditasi saya melihat hal-hal yang seram dan menakutkan...". Apa yang Anda jumpai di dalam adalah pantulan dari keindahan hati Anda. Ia sesimpel sampah mengundang lalat, bunga mengundang lebah. Jika berjumpa yang menyeramkan, itu sebuah masukan kalau taman hati Anda perlu dirawat lebih baik lagi. Bagi sahabat-sahabat dengan hati yang indah, saat mereka berjumpa dengan kekuatan-kekuatan menyeramkan, secara alami mahluk-mahluk menakutkan itu muncul dengan wajah ibu, kemudian dipanggil mahluk-mahluk menyeramkan itu dengan panggilan ibu. Dengan cara seperti ini, seorang pencari bisa selamat, pada saat yang sama mahluk-mahluk gelap itu juga tidak melakukan kesalahan berbahaya..

Sebelum Anda memasuki hutan spiritualitas yang maha luas, sebaiknya masuki dulu hutan di dalam diri. Sebut saja bagian terluar diri kita bernama tubuh. Banyak rahasia yang belum dibuka manusia dalam tubuhnya. Rasa sakit sebagai contoh, ia adalah masukan kalau ada ruang gelap di dalam tubuh yang merindukan datangnya cahaya berupa dekapan dan penerimaan. Pegal dan semutan sebagai contoh lain, ia masukan kalau energi Anda kurang mengalir. Hutan pikiran dimasuki dengan meditasi mendalam, terutama dengan kegiatan menyaksikan (awareness). Hutan perasaan dimasuki dengan perawatan (carefulness). Setelah hutan di dalam diri dimasuki, kemudian boleh memasuki hutan spiritualitas yang maha luas..

Apakah meditasi harus dibimbing seorang Guru? Seperti belajar naik sepeda. Di awal-awal Anda memerlukan pengetahuan dasar. Sekaligus tempat berlatih yang aman seperti di lapangan yang penuh rumput. Itu pun bagian belakang sepeda ada yang pegang. Dan begitu Anda menemukan keseimbangan (kendati belum sempurna), belajar mandiri, menggali ke dalam diri seorang diri. Nanti, kalau harus memasuki alam-alam rahasia, lagi Anda memerlukan bimbingan seorang Guru. Terkecuali, kalau oleh Guru di alam rahasia Anda diharuskan berjalan sendiri..

Seorang pria kaya bercerita di sesi meditasi kalau hidupnya sangat takut. Tidak saja ia takut akan kematian dirinya, ia juga takut sekali dengan kematian orang-orang dekat. Bahkan membayangkan menantunya mati pun rasanya tersiksa sekali. Inilah contoh jiwa yang hidup dalam kegelapan ketidaktahuan. Setiap ciptaan yang lahir, persoalan waktu akan mati. Ia sesederhana daun kecil mungil berwarna hijau muda, bertumbuh jadi hijau tua, cokelat kemudian jatuh. Seperti itulah kehidupan. Siap tidak siap, suka tidak suka, semua akan didatangi kematian. Sedihnya, menyangkut kehidupan yang tidak pasti manusia penuh persiapan, menyangkut kematian yang pasti datang, tidak ada yang melakukan persiapan. Dan meditasi mengajarkan, persiapan terbaik menuju kematian adalah belajar melepaskan..

Ini cerita tentang pohon kesembuhan. Rasa sakit dan penyakit mirip dengan daun kering. Intervensi melalui obat-obatan farmasi serupa air yang disiramkan ke daun kering. Sejuk dan segar memang daunnya sebentar, tapi kalau batang dan akarnya tidak diobati, nanti daunnya kering lagi. Batang pohon kesembuhan adalah keseimbangan emosi. Itu sebabnya sahabat-sahabat yang emosinya seimbang relatif lebih sedikit sakit. Dan akar pohon kesembuhan adalah keterhubungan spiritual. Rasa terimakasih mendalam, bersyukur dengan berkah-berkah kehidupan adalah sebagai contoh sehatnya keterhubungan spiritual seseorang..

Tubuh manusia tidak saja berbicara saat lapar, haus dan mengantuk. Dalam banyak keadaan tubuh mau menyampaikan sesuatu. Lelah sebagai contoh, ia panggilan untuk istirahat. Bosan sebagai contoh lain, ia masukan tentang ruang-ruang gelap di dalam yang memerlukan penerangan cahaya. Semutan memberi tanda kalau Anda perlu lebih banyak mengalir dalam kehidupan. Ia yang tekun mendengar suara-suara tubuh dari dalam mengerti, tubuh adalah Guru kehidupan yang mengagumkan. Ada banyak rahasia yang ditulis di sana. Termasuk rahasia agar jiwa segera pulang.

Kesehatan bukanlah keadaan tanpa penyakit, melainkan keadaan jiwa yang sepenuhnya utuh (whole). Konkritnya, bila pagi-pagi nasi goreng istri rasanya enak sekali, siapkan mental sorenya cerewetnya minta ampun. Jika suami suatu hari penuh pujian, siapkan mental ia akan mengecewakan. Seperti bandul, kehidupan bergerak dinamis. Dan apa yang disebut utuh sederhana, saksikan setiap putaran kehidupan dengan senyuman yang sama. Dengan cara seperti ini, lebih mungkin jiwa sembuh sekaligus utuh.

Di mana tempat berteduh jiwa yang paling sejuk di zaman ini? Di keluarga. Tanpa bermaksud menyebut lembaga sosial lain dengan sebutan begini-begitu, di keluarga kita saling mengenal secara sangat dalam selama bertahun-tahun. Lebih-lebih hubungan anak dengan ortu, ia tidak bisa dipisahkan. Untuk itu, lebih awal Anda belajar merawat keluarga lebih baik. Saling memaafkan dan saling menerima adalah air sejuk yang bisa disiramkan di taman keluarga. Mengalah secara bergantian adalah pupuk-pupuk kejiwaan yang sangat menyehatkan. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "cinta hanya bisa disempurnakan dengan cara terus menerus mencintai".

Hari ini orang Bali merayakan hari suci Kuningan (kauningan, uning=sadar). Ia menyisakan pesan indah, menjadi spiritual adalah menjadi sadar penuh (mindfulness). Kata penuh sangat ditekankan, karena puncak gunung selalu disertai jurang di sampingnya, kelebihan selalu membawa kekurangan. Keadaan sadar penuh tercapai, tatkala seseorang bisa senyum sama indahnya baik pada kelebihan maupun pada kekurangan. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "kesempurnaan bukanlah keadaaan tanpa noda, melainkan kemampuan untuk tersenyum pada semua noda". Selamat hari raya Kuningan pada semua sahabat orang Bali.

Apa pesan spiritual di balik kerinduan mendalam kepada Guru? Arti penting Guru adalah pengusir kegelapan. Dengan demikian, kerinduan mendalam kepada Guru adalah kerinduan mendalam jiwa akan cahaya terang. Untuk itu, bagi Anda yang belum punya Guru sebagai naungan tetap, belajar menemukan cahaya di dalam diri. Cahayanya disembunyikan di balik energi cinta, kebaikan, belas kasih. Bagi Anda yang sudah menemukan Guru sejati, kerinduan mendalam pada Guru adalah masukan kalau jiwa sudah melangkah pulang. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Guru mirip matahari, Anda adalah bunga indah yang siap mekar"

Di zaman yang demikian gelap ini, apa tanda sederhana kalau jiwa sudah melangkah pulang? Pertama-tama melihat kalau masa lalu adalah sumber pelajaran untuk melangkah ke depan. Masa depan masih memberi harapan, tapi yang terpenting adalah perasaan menyatu dengan saat ini. Makanya ada yang menulis seperti ini : "menjadi tercerahkan adalah menjadi satu dengan diri Anda apa adanya". Bila orang biasa sangat bernafsu untuk merubah dirinya agar lebih begini lebih begitu, jiwa-jiwa yang sudah pulang sangat menyatu dengan tiap kekinian. Dalam bahasa yang sederhana tapi dalam: "rumah jiwa sangat dekat. Ia lebih dekat dari nafas".

Perjalanan waktu dari Galungan ke Kuningan adalah perjalanan waktu yang sakral. Sehari sebelum hari Galungan ada pesan simbolik memotong babi. Artinya memotong ketidaktahuan (avidya). Setelah ketidaktahuan dipotong dengan kedalaman konsentrasi (samadhi), perjalanan spiritual dimulai. Titik tengahnya adalah soma pemacekan agung yang sakral dan cenderung seram. Puncaknya adalah hari raya Kuningan di hari ini. Semuanya serba kuning keemasan memancarkan cahaya. Pesannya, Anda semua adalah cahaya yang ada di sini untuk berbagi cahaya. Bahkan kegelapan pun hadir di sini agar cahaya tampak lebih indah dan terang.

Setiap agama punya pesan-pesan simbolik yang indah. Di hari raya Kuningan seperti hari ini, tetua Bali meletakkan janur kuning dengan bentuk yang melingkar seperti bulan purnama, mirip matahari, serupa bumi di pojokan-pojokan rumah yang dianggap suci. Pesannya, mirip lingkaran sempurna, manusia memulai kehidupan dengan bathin polos anak-anak, setelah pulang ke rumah sejati, jiwa berjumpa bathin polos yang sama. Ingat jiwa-jiwa yang indah, pertengkaran dan persahabatan semua dimulai dengan cara memandang. Tatkala cara memandangnya polos, bahkan musuh pun terlihat sebagai Guru yang menyamar. Selamat hari raya Kuningan untuk semua sahabat orang Bali.

Pada hari-hari suci seperti ini, tetua Bali meletakkan banyak janur kuning dengan bentuk yang indah-indah di setiap pojokan rumah yang dianggap suci. Ia seperti menyisakan pesan indah buat generasi berikutnya: "Anda boleh bekerja, merantau sejauh mungkin. Tapi jangan pernah lupa pulang ke rumah sejati". Di rumah sejati (tetua Bali menyebutnya Pura Jati), pikiran, ucapan, perbuatan semuanya mewakili keindahan yang sama. Ingat jiwa-jiwa yang indah, orang jahat adalah Guru kesabaran, orang baik adalah cermin keindahan hati Anda. Selamat hari raya Kuningan utk semua sahabat orang. Bali.

Suatu hari ada 2 pendaki yang mendaki gunung dari arah berlawanan, yang satu dari timur, yang satu dari barat. Saat matahari mau tenggelam, Gurunya bertanya soal di mana posisi matahari. Yang mendaki dari barat mengatakan di belakang, yang mendaki dari timur menyebut di depan. Dan berdebatlah mereka seru sekali: "belakang, depan, belakang...". Gurunya yang sudah di puncak hanya S3 (senyum2 saja). Perbedaan agama, tradisi, dll mirip cerita ini. Tapi bagi jiwa-jiwa yang sudah sampai di puncak gunung, akan tersenyum membaca pesan ini : "Ada banyak jalan menuju puncak, tapi hanya ada satu puncak yakni cinta"

Seorang psikolog muda yang sukses dan kaya di umur muda meninggalkan AS dan pergi ke Himalaya. Dia kira Himalya bisa memberikan jiwanya kedamaian. Setelah menjual semua kekayaannya, tinggal di lereng Himlaya, ternyata setiap malam tidurnya diganggu oleh suara musik dangdut orang-orang kampung. Inilah ciri khas pencari di zaman ini, mengira kedamaian ada di tempat yang jauh. Padahal, kedamaian ada di dalam diri. Endapkan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Sejauh pikiran Anda penuh dengan penghakiman, bahkan surga pun tidak bisa menjanjikan kedamaian".

Jika tetangga menunjukkan tanda-tanda tidak bersahabat, apa yang dilakukan? Pancarkan cahaya pengertian dan cinta. Caranya, mengerti dalam-dalam kalau di balik kebencian adalah penderitaan yang mendalam. Dan penderitaan tetangga tidak memerlukan kemarahan Anda. Ia memerlukan cahaya pengertian dan cinta. Begitu cahaya pengertian dan cinta berhasil dipancarkan, biasanya kualitas kebencian orang menurun. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Kehidupan adalah serangkaian musik, dan cinta adalah yang terindah dari semua lirik"

Tubuh memberi tanda dengan lapar dan haus saat ia kekurangan energi. Jiwa juga serupa. Ia juga memberi tanda kalau sedang kekurangan energi. Kesepian, keterasingan, gelisah, resah, di sini salah di situ masalah adalah sebagian tanda-tanda kalau jiwa memerlukan energi. Bila itu terjadi, mulai perjalanan memberi energi pada jiwa di dalam dengan mencari sumber-sumber energi di alam. Menghabiskan banyak waktu bersama anak-anak adalah salah satu pilihan. Pergi ke ruang-ruang terbuka seperti taman, sungai, danau, pantai, gunung adalah cara lain. Anda yang suka berdoa, cari tempat suci dengan hubungan karma yang kuat dengan Anda. Ingat-ingat jiwa yang indah, tawa adalah obat termurah, cinta adalah penyembuh yang terindah.

Apa obat kesembuhan jiwa yang sederhana tapi dalam? Mendekap hidup Anda apa adanya. Sebagaimana kerap disampaikan, semua putaran kehidupan (yang buruk maupun baik, yang menjengkelkan maupun yang menyenangkan) adalah tarian kesempurnaan yang sama. Pikiran saja yang terlalu kecil kapasitasnya untuk bisa mengerti. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Begitu Anda berdekapan sempurna dengan hidup Anda, kehidupan kemudian berubah wajah menjadi puisi kedamaian"

"Di mana-mana terlihat banyak penderitaan. Anak-anak berkebutuhan khusus meningkat, rumah sakit jiwa penuh, korban narkoba meningkat pesat. Ada saran Guruji?". Penderitaan adalah genta (bel suci) yang berdendang, mengingatkan kalau jiwa-jiwa bertumbuh terlalu jauh dari rumah sejati. Dengan demikian, setiap kali melihat jiwa-jiwa menderita, bergumam ke dalam diri: "pulang, pulang...". Tidak saja Anda diundang pulang, mahluk-mahluk lain juga diajak pulang. Endapkan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Pandang semua mahluk dengan kaca mata penderitaan. Kemudian lihat, tidak saja mahluk-mahluk berhenti bermusuhan dengan Anda, hati Anda juga mekar seperti bunga indah"

"Ada kalanya saya bingung, gelap rasanya. Di rumah salah, di luar rumah gelisah...". Kegelapan bukan hukuman, ia adalah kerinduan jiwa di dalam untuk segera menemukan cahaya. Sumber cahayanya bisa kawan yang mau mendengarkan Anda secara tulus, buku suci, tempat suci, atau Guru suci. Dan sangat tidak disarankan saat gelap kemudian lari ke dunia gelap seperti narkoba, alkohol, seks bebas, dll. Gunakan rasa sakit di dalam sebagai kekuatan pendorong untuk segera menemukan cahaya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, hanya ia yang pernah melewati kegelapan bisa mengenali indahnya cahaya

Apa cara cepat agar selalu terlihat cantik (ganteng)? Selalu berusaha melihat bunga di mata orang lain. Jangankan pada mata orang yang baik hati, bahkan pada mata orang jahat pun tersembunyi bunga. Jika di mata orang baik ada bunga penerimaan dan memaafkan, di mata orang jahat ada bunga bernama pelajaran dan hikmah. Simpelnya, orang jahat memberikan contoh yang nyata, kalau Anda jahat akan bisa menjadi menderita seperti mereka. Dengan cara ini, di mana-mana Anda berjumpa cermin yang berisi bunga. Dan lama-lama bukan tidak mungkin Anda jadi seindah bunga

Apa rahasia kecantikan (kegantengan) yang muncul dari dalam? Bibitnya adalah penerimaan akan diri secara total. Pengertian total adalah menerima baik kelebihan dan kekurangan. Selalu memandang kehidupan dari sisi berkah (bukan musibah) adalah air yang disiramkan pada bibit tadi. Cinta dan keikhlasan adalah bunga yang mekar di sana. Dengan kata lain, wajah kecantikan yang bertahan paling lama adalah cinta dan keikhlasan. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah: "Jika Anda tidak menanam bunga dalam hati Anda - dengan bersyukur, berterimakasih - jangan harap orang akan melihat kecantikan (kegantengan) dalam diri Anda".

Masyarakat menanamkan terlalu banyak bibit-bibit kekerasan dalam jiwa kita. Sehingga ia tidak memberikan pilihan lain selain mengimbangi bibit-bibit kekerasan ini dengan bibit-biit kedamaian. Dan tidak usah menunggu agar uang cukup, anak lulus sekolah, dan lain-lain agar damai, belajar menemukan kedamaian di setiap langkah kehidupan. Entah saat makan, kerja, doa, mandi, selalu lihat sisi-sisi damai dari setiap pengalaman kekinian. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "Kedamaian adalah senyuman yang penuh rasa syukur di sepanjang perjalanan"

Kapan saja Anda pergi ke cermin, ucapkan mantra ini dengan sepenuh hati pada orang yang Anda jumpai di cermin: "Saya mencintaimu apa adanya". Dengan cara ini, Anda terus menerus mengimbangi bibit-bibit kekerasan yang sudah ditanam orang-orang di diri Anda dengan bibit-bibiit kedamaian. Kapan saja bibit-bibit kedamaian sudah jauh lebih banyak dari bibit kekerasan, di sana Anda akan menjadi pahlawan kedamaian.

Apa bentuk pelayanan spiritual yang sederhana tapi mendalam? Mendengarkan dengan penuh empati, itulah jawabannya. Terutama karena di zaman ini banyak sekali jiwa yang lapar didengarkan. Sebagian lebih memang mau membuang sampah. Tapi kalau Anda bisa mengolah sampah, suatu hari ia akan jadi bunga. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "bila Anda tekun menanam bibit-bibit cinta pada hati orang -orang dengan memaafkan, menerima, mendengarkan - suatu hari yang mekar duluan adalah hati Anda".

Apa rahasia di balik muka yng bercahaya? Kualitas penerimaan akan diri yang sempurna. Setiap kali pergi ke cermin, jiwa seperti ini menemukan banyak hal yang layak disyukuri dalam hidupnya. Di
kedalaman hati mereka yang dalam, kehidupan menyerupai taman bunga yang selalu mengundang siapa saja untuk mengungkapkan rasa syukur yang mendalam. Ingat jiwa-jiwa yang indah : "Tatkala Anda menerima diri Anda apa adanya, kehidupan mekar menyerupai bunga indah".

Banyak orang ingat melakukan sesuatu yang indah untuk tubuhnya, sedikit yang ingat untuk melakukan sesuatu yang indah untuk jiwanya. Biasanya orang-orang baru sadar setelah pensiun dan sakit-sakitan. Sebelum itu terjadi, ada baiknya belajar peka terhadap tanda-tanda jiwa di dalam. Kualitas tidur yang terganggu, sering mimpi buruk, kerap marah, makan yang tidak lagi seenak dulu, sering-sering tiba-tiba sedih atau bad mood adalah sebagian tanda. Sarannya kemudian, coba ingat kembali saat-saat Anda didekap ibu, atau saat-saat indah bersama ayah waktu kecil. Itulah saat-saat di mana jiwa merasakan sesuatu yang indah. Sekarang panggil energi yang sama di dalam, dekap diri Anda apa adanya, kemudian gunakan energi yang sama untuk merawat mahluk-mahluk yang ada di dekat Anda. Dari menyirami tanaman, memberi makan binatang, atau tersenyum indah pada anak tetangga yang sedang lewat. Itulah yang dimaksud melakukan sesuatu yang indah untuk jiwa

Keadaan emosi yang sering marah itu pertanda apa? Ia pertanda kalau pikiran Anda terlalu mencengkeram. Dan hati-hati, ini adalah bibit banyak penyakit berbahaya seperti kanker dan lain-lain. Terutama karena emosi di dalam yang terbakar dan menumpuk selama bertahun-tahun mengirim banyak racun ke unsur tubuh yang lain. Sebelum itu terjadi, layak direnungkan untuk melonggarkan cengkraman pikiran. Caranya, susu segar di pagi hari, jadi tidak segar di sore hari. Dengan cara yang sama, orang yang terlihat baik di suatu hari bisa jahat di lain hari. Pasangan hidup yang menarik di suatu waktu bisa menjengkelkan di waktu lain. Dengan kesadaran seperti ini, cengkraman pikiran melonggar, kemarahan menurun, kemungkinan terserang penyakit lebih sedikit.

Tatkala sedih, apa bentuk meditasi yang sebaiknya dilakukan? Meditasi jalan. Kalau Anda tidak punya tempat yang mendukung, waktunya terbatas, berjalanlah menuju toilet atau dapur misalnya. Berjalan dengan kecepatan normal sehinga tidak dikira aneh-aneh oleh orang-orang, tapi bergumam ke dalam diri : "menyatu, menyatu..". Artinya, apa pun berkah kekinian Anda (sedih, bad mood, dll) belajar menyatu. Ingat, meditasi menyembuhkan Anda dengan menerima diri Anda apa adanya. Jika Anda punya waktu cukup, ruang tertutup, jalan sepelan mungkin. Lihat semua fenomena kehidupan (sedih-senang, duka-suka) persis sama dengan langkah-langkah kaki yakni muncul, lenyap, muncul... Dengan cara ini Anda bisa melepaskan setiap emosi negatif yang datang. Ingat jiwa-jiwa yangg indah, seni kedamaian adalah seni melepaskan.

Apa kunci toleransi antaragama? Mirip dengan bunga indah. Bunga indah tidak saja ada di halaman rumah Anda, ia juga ada di halaman rumah orang lain. Dengan cara yang sama, kebaikan dan keindahan hati tidak saja ada di agama Anda, ia juga ada di agama orang lain. Bila demikian cara memandangnya, perbedaan agama tidak menimbulkan perkelahian, malah menimbulkan persahabatan. Endapkan pesan ini jiwa-jiwa yang indah: "Ia yang menghormati agama orang sedang mensucikan agamanya sendiri, ia yang sedang menghina agama orang sedang menjelek-jelekan agamanya sendiri"

Mirip dengan apa yang dilakukan sekolah, perjalanan spritual di tingkat-tingkat awal cenderung kaku dan hitam-putih. Maklum, masih kanak-kanak (SD, SMP) sehingga perlu dijaga agar seorang pencari tidak berbahaya. Tapi begitu seseorang bertumbuh semakin dewasa secara spiritual, di sana ia berjumpa wajah pengetahuan yang jauh lebih luwes dan lebih luas. Untuk itu, kapan saja berjumpa pencari yang kaku, penuh penghakiman, lihatlah mereka sebagai anak-anak yang sedang bertumbuh. Tidak untuk dihakimi, apa lagi dicaci. Sekali lagi tidak. Tapi untuk dilihat dari jauh jangan sampai mereka berbahaya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, menjadi dewasa adalah menjadi penuh pengertian sekaligus penuh cinta.

Jika ada teman yang merasa pemahaman agamanya paling benar, bagaimana sebaiknya? Semua jiwa sedang bertumbuh. Asal tidak melukai dirinya dan orang lain, hormati saja cara mereka bertumbuh. Bila ada pendapat yang berguna, silahkan dipakai. Jika ada argumen yang mengarah pada melukai diri Anda sebaiknya menjauh. Ingat-ingat jiwa-jiwa yang indah, agama bukan senjata untuk menyerang orang. Agama adalah air suci (tirtha) yang dipercikkan pada jiwa agar jiwa kembali ke bentuknya yang sedia kala sebagai cinta

Ini tips menjadi penyembuh bagi diri sendiri. Rasa sakit dan penyakit adalah masukan kalau seseorang sedang kekurangan energi. Dan diantara banyak sumber kebocoran energi, yang paling banyak mengkonsumsi energi adalah kegiatan berfikir (membandingkan, merencanakan, tidak puas). Meminjam penemuan sahabat di neuro science, otak beratnya hanya 2% dari berat tubuh tapi mengkonsumsi energi yang diperlukan tubuh lebih dari 20%. Itu dalam keadaan normal, dalam keadaan kehidupan lagi rumit, otak mengkonsumsi energi lebih tinggi lagi. Di sesi-sesi meditasi terlihat terang benderang, sahabat-sahabat yang sakit keras umumnya pikirannya rumit sekali. Sarannya kemudian, kurangi berfikir, perbaiki kualitas keikhlasan di depan kehidupan. Sabagaimana saran sebuah buku suci, Anda boleh berusaha tapi ikhlaskan hasilnya.

Apa cara mengendalikan nafsu agar hati tetap indah? Hati-hati dengan makanan. Setiap makanan yang mengarah pada meningkatnya nafsu (seperti daging, telur, bawang, jahe, dll) sebaiknya dikonsumsi secukupnya saja. Hanya sekadar agar tubuh tidak sakit. Lebih penting dari makanan tubuh adalah makanan pikiran. Pergaulan, bacaan, tontonan adalah bentuk-bentuk makanan pikiran. Jika tinggal berlama-lama di tengah taman bunga, maka lama-lama Anda akan dapat wangi bunga. Yang paling disarankan adalah meditasi. Di jalan meditasi, pencari belajar memberi nutrisi pada pikiran di dalam dengan cara menyaksikan. Sedih-senang, dicaci-dipuji semuanya adalah aliran sungai yang lewat-lewat saja. Tugas Anda berdiri di pinggir sungai, hanya menyaksikan. Inilah makanan spiritual yang bisa membuat nafsu terkendali

Bisa dikasi penjelasan sederhana tentang sadar penuh (mindfulness)? Di mana ada gunung tinggi di sana ada jurang yang dalam. Di mana ada kelebihan di sana ada kekurangan. Di mana ada kesenangan di sana ada kesedihan. Membadankan dalam-dalam realita kehidupan seperti ini, itulah praktik kesadaran (sadar penuh). Penderitaan terjadi karena manusia gagal hidup secara penuh. Mau yang menyenangkan, tidak mau yang menjengkelkan. Mau kelebihan, tidak mau kekurangan. Ia yang mengambil kelebihan, pada saat yang sama juga mengambil kekurangan. Itu sebabnya orang-orang suci mengambil kesenangan sesedikit mungkin, karena bila kesenangan diambil sedikit, maka kesedihan yang datang juga sedikit.

Saat membimbing meditasi, Guruji sering meminta kami mendekap rasa sakit seperti mendekap bayi menangis, apa filosofi di balik bayi menangis? Pertama, ia simbol luka-luka jiwa di masa kecil. Psikolog Freud menemukan, manusia mengalami banyak luka jiwa di umur 0 hingga 10 tahun yang sangat berpengaruh kemudian. Kedua, untuk membangkitkan energi the nurturing mother within (energi ibu yang mengayomi di dalam). Dan energi ini sangat menyembuhkan. Ketiga, dengan simbol bayi menangis, maka lebih mudah kita mendekapnya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, meditasi menyembuhkan Anda dengan menerima diri Anda apa adanya

Belajar meditasi adalah belajar menjadi tukang taman yang trampil bagi pikiran. Serupa taman, kendati kita hanya menanam rumput Jepang, rumput liar tumbuh juga. Kendati manusia hanya mau bahagia, kesedihan datang juga. Mirip dengan apa yang dilakukan tukang taman trampil, semua yang ada taman diolah menjadi kompos organik yang diletakkan di bawah pohon. Persoalan waktu kompos ini akan jadi bunga. Dengan cara yang sama, meditasi menyembuhkan tidak dengan membuang kesedihan, melainkan dengan mengolah kesedihan menjadi bunga kedamaian. Seperti apa yang dilakukan kegelapan pada cahaya, kesedihan membuat kebahagiaan terasa jauh lebih indah di waktu berikutnya.

Tidak saja di sekolah manusia belajar, di keluarga manusia juga belajar. Bahkan belajar dalam kadar yang jauh lebih dalam. Kalau di sekolah ujungnya hanya beberapa tahun, di keluarga ujungnya jauh sekali. Itu sebabnya, siapa saja yang berhasil merawat keluarganya dalam waktu lama biasanya diberkati memiliki jiwa yang bercahaya. Itu sebabnya, ada yang menyebutkan keluarga sebagai sekolah kasih sayang (school of compassion). Di keluargalah seseorang bertumbuh dengan cara saling mendekap dan memaafkan. Uniknya, bila di dunia dagang yang menerima yang lebih kaya, di keluarga yang memberi yang jiwanya lebih kaya.

Suatu hari ada Guru karate tingkat tinggi yang pulang kampung. Di gerbang kampung ia dicegat anak-anak muda pemabuk, serta minta uang. Setelah dikasi uang, berandalan-berandalan ini meminta Guru karate tadi merangkak di bawah kaki mereka. Dan ini pun ia lakukan dengan ikhlas. Beberapa malam kemudian, kampung ini didatangi sejumlah perampok bersenjata. Hanya dalam waktu yang singkat perampok-perampok ini diusir oleh Guru karate tadi. Heran dengan semua ini, orang-orang kampung bertanya, kenapa berandalan-berandalan itu tidak dihajar saja. Dengan tersenyum Guru karate ini berpesan: "belajar karate adalah belajar merawat dan melindungi kehidupan, bukan belajar merusak kehidupan"

Ini beberapa tips menyembuhkan kemarahan. Kapan saja Anda dibikin marah oleh orang lain, lihat dalam-dalam penderitaan orang itu. Begitu Anda tahu penderitaannya berkali-kali lebih besar dari Anda, biasanya kemarahan menurun. Bila ada anak-anak muda yang bikin jengkel dengan suara motor yang meraung-raung misalnya, ingat kembali apa yang Anda lalukan dulu di umur yang sama. Begitu tahu kalau Anda lebih parah dari mereka (atau sama), biasanya kemarahan menurun. Kalau melihat anak-anak menjengkelkan misalnya. Coba lihat itu sebagai kesempatan untuk membayar hutang-hutang karma. Tarik nafas lebih dalam, tutup mulut rapat-rapat, pergi ke kamar kunci pintu dan ucapkan mantra ini dengan tegas: "Lunas"

Bagaimana mengenali kehadiran ego di dalam diri? Marah, tersinggung, dendam, apa lagi mengumbar kata-kata tidak sedap serta menyerang orang-orang adalah bentuk ego yang kasar. Merasa diri lebih tinggi, lebih suci, lebih sopan dan lebih-lebih lainnya, kendati tidak diucapkan adalah bentuk ego yang halus. Merasa mencapai pencapaian spiritual tingkat tinggi, kemudian tidak berusaha melakukan apa-apa (kendati dalam diam), adalah bentuk ego yang sangat halus. Ringkasnya, kalau ego tidak bisa menggoda Anda secara kasar, ia akan menggoda Anda secara halus. Dan semakin lama cenderung semakin halus. Obatnya adalah praktik sadar penuh (mindfuness).

Pahlawan kedamaian tidak mengenal senjata. Pahlawan kedamaian hanya mengenal cinta. Dengan cinta di hati, jangankan manusia, bahkan ular berbisa pun tidak tertarik untuk melukai Anda. Terutama karena mereka tidak mencium aroma permusuhan dalam jiwa Anda. Dan jalan menuju ke sana sederhana, miliki keberanian untuk mengatakan cukup dalam kehidupan. Setelah rasa berkecukupan muncul, kemudian ada kasih sayang yang muncul di dalam agar semua mahluk bisa mengalami rasa damai yang sama. Itulah kehidupan pahlawan kedamaian.

Apakah emosi bisa dihilangkan? Salah satu unsur tubuh biologi adalah api. Api di biologi memerlukan padanan di psikologi dalam bentuk emosi. Dengan kata lain, sejauh punya tubuh biologi, sejauh itu juga akan selalu ada emosi. Ia tidak akan pernah bisa dihilangkan. Apa yang dilakukan meditasi sederhana, emosi tidak dilenyapkan, melainkan membangkitkan energi baru yang lebih besar yakni kesadaran. Itu sebabnya, salah satu arti meditasi adalah menjadi sadar penuh (mindful) setiap saat. Kata sadar penuh sangat ditekankan karena sifat alami kehidupan seperti sepasang sayap burung. Bila puncak gunungnya tinggi, maka jurangnya dalam. Di mana ada kelebihan yang menjulang, di sana ada kekurangan yang juga menakutkan. Dengan cara ini, pelan perlahan emosi jadi api kecil yang tidak berbahaya.

Apakah rumah jiwa identik dengan kematian? Tentu saja, tapi bukan kematian dalam arti biasanya. Rumah jiwa identik dengan kematian ego. Di dunia spiritual mendalam sering terdengar pesan seperti ini: "tatkala ego mati, cinta yang sempurna lahir". Dengan kata lain, langkah awal membuat jiwa pulang adalah mengecilkan ego, sekaligus mempersiapkan kelahiran baru berupa cinta yang tidak bersyarat. Konkritnya, setiap arah kehidupan yang bisa membawa Anda ke arah ego sebaiknya dihindari. Setiap arah kehidupan yang bisa menyempurnakan cinta sebaiknya diikuti. Itulah jalan pulang ke rumah jiwa

Apa langkah spiritual yang bisa membawa jiwa segera pulang? Mengolah semua yang terjadi (tanpa merasa bersalah) menjadi sang jalan, itulah jawabannya. Bentuk tubuh yang tidak menarik sebagai contoh, ia adalah undangan untuk selalu belajar rendah hati. Rezeki ekonomi yang pas-pasan sebagai contoh lain, ia adalah pelajaran untuk tidak pernah sombong pada siapa pun. Pasangan hidup yang bermasalah, ia adalah amplas jiwa yang sangat menghaluskan. Anak-anak yang bermasalah adalah peluang emas agar diangkat oleh cinta (rise in love). Dengan cara seperti ini, kehidupan sekarang menjadi kehidupan yang penuh berkah spiritual, sekaligus menjadi langkah meyakinkan untuk pulang ke rumah jiwa.

Apa hadiah terbaik bagi anak-anak yang jiwanya dilukai? Meminjam pengalaman teman-teman yang luka jiwanya mendalam, saat-saat anak luka jiwanya, yang dicari adalah orang/tempat di mana ia merasa aman/nyaman. Jadi, penting sekali menghadirkan rasa aman di depan anak-anak yang jiwanya sedang luka. Jangankan memarahi mereka, berbicara dengan nada sedikit tinggi ke mamanya pun tidak disarankan. Maklum, anaknya lagi luka. Mengembalikan rasa percaya diri anak yang luka sungguh sebuah tugas kejiwaan/spiritual yang sangat menantang. Sering kali diperlukan waktu lebih dari 10 thn. Dan itu pun terpontang-panting. Cuman ingat jiwa-jiwa yang indah: "cuaca yang buruk menyisakan pohon-pohon yang kokoh". Dengan kata lain, kuatkan tekad ke dalam, kalau keluarga Anda akan bisa melewatinya dan menjadi pohon yang kokoh.

"Anak saya dipukuli teman-temannya di sekolah, trauma melihat orang...". Menyalahkan orang tidak saja tidak menyembuhkan, bahkan menambahkan panah baru pada luka jiwa yang sudah ada. Yang disarankan, konsentrasikan seluruh energi untuk mendekap anak yang sedang luka. Temani anaknya di rumah dengan penuh kasih sayang. Bila diperlukan, libur dulu dari sekolah selama setahun tidak apa-apa. Ajak anak jalan-jalan di alam terbuka agar ia belajar terhubung. Kuncinya sederhana, yakinkan ke anak kalau dia masih punya tempat berlindung yang aman. Lebih bagus lagi kalau bisa menemukan teman-teman yang bisa melihat kelebihan dalam diri anak yang sedang luka. Ingat jiwa-jiwa yang indah, tatkala Anda menyembuhkan, jiwa Anda ikut tersembuhkan.

Bagaimana kalau senyuman kita disalahartikan? Ini kerap terjadi pada wanita khususnya. Dan gunakan kesalahpahaman seperti ini untuk menjadi lebih hati-hati. Jangankan di dunia orang biasa, di dunia spiritual pun ada cerita tentang murid wanita yang diperlakukan tidak pantas oleh Gurunya. Pelajarannya kemudian, gunakan moment seperti ini untuk meningkatkan kualitas kepekaan. Peka melihat mata orang, peka melihat senyuman orang, peka merasakan salaman orang. Berbekalkan kepekaan, lebih mungkin perjalanan jiwa selamat.

"Ada waktunya dalam hidup saya kurang percaya diri, bad mood...". Saat-saat bad mood, sedih adalah saat-saat bagi jiwa di dalam minta didekap. Ia mirip dengan bayi menangis yang minta didekap ibunya. Untuk itu, kapan saja kesedihan berkunjung, bayangkan bayi menangis di ulu hati. Kemudian dekap bayi menangis ini dengan penuh kasih sayang. Kalau Anda orang Bali, boleh menyanyikan lagu "putri cening ayu, ngijeng cening jumlah...". Atau, nyanyikan lagu "nina bobo..". Dengan cara seperti ini, Anda belajar menjadi penyembuh bagi diri Anda. Jangan pernah lupa jiwa-jiwa yang indah: "tatkala Anda mendekap diri Anda apa adanya, kehidupan mekar seperti bunga indah".

Bila tubuh mengenal makanan bergizi, apa gizi untuk jiwa kita? Mengelilingi diri dengan orang-orang yang bisa melihat kebaikan dalam diri Anda membuat jiwa mirip dengan baterai yang diisi ulang. Lebih-lebih bersama mereka Anda sering tertawa karena hal-hal positif, bukan menertawakan orang. Lebih dalam lagi kalau Anda menemukan kebahagiaan dalam pelayanan. Ini gizi jiwa yang mendalam. Dan yang terdalam adalah melaksanakan cinta tanpa berharap apa-apa. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "tawa adalah obat termurah, cinta adalah penyembuh jiwa yang terindah"

Bagaimana menjadi orang tua yang indah untuk anak-anak? Sudah lewat jauh zamannya di mana anak-anak harus menjadi foto copy orang tua, atau harus memuaskan keinginan orang tua yang tidak tercapai. Misal, ortu gagal jadi dokter kemudian anak dipaksa sekolah kedokteran. Inilah zamannya di mana menjadi orang tua adalah menjadi pembimbing agar anak-anak menjadi diri mereka sendiri. Sekali lagi, menjadi diri mereka sendiri. Tugas orang tua hanya melihat pertumbuhan anak sejak kecil, kemudian memberitahu jalan-jalan yang selayaknya mereka ambil. Selebihnya izinkan mereka bertumbuh dengan jalannya. Meminjam warisan seorang Guru, anak-anak bukan milik orang tua, mereka adalah titipan masa depan.

Apa itu sukses Guruji?. Bagi anak-anak muda yang masih lapar begini lapar begitu, sukses adalah pengakuan dari orang-orang. Tidak salah. Cuma hati-hati, pengakuan membuat Anda mengikuti selera orang. Persoalan waktu Anda akan merasa terasing dalam tubuh Anda sendiri. Mirip dengan kelinci yang memaksa diri menjadi kupu-kupu. Aneh, asing, kesepian, begitulah rasanya jiwa di dalam. Untuk itu, siapkan mental sejak awal belajar menjadi diri sendiri. Bila pengakuan membuat jiwa terasing dalam tubuh sendiri, ketekunan untuk menjadi diri sendiri membuat Anda sangat berkecukupan di dalam. Seperti sebuah cerita zen. Saat hujan, ayam berteduh di bawah pohon, bebek mencemplungkan dirinya di kolam. Keduanya mengambil jalan berbeda, tapi keduanya bahagia apa adanya. Itulah sukses yang mendalam.

"Saya sedang memilih pasangan hidup, bisa dikasi sedikit pedoman?". Ada pedoman berdasarkan hasil, ada pedoman berdasarkan proses. Jika hasil pedomannya, pilih yang memiliki kematangan jiwa, dengan latar belakang yang jelas, bagus kalau sudah mandiri. Cuma hati-hati, semua jiwa itu bertumbuh. Orang yang matang di hari ini bisa berubah busuk di tahun lain, orang yang kaya di hari ini bisa jadi miskin di waktu lain. Untuk itu ada pendekatan proses. Saat memilih ikuti naluri Anda. Ingat yang menikah adalah Anda bukan orang lain. Dan begitu keputusan dibuat, bangkitkan tekad sangat kuat untuk mencintai pasangannya, baik saat duka maupun suka. Ingat jiwa-jiwa yang indah, kesuksesan pernikahan tidak ada di sebuah ujung sana, melainkan tersembunyi pada setiap senyuman yang Anda pancarkan di sepanjang perjalanan.

Bisa dijelaskan ulang pesan bahwa 'rasa sakit adalah berkah spiritual yang dibuang semua orang'? Di zaman keemasan dulu sekali, orang suci bercakap-cakap dengan Tuhan. Abraham di Yahudi, Arjuna di Hindu adalah sebagai contoh. Di zaman kita yang gelap ini, semua orang suci dihaluskan dengan rasa sakit yang tidak terkira. Yesus disalib, nabi Muhammad dilukai oleh suku Quraish, Mahatma Gandhi ditembak. Pesannya sederhana, di zaman gelap, rasa sakit adalah cara sang jiwa memurnikan dirinya agar bisa pulang ke rumah cahaya. Makanya GA Buddha saat pertama kali mengajar, ajaran pertama yang keluar adalah dukkha (hidup ini berisi banyak hal yang tidak memuaskan). Cuma, dukkha hanya pintu pembuka agar orang-orang pulang.

Guruji sangat menekankan keluarga sebagai ladang pertumbuhan spiritual, bagaimana dengan sahabat-sahabat orang suci yang tidak memiliki keluarga? Sahabat-sahabat yang tidak menikah memang tidak memiliki keluarga biologi seperti istri, suami, anak, tapi mereka punya keluarga spiritual (sangha, satsang). Dengan kata lain, tidak banyak bedanya. Yang lebih disarankan adalah menggunakan apa-apa yang ada (punya keluarga atau tidak) sebagai lahan-lahan pertumbuhan. Suami yang pemarah adalah Guru kesabaran. Istri yang cerewet adalah amplas yang menghaluskan. Anak-anak yang bermasalah adalah kesempatan untuk membayar hutang-hutang karma. Dengan cara seperti ini, semua jalan menjadi jalan pulang

Kenapa pesan 'mengalir' sangat ditekankan? Mirip sekolah, di tingkat-tingkat awal (SD, SMP) wajah penget itu sangat hitam-putih. Salah dibuang, benar disimpan. Maklum, di tingkat awal. Begitu Anda bertumbuh jauh (lebih-lebih S3), Anda bisa melihat kalau semua mengalir. Sampah dalam proses menjadi bunga. Bunga dalam proses menjadi sampah. Orang jahat di satu hari bisa jadi baik di lain hari. Berdebat tidak berdebat, demikianlah hukumnya. Ini yang disebut God as a law (Tuhan sebagai sebuah hukum). Keyakinan berlebihan tentang sesuatu yang dianggap benar (lebih-lebih berani mencaci orang lain) membuat Anda gagal mengalir. Sekaligus membuat jiwa menderita. Melalui ajaran "mengalir", Anda diundang untuk menyatu dengan kesempurnaan saat ini. Ingat jiwa-jiwa yang indah, semuanya adalah tarian kesempurnaan yang sama.

"Saya dilarang menggunakan kata Tuhan, katanya kalau dibalik jadi hantu...". Di tingkat-tingkat awal, agama-agama memang banyak larangan. Ia mirip dengan anak-anak kecil yang mesti dilarang begini-begitu agar mereka selamat. Maklum, masih kanak-kanak. Tapi begitu bertumbuh dewasa, jumlah larangan jauh lebih kecil. Hal yang sama juga terjadi dengan konsep Tuhan. Di awal-awal, Tuhan sangat disakralkan. Tapi begitu seseorang bertumbuh dewasa, ia akan melihat wajah Tuhan yang bersahabat, pemaaf, penuh pengampunan. Sekarang terpulang ke Anda, Anda termasuk jiwa kanak-kanak, atau sudah dewasa

Kenapa orang-orang dengan pencapaian spiritual tingkat tinggi suka tersenyum? Senyuman lebih dari sekadar bibir yang melengkung. Senyuman adalah cermin persahabatan seseorang dengan kehidupan. Lebih dari itu, tatkala seseorang tersenyum, ia sedang memancarkan cahaya pengertian pada luka-luka jiwa di dalam, sekaligus pada perbedaan-perbedaan yang ada di luar. Sebagai akibatnya, jiwa tidak saja sembuh, tapi juga utuh. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "menjadi spiritual adalah menjadi pelayan rendah hati di depan kehidupan"

Seorang Guru karate tingkat tinggi di pulau Okinawa Jepang pernah mendadak dicegat dan ditantang berkelahi oleh tentara Amerika yang sedang mabuk. Dengan merunduk senyum, Guru karate ini menghindar dan menjauh. Melihat pemandangan seperti ini, esok harinya salah satu muridnya protes: "kenapa tidak dihajar saja tentara mabuk semalam Guru?". Dengan tersenyum Guru karate ini menjawab: "belajar karate adalah belajar tersenyum di depan kehidupan". Inilah contoh jiwa yang indah, kelebihan ada tidak untuk menghancurkan kehidupan, melainkan untuk merawat kehidupan.

"Pasangan hidup saya bertemperamen tinggi, dan semakin tua kelihatannya semakin parah..". Semakin tua umur kita, semakin sedikit pilihan yang tersedia. Dan diantara sedikit pilihan yang tersedia, yang paling disarankan adalah mengolah apa saja yang dimiliki di umur tua sebagai sang jalan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, Tuhan bisa hadir dengan berbagai wajah. Termasuk dengan wajah yang tidak menyenangkan. Cuman wajah tidak menyenangkan bukan berarti Tuhan sedang marah. Sekali lagi bukan! Melainkan Tuhan sedang melatih Anda jadi halus dan lembut. Mirip dengan apa yang dilakukan amplas pada kayu, pasangan yang pemarah sedang mengamplas jiwa Anda jadi halus dan mulus. Sehinga saat waktunya pulang ke rumah kematian, yang Anda persembahkan pada Tuhan adalah sebuah jiwa yang sangat indah.

"Saya sering dikejar memori masa lalu berkaitan dengan pacar zaman dulu...". Ciri utama jiwa-jiwa gelisah, selalu mengira kebahagiaan bisa ditemukan dengan mendapatkan apa-apa yang belum didapatkan. Sebagai akibatnya, jiwa akan terus menerus berkejaran seperti kucing mengejar ekornya. Biasanya baru berhenti mengejar kalau mati, atau sakit keras seperti stroke. Sebelum itu terjadi, coba belajar merasa damai dan berkecukupan dengan apa-apa yang Anda punya sekarang. Caranya, selalu lihat sisi-sisi indah dari pasangan Anda, selalu perhatikan sisi-sisi baik dari anak-anak Anda. Ingat jiwa-jiwa yang indah, pahlawan kedamaian adalah ia yang berani mengatakan CUKUP pada kehidupan.

Meminjam penemuan psikolog Sigmund Freud, luka-luka2 jiwa yang terjadi di umur 0 hingga 10 tahun memberikan warna dominan pada pertumbuhan jiwa kemudian. Luka-luka jiwa ini seperti menyisakan sampah bagi kita semua. Cuman, bila jiwa-jiwa gelisah mencoba membuang sampah-sampah ini dan tidak berhasil, murid-murid di jalan meditasi tekun sekali mengolah sampah-sampah ini menjadi bunga-bunga yang indah. Caranya, selalu lihat sisi berkahnya, ambil pelajaran-pelajarannya. Sebut saja Anda banyak dipukuli saat kecil, gunakan memori rasa sakit ini sebagai sebuah janji untuk tidak menyakiti siapa-siapa, sekaligus merawat setiap mahluk di sekeliling Anda. Dengan cara ini, luka jiwa justru membuat jiwa semakin bercahaya.

"Apa itu Guru yoga Guruji?". Ia adalah salah satu praktik spiritual mendalam. Kapan saja Anda sudah menemukan siapa Guru sejati Anda (entah muncul berkali-kali dalam mimpi, entah menangis menggigil hanya melihat muka atau mendengar namanya, merasakan Guru seperti ibu yang dicari selama berkehidupan-berkehidupan, dll), kemudian kuatkan tekad untuk melaksanakan apa yang diajarkan. Bentuk Guru yoga yang sederhana yang bisa diceritakan ke publik mirip seperti ini. Guru adalah cetakan (molding), murid adalah tanah liat. Simpelnya, apa pun yang dikatakan dan dilakukan Guru, ikuti tanpa keraguan sama sekali. Ini yang dilakukan oleh Bima kepada Drona, ini juga yang dilakukan Milarepa yang berguru pada Marpa.

"Kenapa saya sulit sekali tersenyum Guruji, apakah itu pertanda jiwa saya gelap?". Tidak selalu. Kesulitan tersenyum mungkin disebabkan karena Anda hidup terlalu lama dalam lingkungan yang rasa percaya satu sama lain itu rendah. Sehingga tersenyum bisa membawa Anda menjadi celaka. Untuk itu, belajar mengelilingi diri dengan orang-orang yang bisa melihat cahaya dalam diri Anda. Maksudnya, orang-orang yang bisa melihat sisi-sisi baik dari diri Anda. Mirip dengan mengelilingi diri dengan bunga, lama-lama aroma bunga tersisa di tubuh Anda. Ingat jiwa-jiwa yang indah, senyuman adalah cara sang jiwa di dalam untuk memberi tahu kalau hidup Anda kaya makna dan kaya rasa.

"Masa lalu yang kelabu di keluarga membuat saya sangat tergantung pada pasangan hidup. Sedikit saja ia menaik suaranya, saya bisa sedih berhari-hari...". Kita semua punya luka jiwa. Sekali lagi, kita semua. Dan bila mau tumbuh dewasa, serta tidak menghabiskan sisa hidup ini dengan kesedihan, disarankan untuk mengolah luka jiwa menjadi serangkaian cahaya. Caranya, fokus pada pelajaran-pelajaran yang dihadirkan oleh masa lalu. Misal, Anda ditelantarkan di masa kecil oleh keluarga, sekarang gunakan rasa sakit ditelantarkan tersebut untuk merawat anak-anak, keluarga, atau mahluk-mahluk lain. Dengan cara seperti ini, di satu sisi Anda sedang mengobati luka jiwa, di lain sisi Anda menemukan hidup Anda semakin tua semakin bermakna.

Ini tips menjadi penyembuh bagi diri sendiri. Belajar dari banyak sekali sahabat yang sakit begini sakit begitu di sesi-sesi meditasi, ada satu ciri yang terlihat dominan yakni pikiran yang kaku dan baku. Cirinya, memperkosa kehidupan agar sama dengan keinginan mereka. Suami harus begini, istri mesti begitu, anak-anak sangat tidak memuaskan. Sarannya kemudian, belajar melatih pikiran agar mengalir. Apa yang disebut buruk serupa sampah organik, nanti akan jadi bunga. Apa yang disebut menyenangkan mirip bunga, nanti ia akan jadi sampah. Tersenyum dengan senyuman yang sama pada setiap aliran kehidupan, itulah pikiran yang mengalir. Seorang penyembuh menitipkan pesan seperti ini: "menerima tanpa menyalahkan, itulah titik balik kesembuhan".

Kenapa semakin tekun belajar spiritual godaannya semakin besar? Mirip dengan pohon, semakin tinggi pohonnya semakin panas cahaya matahari menyengat . Artinya, kalau Anda diberi godaan yang semakin besar sejujurnya ia sebuah tanda kalau Anda sedang dibikin mekar oleh sang Cahaya. Ia terasa lebih panas dari biasanya karena Anda belum biasa. Sarannya kemudian, setiap kali Anda dicoba dan digoda, bayangkan Anda adalah sekuntum bunga yang sedang dibuat mekar oleh cahaya matahari panas.

Seorang bule dari negeri yang jauh terpesona sekali dengan judul Bali sebagai pulau surga, kemudian ia dengan polosnya mengira kalau semua yang ada di Bali itu membuat ia bisa masuk surga. Ringkasnya, ia menikah sama pria Bali. Setelah menikah baru ia tahu, kalau harapan jauh lebih tinggi dari kenyataan. Meminjam warisannya filsuf Goethe: "manusia menemukan di bumi apa-apa yang ia simpan di dalam hatinya". Simpelnya, kalau hati Anda penuh dengan cinta, kebajikan, belas kasih, bahkan di neraka pun Anda akan menemukan kedamaian.

Apa ada kehidupan yng bebas sepenuhnya dari penderitaan? Kalau makna tanpa penderitaan adalah tanpa penyakit, tanpa usia tua, tanpa kematian, tentu saja tidak ada. Bahkan nabi, Avatara, Buddha pun mengalami kematian. Yang dilakukan mahluk tercerahkan bukan melawan penderitaan, tapi menggunakan penderitaan sebagai kekuatan transformatif agar jiwa terbebas kemudian. Penderitaan diperlakukan sebagai roket yang mendorong pesawat luar angkasa agar meluncur keluar dari orbit. Caranya, gunakan penderitaan sebagai bahan untuk melihat betapa labilnya kesenangan-kesenangan indrawi. Kemudian berpindah dari kapal kesenangan indrawi menuju olah meditasi sebagai perahu untuk menyeberang ke pulau seberang bernama kedamaian.

Apa rahasia sederhana kebahagiaan? Rahasia sederhana kebahagiaan adalah belajar berhenti mengeluh. Ingat jiwa-jiwa yang indah, tatkala Anda mengeluh, korban pertamanya adalah Anda sendiri. Sejumlah riset di negara-negara maju menunjukkan, lebih dari 75 % orang yang datang ke rumah sakit disebabkan oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan stres. Dengan kata lain, mengurangi keluhan adalah mengurangi resiko terkena penyakit. Disamping itu, di zaman ini, satu-satunya orang yang bisa peduli sepenuhnya pada diri Anda adalah diri Anda sendiri

Apakah kesabaran ada batasnya? Sejauh kita memiliki badan manusia, salama itu juga kesabaran mengenal batas. Tapi akan lebih indah lagi kalau ruang-ruang kesabaran itu diperlebar dari hari ke hari. Caranya dengan cara mempraktikkan kesadaran. Konkritnya, apa pun aliran kehidupan, biarkan ia mengalir alami tanpa diintervensi. Ia mirip dengan seseorang yang berdiri di pinggir sungai, kesenangan mirip bunga yang hanyut, kesedihan serupa sampah yang hanyut. Keduanya hanya disaksikan, itulah praktik kesadaran yang melonggarkan kesabaran.

Bagaimana caranya agar saya bisa dekat dengan Tuhan? Tuhan bisa muncul dengan berbagai wajah, tergantung tingkat kedewasaan seseorang. Bagi pemula, Tuhan digambarkan sebagai pelindung. Bagi mereka yang mulai tumbuh dewasa, Tuhan dianggap sebagai pencipta banyak keajaiban. Ini yang menyebabkan banyak orang berdagang doa. Murid-murid di jalan pengetahuan menyebut Tuhan sebagai kedamaian (shanti). Bagi jiwa-jiwa yang sudah pulang, sebagian enggan bercerita soal Tuhan. Bukan karena alasan begini-begitu, tapi karena setiap upaya menjelaskan Tuhan dengan kata-kata menjauhkan seseorang dengan Tuhan.

Apa kesalahan berbahaya (black mistake) di dunia spiritual? Membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh orang suci (arahat), melukai mahluk Agung (Bodhisattva atau Vyuthana), membuat keluarga spiritual (sangha) bubar. Yang sulit dikenali adalah yang ke-4. Terutama karena sulit mengenali siapa yang jadi Bodhisttva. Karena Bodhisattva bisa lahir mengenakan baju apa saja, termasuk bisa mengenakan tubuh binatang. Yang lebih rumit lagi adalah kata melukai. Bagi Anda mungkin hanya bercanda atau bertanya, tapi siapa tahu di hati seorang Bodhisattva itu sangat melukai.

Belajar spiritual bukanlah belajar agar merasa senang selama-lamanya, belajar spiritual adalah belajar agar "tersenyum" selama-lamanya. Bukan sembarang senyuman, tapi senyuman yang disertai oleh pengertian mendalam kalau semuanya (sedih-senang, duka-suka, dicaci-dipuji) mengalir sesuai hukumnya masing-masing. Ia sesederhana aliran malam dan siang. Untuk itu, apa saja boleh terjadi dalam kehidupan, ingat untuk selalulah tersenyum jiwa-jiwa yang indah.

Apa hadiah terindah yang bisa diberikan pada orang yang dicintai? Awali dengan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka. Ingat jiwa-jiwa yang indah, tatkala Anda memaafkan, Anda juga sedang membuat beban-beban jiwa semakin ringan. Setelah memaafkan, terima mereka apa adanya. Sesederhana menerima bunga kamboja di tempat kering, bunga lotus di tempat yang basah. Anehnya, tatkala orang-orang yang dicintai dirawat seperti ini, yang pertama kali bunga jiwanya mekar adalah bunga jiwa Anda.

Di salah satu akun fb penulis spiritual tingkat dunia, ada pesan keras berbunyi seperti ini: "Anda semua sudah salah kaprah mengerti Tuhan". Sedih tentu saja membaca pesan ini. Sejujurnya, Tuhan yang kita temukan sangat tergantung pada kebersihan hati kita masing-masing. Ia yang pemarah menemukan Tuhan yang juga pemarah. Ia yang pemurah menemukan Tuhan yang juga pemurah. Sarannya kemudian, dunia sudah terlalu panas oleh kekerasan. Untuk itu belajarlah menemukan wajah Tuhan yang sejuk dan lembut. Ingat jiwa-jiwa yang indah, Anda adalah kelembutan yang ada di bumi untuk berbagi kelembutan.

Pahlawan kedamaian tidak mengenal senjata, mereka hanya punya cinta. Bila senjata adalah alatnya kemarahan, cinta adalah bunganya keindahan. Terinspirasi dari sini, apa pun keseharian Anda, dari kerja hingga doa, ingat selalu untuk menuangkan beberapa sendok cinta ke dalamnya. Persoalan waktu Anda akan mengalami, apa pun yang disentuh cinta ia akan bercahaya.

Seorang Guru karate tingkat tinggi di pulau Okinawa Jepang pernah mendadak dicegat dan ditantang berkelahi oleh tentara Amerika yang sedang mabuk. Dengan merunduk senyum, Guru karate ini menghindar dan menjauh. Melihat pemandangan seperti ini, esok harinya salah satu muridnya protes: "kenapa tidak dihajar saja tentara mabuk semalam Guru?". Dengan tersenyum Guru karate ini menjawab: "belajar karate adalah belajar tersenyum di depan kehidupan". Inilah contoh jiwa yang indah, kelebihan ada tidak untuk menghancurkan kehidupan, melainkan untuk merawat kehidupan.

"Pasangan hidup saya bertemperamen tinggi, dan semakin tua kelihatannya semakin parah..". Semakin tua umur kita, semakin sedikit pilihan yang tersedia. Dan diantara sedikit pilihan yang tersedia, yang paling disarankan adalah mengolah apa saja yang dimiliki di umur tua sebagai sang jalan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, Tuhan bisa hadir dengan berbagai wajah. Termasuk dengan wajah yang tidak menyenangkan. Cuman wajah tidak menyenangkan bukan berarti Tuhan sedang marah. Sekali lagi bukan! Melainkan Tuhan sedang melatih Anda jadi halus dan lembut. Mirip dengan apa yang dilakukan amplas pada kayu, pasangan yang pemarah sedang mengamplas jiwa Anda jadi halus dan mulus. Sehinga saat waktunya pulang ke rumah kematian, yang Anda persembahkan pada Tuhan adalah sebuah jiwa yang sangat indah.

"Saya sering dikejar memori masa lalu berkaitan dengan pacar zaman dulu...". Ciri utama jiwa-jiwa gelisah, selalu mengira kebahagiaan bisa ditemukan dengan mendapatkan apa-apa yang belum didapatkan. Sebagai akibatnya, jiwa akan terus menerus berkejaran seperti kucing mengejar ekornya. Biasanya baru berhenti mengejar kalau mati, atau sakit keras seperti stroke. Sebelum itu terjadi, coba belajar merasa damai dan berkecukupan dengan apa-apa yang Anda punya sekarang. Caranya, selalu lihat sisi-sisi indah dari pasangan Anda, selalu perhatikan sisi-sisi baik dari anak-anak Anda. Ingat jiwa-jiwa yang indah, pahlawan kedamaian adalah ia yang berani mengatakan CUKUP pada kehidupan.

Meminjam penemuan psikolog Sigmund Freud, luka-luka2 jiwa yang terjadi di umur 0 hingga 10 tahun memberikan warna dominan pada pertumbuhan jiwa kemudian. Luka-luka jiwa ini seperti menyisakan sampah bagi kita semua. Cuman, bila jiwa-jiwa gelisah mencoba membuang sampah-sampah ini dan tidak berhasil, murid-murid di jalan meditasi tekun sekali mengolah sampah-sampah ini menjadi bunga-bunga yang indah. Caranya, selalu lihat sisi berkahnya, ambil pelajaran-pelajarannya. Sebut saja Anda banyak dipukuli saat kecil, gunakan memori rasa sakit ini sebagai sebuah janji untuk tidak menyakiti siapa-siapa, sekaligus merawat setiap mahluk di sekeliling Anda. Dengan cara ini, luka jiwa justru membuat jiwa semakin bercahaya.

"Apa itu Guru yoga Guruji?". Ia adalah salah satu praktik spiritual mendalam. Kapan saja Anda sudah menemukan siapa Guru sejati Anda (entah muncul berkali-kali dalam mimpi, entah menangis menggigil hanya melihat muka atau mendengar namanya, merasakan Guru seperti ibu yang dicari selama berkehidupan-berkehidupan, dll), kemudian kuatkan tekad untuk melaksanakan apa yang diajarkan. Bentuk Guru yoga yang sederhana yang bisa diceritakan ke publik mirip seperti ini. Guru adalah cetakan (molding), murid adalah tanah liat. Simpelnya, apa pun yang dikatakan dan dilakukan Guru, ikuti tanpa keraguan sama sekali. Ini yang dilakukan oleh Bima kepada Drona, ini juga yang dilakukan Milarepa yang berguru pada Marpa.

"Kenapa saya sulit sekali tersenyum Guruji, apakah itu pertanda jiwa saya gelap?". Tidak selalu. Kesulitan tersenyum mungkin disebabkan karena Anda hidup terlalu lama dalam lingkungan yang rasa percaya satu sama lain itu rendah. Sehingga tersenyum bisa membawa Anda menjadi celaka. Untuk itu, belajar mengelilingi diri dengan orang-orang yang bisa melihat cahaya dalam diri Anda. Maksudnya, orang-orang yang bisa melihat sisi-sisi baik dari diri Anda. Mirip dengan mengelilingi diri dengan bunga, lama-lama aroma bunga tersisa di tubuh Anda. Ingat jiwa-jiwa yang indah, senyuman adalah cara sang jiwa di dalam untuk memberi tahu kalau hidup Anda kaya makna dan kaya rasa.

"Masa lalu yang kelabu di keluarga membuat saya sangat tergantung pada pasangan hidup. Sedikit saja ia menaik suaranya, saya bisa sedih berhari-hari...". Kita semua punya luka jiwa. Sekali lagi, kita semua. Dan bila mau tumbuh dewasa, serta tidak menghabiskan sisa hidup ini dengan kesedihan, disarankan untuk mengolah luka jiwa menjadi serangkaian cahaya. Caranya, fokus pada pelajaran-pelajaran yang dihadirkan oleh masa lalu. Misal, Anda ditelantarkan di masa kecil oleh keluarga, sekarang gunakan rasa sakit ditelantarkan tersebut untuk merawat anak-anak, keluarga, atau mahluk-mahluk lain. Dengan cara seperti ini, di satu sisi Anda sedang mengobati luka jiwa, di lain sisi Anda menemukan hidup Anda semakin tua semakin bermakna.

Ini tips menjadi penyembuh bagi diri sendiri. Belajar dari banyak sekali sahabat yang sakit begini sakit begitu di sesi-sesi meditasi, ada satu ciri yang terlihat dominan yakni pikiran yang kaku dan baku. Cirinya, memperkosa kehidupan agar sama dengan keinginan mereka. Suami harus begini, istri mesti begitu, anak-anak sangat tidak memuaskan. Sarannya kemudian, belajar melatih pikiran agar mengalir. Apa yang disebut buruk serupa sampah organik, nanti akan jadi bunga. Apa yang disebut menyenangkan mirip bunga, nanti ia akan jadi sampah. Tersenyum dengan senyuman yang sama pada setiap aliran kehidupan, itulah pikiran yang mengalir. Seorang penyembuh menitipkan pesan seperti ini: "menerima tanpa menyalahkan, itulah titik balik kesembuhan".

Kenapa semakin tekun belajar spiritual godaannya semakin besar? Mirip dengan pohon, semakin tinggi pohonnya semakin panas cahaya matahari menyengat . Artinya, kalau Anda diberi godaan yang semakin besar sejujurnya ia sebuah tanda kalau Anda sedang dibikin mekar oleh sang Cahaya. Ia terasa lebih panas dari biasanya karena Anda belum biasa. Sarannya kemudian, setiap kali Anda dicoba dan digoda, bayangkan Anda adalah sekuntum bunga yang sedang dibuat mekar oleh cahaya matahari panas.

Seorang bule dari negeri yang jauh terpesona sekali dengan judul Bali sebagai pulau surga, kemudian ia dengan polosnya mengira kalau semua yang ada di Bali itu membuat ia bisa masuk surga. Ringkasnya, ia menikah sama pria Bali. Setelah menikah baru ia tahu, kalau harapan jauh lebih tinggi dari kenyataan. Meminjam warisannya filsuf Goethe: "manusia menemukan di bumi apa-apa yang ia simpan di dalam hatinya". Simpelnya, kalau hati Anda penuh dengan cinta, kebajikan, belas kasih, bahkan di neraka pun Anda akan menemukan kedamaian.

Apa ada kehidupan yng bebas sepenuhnya dari penderitaan? Kalau makna tanpa penderitaan adalah tanpa penyakit, tanpa usia tua, tanpa kematian, tentu saja tidak ada. Bahkan nabi, Avatara, Buddha pun mengalami kematian. Yang dilakukan mahluk tercerahkan bukan melawan penderitaan, tapi menggunakan penderitaan sebagai kekuatan transformatif agar jiwa terbebas kemudian. Penderitaan diperlakukan sebagai roket yang mendorong pesawat luar angkasa agar meluncur keluar dari orbit. Caranya, gunakan penderitaan sebagai bahan untuk melihat betapa labilnya kesenangan-kesenangan indrawi. Kemudian berpindah dari kapal kesenangan indrawi menuju olah meditasi sebagai perahu untuk menyeberang ke pulau seberang bernama kedamaian.

Apa rahasia sederhana kebahagiaan? Rahasia sederhana kebahagiaan adalah belajar berhenti mengeluh. Ingat jiwa-jiwa yang indah, tatkala Anda mengeluh, korban pertamanya adalah Anda sendiri. Sejumlah riset di negara-negara maju menunjukkan, lebih dari 75 % orang yang datang ke rumah sakit disebabkan oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan stres. Dengan kata lain, mengurangi keluhan adalah mengurangi resiko terkena penyakit. Disamping itu, di zaman ini, satu-satunya orang yang bisa peduli sepenuhnya pada diri Anda adalah diri Anda sendiri

Apakah kesabaran ada batasnya? Sejauh kita memiliki badan manusia, salama itu juga kesabaran mengenal batas. Tapi akan lebih indah lagi kalau ruang-ruang kesabaran itu diperlebar dari hari ke hari. Caranya dengan cara mempraktikkan kesadaran. Konkritnya, apa pun aliran kehidupan, biarkan ia mengalir alami tanpa diintervensi. Ia mirip dengan seseorang yang berdiri di pinggir sungai, kesenangan mirip bunga yang hanyut, kesedihan serupa sampah yang hanyut. Keduanya hanya disaksikan, itulah praktik kesadaran yang melonggarkan kesabaran.

Bagaimana caranya agar saya bisa dekat dengan Tuhan? Tuhan bisa muncul dengan berbagai wajah, tergantung tingkat kedewasaan seseorang. Bagi pemula, Tuhan digambarkan sebagai pelindung. Bagi mereka yang mulai tumbuh dewasa, Tuhan dianggap sebagai pencipta banyak keajaiban. Ini yang menyebabkan banyak orang berdagang doa. Murid-murid di jalan pengetahuan menyebut Tuhan sebagai kedamaian (shanti). Bagi jiwa-jiwa yang sudah pulang, sebagian enggan bercerita soal Tuhan. Bukan karena alasan begini-begitu, tapi karena setiap upaya menjelaskan Tuhan dengan kata-kata menjauhkan seseorang dengan Tuhan.

Apa kesalahan berbahaya (black mistake) di dunia spiritual? Membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh orang suci (arahat), melukai mahluk Agung (Bodhisattva atau Vyuthana), membuat keluarga spiritual (sangha) bubar. Yang sulit dikenali adalah yang ke-4. Terutama karena sulit mengenali siapa yang jadi Bodhisttva. Karena Bodhisattva bisa lahir mengenakan baju apa saja, termasuk bisa mengenakan tubuh binatang. Yang lebih rumit lagi adalah kata melukai. Bagi Anda mungkin hanya bercanda atau bertanya, tapi siapa tahu di hati seorang Bodhisattva itu sangat melukai.

Belajar spiritual bukanlah belajar agar merasa senang selama-lamanya, belajar spiritual adalah belajar agar "tersenyum" selama-lamanya. Bukan sembarang senyuman, tapi senyuman yang disertai oleh pengertian mendalam kalau semuanya (sedih-senang, duka-suka, dicaci-dipuji) mengalir sesuai hukumnya masing-masing. Ia sesederhana aliran malam dan siang. Untuk itu, apa saja boleh terjadi dalam kehidupan, ingat untuk selalulah tersenyum jiwa-jiwa yang indah.

Apa hadiah terindah yang bisa diberikan pada orang yang dicintai? Awali dengan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka. Ingat jiwa-jiwa yang indah, tatkala Anda memaafkan, Anda juga sedang membuat beban-beban jiwa semakin ringan. Setelah memaafkan, terima mereka apa adanya. Sesederhana menerima bunga kamboja di tempat kering, bunga lotus di tempat yang basah. Anehnya, tatkala orang-orang yang dicintai dirawat seperti ini, yang pertama kali bunga jiwanya mekar adalah bunga jiwa Anda.

Di salah satu akun fb penulis spiritual tingkat dunia, ada pesan keras berbunyi seperti ini: "Anda semua sudah salah kaprah mengerti Tuhan". Sedih tentu saja membaca pesan ini. Sejujurnya, Tuhan yang kita temukan sangat tergantung pada kebersihan hati kita masing-masing. Ia yang pemarah menemukan Tuhan yang juga pemarah. Ia yang pemurah menemukan Tuhan yang juga pemurah. Sarannya kemudian, dunia sudah terlalu panas oleh kekerasan. Untuk itu belajarlah menemukan wajah Tuhan yang sejuk dan lembut. Ingat jiwa-jiwa yang indah, Anda adalah kelembutan yang ada di bumi untuk berbagi kelembutan.

Pahlawan kedamaian tidak mengenal senjata, mereka hanya punya cinta. Bila senjata adalah alatnya kemarahan, cinta adalah bunganya keindahan. Terinspirasi dari sini, apa pun keseharian Anda, dari kerja hingga doa, ingat selalu untuk menuangkan beberapa sendok cinta ke dalamnya. Persoalan waktu Anda akan mengalami, apa pun yang disentuh cinta ia akan bercahaya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jiwa Anda bisa secantik bunga lavender kalau Anda tidak pernah lelah untuk memaafkan.
Tanpa kemarahan, kehidupan penuh dengan keindahan.
Emosi boleh naik turun, tapi Anda tetap menjadi cahaya yang menyaksikan.
Terkecuali kalau Anda belajar bersyukur, Anda tidak akan pernah mengerti keindahan secara mendalam. Anda adalah cahaya yang ada di sini untuk membuat dunia penuh cahaya.
Bila Anda tidak melihat cahaya di dalam hati, Anda tidak akan menemukannya setelah mati.
Cinta menemukan kebahagiaan di kedalaman pelayanan
Cinta itu memungkinkan jiwa untuk terbang.
Cinta adalah cara cahaya untuk menyehatkan jiwa.
Surga kedamaian milik mereka yang selalu memafkan dan memberi.
Seni kedamaian adalah seni untuk merasakan momen saat ini apa adanya.
Meditasi adalah seni menerima semuanya secara total.
Meditasi adalah seni untuk menjadi tidak bersalah.
Meditasi membual pikiran menjadi lembut, kasih sayang membuat hati lembut.
Doa yang menggetarkan datang dari hati.
Keheningan adalah jembatan pendek hubungan spritual.
Teman sejati adalah orang yang memahami keheningan Anda.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Belahan jiwa adalah ia yang bisa melihat kemarahan Anda sebagai lumpur yang sedang berevolusi menjadi bunga Teratai. Ingat jiwa-jiwa yang indah, seperti menemukan permata bercahaya. Diperlukan waktu lama, perjuangan panjang untuk menemukan permata. Hal yang sama terjadi dengan upaya Anda untuk membuat pasangan hidup mengerti Anda. Butuh waktu, kesabaran. Ia yang tekun, tulus, suatu hari bisa menemukan permata kehidupan dalam bentuk menua yang indah.

Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bisa melihat cahaya dalam diri Anda. Cara ini tidak saja menyembuhkan diri Anda, tapi juga menyembuhkan lingkungan. Jangankan orang biasa, bahkan orang-orang suci pun memiliki keluarga spiritual (sangha, satsang). Tujuannya sederhana, agar jiwa selalu berbagi cahaya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, Anda adalah cinta yang ada di sini untuk berbagi cahaya.

Ukuran terbaik cinta adalah mencintai tanpa pernah mengukurnya, demikian sering terdengar diantara para pencinta. Bahayanya menghitung-hitung cinta, ia mudah menimbulkan kecewa. Dan kekecewaan adalah ibu banyak penderitaan. Yang disarankan adalah meniru cinta seorang ibu kepada putra tunggalnya. Dalam bahasa sederhana tapi dalam: "berkah cinta adalah cinta itu sendiri"

"Hati adalah tempat suci, cinta adalah tirtha", demikian pernah terdengar di pancuran mata air di dalam. Sebagian manusia memang menyembah tempat suci di luar. Sesuatu yang layak dihormati. Dan bagi penggali ke dalam diri yang sudah menggali jauh, suatu hari akan menemukan, tempat suci yang dicari juga mencari. Serta yang dicari ada di dalam diri.

Tanpa rasa berkecukupan, tidak ada satu pun jalan yang bisa membimbing Anda menuju kedamaian mendalam. Jangankan uang dan barang, bahkan pencapaian spiritual pun layak untuk diberi judul "cukup". Untuk kemudian terjun ke dunia pelayanan. Ingat jiwa-jiwa yang indah : "rasa berkecukupan adalah lentera di dalam yang tidak bisa ditiup oleh angin mana pun"

Orang tua suka menghakimi masa kini dengang kerangka masa lalu. Remaja hanya tertarik dengan masa depan. Demikianlah potret kesenjangan generasi di mana-mana. Tetua Bali punya saran sederhana: "maulu ke tengah". Ia yang mau berjumpa hulu sungai kedamaian, disarankan kembali ke tengah. Dan menemukan titik tengah ini, mirip dengan menemukan keseimbangan naik sepeda, hanya bisa ditemukan kalau seseorang tekun "melaksanakan" sang ajaran. Mengerti dengan melaksanakan (bukan membicarakan), itulah jalan tengah.

Rasa sakit adalah hadiah spiritual yang dibuang oleh nyaris semua orang. Padahal, bila tekun dan tulus di depan rasa sakit, rasa sakit sangat memurnikan dan menyempurnakan jiwa. Sebuah peran yang tidak bisa dilakukan oleh buku suci dan Guru suci. Oleh karena itu, kapan saja rasa sakit menggoda demikian hebatnya, ucapkan mantra berikut setulus-tulusnya : "saya berlindung pada rasa sakit sakral yang ada di dalam diri" 

Ia yang merawat lingkungannya juga dirawat oleh lingkungan. Oleh karena itu, belajar merawat tanaman, binatang, tetangga di sekitar Anda semampunya. Asal Anda cerdas melakukannya, Anda akan mirip dengan orang kaya yang rumahnya dijaga tentara. Bila tentara yang menjaga rumah orang kaya membawa senjata, ia yang merawat lingkungannya akan dijaga oleh cinta.

Keheningan adalah taman di mana bunga cinta tidak bersyarat (unconditional love) bisa mekar. Untuk itu, bila ada waktu, sesedikit apa pun, belajar memasuki gerbang keheningan. Yang lebih perlu untuk hening adalah pikiran, bukan mulut. Pikiran disebut hening saat ia bebas dari keluhan, bebas dari penghakiman, bebas dari keakuan yang menyebut diri lebih begini lebih begitu. Saat pikiran hening/bening, di sana bunga unconditional love mekar.

Apa rahasia di balik keluarga bahagia? Keluarga bukanlah taman bunga plastik, yang begitu ditanam langsung berbunga indah selama-lamanya. Keluarga lebih menyerupai taman alami. Semua pihak sedang bertumbuh. Dan taman keluarga akan bertumbuh indah kalau kita rajin saling menyirami. Caranya, belajar peka pada ciri-ciri unik orang lain, kemudian menyiramkan air suci (tirtha) pengertian kepada anggota keluarga. Ingat, pengertian adalah akar semua cinta yang mendalam

Apa tanda utama seseorang mulai bertumbuh dewasa secara spiritual? Bisa berbahagia melihat orang lain bahagia. Lebih dewasa lagi kalau bisa berbahagia melihat musuh bahagia. Salah satu kekotoran di dalam yang berat adalah iri/dengki. Marah masih ada baiknya, terutama kemarahan ortu agar anaknya belajar. Tapi iri seperti baju yang kotor oleh oli. Sangat sulit membersihkannya. Dan siapa saja yang bisa bahagia melihat orang bahagia, ia memiliki jiwa yang indah.

Orang akan melupakan apa yang Anda ucapkan. Orang akan melupakan apa yang Anda lakukan. Tapi orang tidak akan melupakan apa yang Anda lakukan di kedalaman rasa mereka. Untuk itu, setiap kali melangkah dalam kehidupan, endapkan pelan-pelan, apa dampak kata-kata (tindakan) Anda pada perasaan orang lain. Di sisi Anda mungkin bercanda, tapi ia bisa menimbulkan luka pada perasaan orang lain. Ingat jiwa-jiwa yang indah, rasa adalah jendelanya jiwa.

Kapan saja Anda dikunjungi rasa sakit, lihat rasa sakit sebagai Guru yang menyamar. Ia datang untuk membuat pikiran jadi lebih terbuka dan lebih toleran. Ia datang untuk membuat hati jadi lebih halus dan sejuk. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, tatkala pikiran toleran dan terbuka, hati halus dan lembut, tanah suci ada di sini di saat ini.

Begitu Anda menggali jauh ke dalam diri, Anda akan menemukan banyak rahasia yang disembunyikan di dalam. Sebagai contoh, mulut adalah tempat masuknya hal-hal indah. Dubur adalah tempat keluarnya hal-hal kotor. Hal yang sama terjadi dengan pikiran/perasaan. Merasa diri benar mirip dengan memasukkan sesuatu lewat mulut pikiran, merasa diri salah adalah keluarnya kekotoran pikiran. Kesenangan adalah tanda ada sesuatu yang masuk melalui lubang perasaan, kesedihan adalah tanda kalau ada kekotoran yang keluar. Bertumbuh secara seimbang, itulah kedamaian.

"Anda adalah cahaya yang bertumbuh dalam sebuah tubuh, bukan tubuh yang sedang mencari cahaya", demikian sering diungkapkan kepada banyak pencari cahaya. Banyak buku suci yang bercerita soal cahaya. Dalam logika listrik yang sederhana, kapan saja unsur positif-negatif disentesakan (bukannya positif digenggam, negatif dibuang), di sana muncul cahaya.

Ini tips kesembuhan di jalan meditasi (bag 2). Pendekatan ini lebih dalam dari pendekatan pertama. Sekaligus menyentuh akar-akar kesembuhan di dalam. Apa pun keseharian Anda (sedih-senang, dicaci-dipuji, dll) selalu pancarkan cahaya kesadaran. Diantara semua cahaya kesadaran, yang terdalam bernama paratantra yakni memandang orang/kejadian sebagai hasil jejaring rumit. Sebagai contoh, di balik orang marah ada jejaring rumit orang tua yang tidak dewasa, pendidikan yang tidak mendidik, lingkungan yang kacau, dll. Dengan cara pandang ini, kemarahan orang tidak membuat Anda jadi marah. Sebaliknya, bunga belas kasih mekar di dalam.

Apa itu Guru simbolik dan Guru rahasia? Guru simbolik adalah simbol-simbol yang ditemukan di sepanjang perjalanan. Cuman, memerlukan kepekaan dan kecerdasan spiritual untuk menafsirkannya. Kahlil Gibran adalah seorang yang kepekaannya mengagumkan, perhatikan pesannya soal pohon: "pohon bertumbuh menuju cahaya dengan keikhlasan sempurna". Seperti itulah Guru simbolik. Sedangkan Guru rahasia hanya bisa didiskusikan diantara orang-orang yang sudah memasuki alam rahasia.

Apa ada obat spiritual yang bisa menyembuhkan banyak penyakit kejiwaan? Ada, obat itu bernama keikhlasan. Sedihnya, menjadi ikhlas di zaman ini susah. Terutama karena ego manusia cenderung membesar. Jangankan orang sukses dan kaya, orang yang gagal dan miskin pun ada yang egonya besar. Sarannya kemudian, bila mau meminum obat keikhlasan, belajar memperkecil ego. Menyapu, mengepel, memungut sampah adalah sebagai bentuk latihan.

Orang bodoh kalah sama orang pintar. Orang pintar kalah sama orang licik. Tapi ada orang yang tidak bisa dikalahkan baik oleh orang pintar maupun orang licik, dialah orang yang senantiasa beruntung. Dan diantara semua keberuntungan, memiliki hati yang indah adalah puncak semua keberuntungan. Terutama karena tatkala hati indah maka semua arah adalah indah.

Kenapa saya sulit mendapatkan pacar? Sebagian orang mendapatkan pacar dengan cara merayu. Ini biasanya tidak bertahan lama, terutama kalau tidak tulus. Sebagian yang lain mendapatkan pacar dengan cara mengembangkan hati yang indah. Melihat orang lain sebagai jiwa-jiwa yang memerlukan pertolongan, kemudian menyediakan tangan untuk menolong. Bila tidak bisa menolong, cukup tidak menyakiti. Dengan cara ini, pelan tapi pasti Anda akan didatangi oleh calon pacar.

Kenapa banyak pernikahan kandas? Tatkala anak-anak muda mencintai lawan jenis, sesungguhnya mereka tidak mencintai pasangannya, tapi mencintai imajinasi tentang pasangannya. Misalnya, seorang pria yang melihat wanita bermata sayu, ia sedang mencintai imajinasi tentang wanita yang lembut, sejuk. Saat pasangannya tidak sesuai dengan imajinasi ini, maka bubarlah kehidupan. Untuk itu, begitu memutuskan menikah, belajar mencintai pasangan apa adanya, bukan mencintai imajinasi Anda.

Apakah mahluk tercerahkan mengalami kesepian? Kesepian hanya dialami oleh jiwa-jiwa yang belum mengalami keterhubungan. Begitu seseorang terhubung, apa lagi menyatu dengan tubuh kosmik, kata kesepian menjadi kausa kata yang sangat asing. Itu sebabnya meditasi sangat menekankan pentingnya melatih bathin agar mengalir. Karena dengan mengalir, seseorang belajar terhubung dengan tubuh kosmik.

Apa itu mendengar tidak menggunakan telinga? Cermati tubuh Anda lebih dalam. Ada rahasia yang disembunyikan di sana. Seorang sahabat di barat cerita, ia sering dibiarkan menangis oleh orang tua saat bayi. Akibatnya, saat menua ia sering sakit di punggung. Pesannya, ada banyak sidik jari di tubuh yang sebaiknya dimengerti. Begitu Anda bertumbuh, kemudian Anda bisa mendengar tubuh yang lebih besar (alam). Tatkala tubuh kecil dan tubuh besar menyatu, itulah puncak mendengar tanpa telinga.

"Ilusi tentang hidup yang aman/nyaman", itulah sebab banyak penderitaan. Jangankan orang biasa, bahkan orang terkaya pun tidak bisa hidup sepenuhnya aman/nyaman. Meditasi menyarankan, belajar mengatakan "ya" pada ketidaknyamanan. Kunjungi rumah ketidaknyamanan di dalam yang bernama keraguan, tinggal di sana, dekap ketidaknyamanan. Demikianlah meditasi membimbing Anda memasuki gerbang kesembuhan dan ke-u-Tuhan.

Ini tips meditasi yang indah. Kapan saja Anda dikunjungi oleh rasa bersalah dari masa lalu, atau dihantui ketakutan yang datang dari masa depan, jangan lari ke makanan/hiburan, sebaliknya belajar hadir utuh dan penuh. Maksudnya, lihat memori buruk sebagai bagian dari diri Anda, perlakukan ketakutan masa depan sebagai keluarga dekat yang mengunjungi Anda. Ingat jiwa-jiwa yang indah, meditasi menyembuhkan Anda dengan cara menerima diri Anda apa adanya.

Bagaimana caranya mendapatkan pendamping hidup yang cocok? Di alam ini ada hukum yang bekerja sempurna. Pohon rindang didatangi burung-burung, bunga indah didekati kupu-kupu. Dengan spirit ini, fokuslah pada menjadi bunga indah (baca: hati yang indah), nanti kupu-kupu (baca: pendamping hidup) akan mengunjungi Anda. Cuman ingat, manusia hanya bisa berusaha, dan hasilnya di ikhlaskan saja.

Seorang peserta meditasi remaja bercerita kalau ia sangat membenci orang tuanya. Demikian bencinya bahkan sering berdoa agar orang tuanya wafat. Bahan renungannya kemudian, hati-hati merawat anak-anak. Anak-anak adalah cermin jujur pertumbuhan jiwa ortunya. Dan sebelum keadaannya menjadi sangat fatal, sebaiknya orang tua yang mengkoreksi diri. Ingat jiwa-jiwa yang indah, di hidup ini kita orang tua pernah jadi anak-anak, tapi anak-anak belum pernah menjadi orang tua.

Tanpa rasa berkecukupan, tidak ada satu pun jalan yang bisa membimbing Anda menuju kedamaian mendalam. Jangankan uang dan barang, bahkan pencapaian spiritual pun layak untuk diberi judul "cukup". Untuk kemudian terjun ke dunia pelayanan. Ingat jiwa-jiwa yang indah: "rasa berkecukupan adalah lentera di dalam yang tidak bisa ditiup oleh angin mana pun".

Keheningan adalah taman di mana bunga cinta tidak bersyarat (unconditional love) bisa mekar. Untuk itu, bila ada waktu, sesedikit apa pun, belajar memasuki gerbang keheningan. Yang lebih perlu untuk hening adalah pikiran, bukan mulut. Pikiran disebut hening saat ia bebas dari keluhan, bebas dari penghakiman, bebas dari keakuan yang menyebut diri lebih begini lebih begitu. Saat pikiran hening/bening, di sana bunga unconditional love mekar.

Apa itu kecerdasan mencintai? Cinta yang tidak cerdas serupa orang mencintai bunga yang disayanginya, kemudian membawa pindah bunga yang semestinya tumbuh di pantai kemudian dibawa ke gunung. Akibatnya, cinta membuat bunga mati. Hal yang sama terjadi saat mencintai anak/pasangan/pacar. Cinta yang cerdas adalah cinta yang membuat orang yang kita cintai bertumbuh sesuai dengan panggilan alaminya. Ingat jiwa-jiwa yang indah, cinta adalah nutrisinya jiwa, bukan racunnya jiwa.

Bila kehidupan berikutnya bisa dipersiapkan, bagaimana mempersiapkan kehidupan berikutnya yang lebih baik? Lahirlah jadi manusia (dengan cara mempraktikkan moralitas), di keluarga yang berkecukupan (dengan banyak memberi), di tempat dan waktu yang ada ajaran suci (dengan cara menghormati ajaran/buku suci), serta berjumpa Guru (menghormati simbol-simbol Guru). Kombinasi 4 faktor ini adalah persiapan kelahiran berikutnya yang lebih baik.

Kegelapan mirip dengan matahari tenggelam. Cuman lukis di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, matahari tenggelam bukan ancaman yang datang dari alam kegelapan. Matahari tenggelam adalah sebuah janji akan terbitnya matahari yang baru besok pagi. Konkretnya, jangan bersedih mendengar orang tua membakar diri bersama 2 anaknya. Gunakan moment ini untuk menyalakan lilin orang lebih banyak lagi. Dan cara terbaik menyalakan lilin adalah keteladanan-keteladanan kecil yang menyentuh hati.

"Apakah memancarkan cinta pada musuh = melawan energi negatif musuh?". Dalam praktik cinta, kata musuh tidak dikenal, hanya Guru yang menyamar. Dalam praktik cinta, kata melawan adalah kausa kata yang asing, terutama karena cinta tidak mengenal lawan. Kekerasan memang suka melawan, bahkan melawan sesama kekerasan. Tapi cinta, tidak pernah melawan. Ingat jiwa-jiwa yang indah, cinta ada di sini hanya untuk mencintai.

Apa syarat terpenting agar senantiasa damai? Rasa berkecukupan yang mendalam adalah fondasi semua kedamaian. Tidak saja berkecukupan secara materi, tapi juga berkecukupan dalam pencapaian spiritual. Berkecukupan secara materi membuat orang berhenti didikte keinginan-keinginan duniawi. Berkecukupan secara spiritual membuat orang berhenti didikte keinginan-keinginan surgawi. Tatkala kedua keinginan ini terkendali, kedamaian mekar seperti bunga indah.

"Murid-murid dekat Bapak cerita kalau Bapak tidak pernah mengizinkan orang yang datang untuk cerai?". Dengan tidak bermaksud menghakimi sahabat-sahabat yang sudah cerai, perceraian menimbulkan banyak luka jiwa. Tidak saja pada yang bercerai, tapi juga pada anak-anak kemudian. Lebih dari itu, perceraian terjadi karena jiwa-jiwa belum dewasa. Sering terjadi, jiwa yang tidak dewasa kalau mencari pasangan baru akan ketemu jiwa-jiwa yang juga tidak dewasa. Sehingga perjalanannya akan berputar dari satu kesedihan ke kesedihan yang lain.

"Bisa dijelaskan wajah Tuhan?". Di tiap pertumbuhan jiwa wajah Tuhan berbeda. Di awal, Tuhan hadir sebagai pelindung. Begitu jiwa menuju dewasa, Tuhan muncul sebagai sumber keajaiban yang bisa memberi ini dan itu. Saat jiwa sudah dewasa, Tuhan hadir sebagai kedamaian/ketentraman. Begitu jiwa mekar seperti bunga, Tuhan adalah cinta yang tidak bersyarat.

Sebuah transisi sedang terjadi di agama-agama, yakni dari Jalan bakti (devotion) menuju jalan pengetahuan (jhnana). Di jalan bakti, orang diberi sedikit ruang untuk berdialog, sebagian besar energi hanya meyakini subyek persembahan. Di jalan penget, ada banyak ruang dialog, sedikit ruang untuk meyakini hal-hal yang tidak logis. Yang tidak bisa dibendung, pendidikan di mana-mana meningkat, gelar kesarjanaan berlimpah, sehingga jalan jhnana tidak bisa dibendung. PR-nya kemudian, bagaimana transisi ini tidak menimbulkan terlalu banyak konflik.

"Ibu saya sering mengutuk saya, sehingga saya takut, apa yang harus dilakukan?". Ada beberapa hal dalam hidup yang tidak bisa dipilih, salah satunya adalah dari ibu seperti apa kita lahir. Menyangkut hal yang tidak bisa dipilih, satu-satunya pilihan yang tersedia adalah mencintainya. Mencintai orang yang menyayangi, itu orang biasa. Mencintai orang yang menyakiti, itu jiwa yang siap-siap terbang tinggi dengan sayap-sayap cinta.

Setelah belajar spiritual beberapa sahabat menjauh tanpa diapa-apakan, ada apa? Praktik spiritual membuat jiwa bertransformasi dari lumpur menuju lotus. Tatkala Anda lumpur, cacing-cacing itu menyukai Anda. Saat Anda mekar menjadi bunga lotus, cacing-cacing itu menjauh. Tidak ada yang perlu disedihkan, ia adalah proses yang sangat alami. Dan nanti saat bunga lotus Anda mekar, akan datang kupu-kupu (baca: sahabat sejati) yang mendekati Anda. Sesederhana itu.

Apakah ada kemarahan yang berwajah baik? Ada, kemarahan seorang ibu yang mendidik anaknya agar tekun belajar adalah salah satu contoh. Di dunia spiritual juga ada kemarahan yang berwajah indah. Kemarahan adalah gerakan energi di dalam. Asal tidak bereaksi pada gerakan energi ini, sebaliknya menggunakannya sebagai cermin bahwa ada sesuatu di luar yang layak diwaspadai, kemarahan menjadi berwajah baik. Dengan cara ini, kemarahan adalah kekuatan pelindung.

Kenapa sulit menemukan sahabat sejati? Kesulitan menemukan sahabat sejati adalah cermin jujur kalau seseorang belum bersahabat dengan diri dan kehidupan. Cobalah mulai dengan bersahabat dengan diri/kehidupan, kemudian perhatikan orang-orang yang mendekat ke Anda. Ingat, ada hukum di alam ini. Bunga didatangi kupu-kupu, gula didekati semut, hati yang indah didatangi sahabat sejati.

Salah satu peran spiritual yang sangat dibutuhkan di zaman ini adalah mendengar. Terutama mendengar jiwa-jiwa yang di dalamnya menyimpan banyak sampah kejiwaan seperti tertekan, ketakutan. Tatkala Anda mendengar, sampah-sampah itu tidak saja keluar, orang yang didengarkan tidak saja sembuh, tapi pendengar juga mengalami transformasi diri.

Kenapa orang-orang mencari cahaya? Sifat alami jiwa yang belum disentuh cahaya adalah menyukai kegelapan. Contoh kecil, kebanyakan orang hanya bisa tidur kalau lampu dimatikan. Dan kerinduan akan cahaya adalah kerinduan jiwa untuk pulang. Serta tidak ada jembatan yang lebih pendek menuju cahaya dibandingkan dengan jembatan cinta. Semakin dalam cinta, semakin dekat jiwa dengan cahaya.

Bagaimana bentuk praktik meditasi yang mendalam? Olah semuanya menjadi sang jalan. Konkretnya, gunakan setiap kejadian kekinian untuk selalu kembali ke nafas, terhubung dengan saat ini, kemudian sadar bahwa Anda adalah seorang saksi. Suara mercon, suara knalpot mobil, suara klakson semuanya bisa digunakan sebagai bel kesadaran.

Apa bibit spiritual yang mudah dikenali? Rasa malu. Terutama malu berbuat jahat, malu menyakiti hati orang, malu melanggar norma-norma. Orang-orang yang masa kecilnya dihinggapi rasa malu, ia berpotensi bertumbuh indah di dunia spiritual nantinya. Lebih bagus lagi kalau rasa malu ini digabungkan dengan sikap rendah hati. Kombinasi keduanya membuat seseorang menjadi pohon spiritual yang sehat.

Seorang wanita yang sangat menderita ditekan mertua datang ke dukun minta racun. Dukunnya memberi racun dengan syarat: "racun ini hanya bekerja kalau Anda melayani mertua sebaik melayani Dewi Kwan Im". Ternyata setelah nasihat dukun dilaksanakan, ibu mertuanya berubah menyerupai Dewi Kwan Im yang penuh belas kasih. Kali ini wanita tadi balik ke dukun minta obat penawar. Dan dukunnya hanya tertawa pelan: "saya tidak pernah memberi racun pada siapapun, yang saya berikan hanya multi vitamin".

Apa berkah di balik kesedihan? Sebagian orang suci seperti Kahlil Gibran menemukan cahaya menawan di tengah kesedihan. Caranya, jangan lari dari kesedihan. Lihat lapisan-lapisan jiwa semakin dalam dan semakin dalam lagi di saat kesedihan. Ada rahasia indah di sana, rahasia yang tidak mungkin diberikan oleh kesenangan. Simpan di dalam hati jiwa-jiwa yang indah, kesedihan adalah bab penting dalam buku kehidupan yang tidak mau dibaca oleh semua orang.

Apa belahan jiwa itu ada? Apa yang disebut orang kebanyakan sebagai belahan jiwa sebenarnya jiwa yang berlubang. Ciri jiwa berlubang sederhana, ia menyimpan banyak kekurangan dan ketidakpuasan. Kemudian mengira ada orang di luar sana yang bisa menutupi lubangnya. Jiwa-jiwa yang sudah pulang tahu, jiwa sudah utuh dan sembuh (healed and whole) apa adanya. Sesampai di sini, seseorang tidak lagi mencari belahan jiwa, hanya rindu berbagi cinta... "terima, mengalir, senyum".

"Kenapa mesti belajar?", demikian segelintir remaja bertanya/protes. Tujuan utama jiwa terlahir adalah bertumbuh. Ia mirip dengan bunga mawar bertumbuh yang memerlukan air, pupuk, matahari, demikian juga dengan jiwa. Dan belajar adalah air dan pupuknya jiwa. Tanpa belajar, Anda akan mirip bunga mawar tanpa air dan pupuk. Persoalan waktu Anda akan melayu dalam penderitaan. Ini pesan untuk jiwa-jiwa yang indah: "Memiliki orang yang dicintai, ia disebut keluarga. Memiliki tempat yang dituju, ia disebut rumah (home). Memiliki keduanya, itulah berkah indah jiwa-jiwa". Dan berkah indah ini akan diperoleh kalau seseorang terus belajar.

Apa dampak kejiwaan perceraian? Keputusan bercerai biasanya dibuat hanya karena marah sesaat, tapi luka jiwa yang ditimbulkan bisa berumur lebih panjang dari puluhan tahun. Banyak remaja di meditasi remaja bercerita, dampak orang tua bercerai membawa luka jiwa yang demikian mendalam. Diperlukan energi yang sangat besar untuk menyembuhkannya kembali. Bila gagal, rasa sakit di anak-anak akan menjadi beban berat sekali di umur tua. Bila tidak cocok dengan tetangga, bisa pindah rumah, bila anak bermasalah di usia tua, mau lari ke mana?.

Apakah setelah menikah puluhan tahun kemudian pasangan pernikahan hanya akur, damai, senyum-senyum saja? Cara tiap jiwa bertumbuh itu unik-unik, tidak bisa dibandingkan. Dan tiap sahabat yang sudah menikah lebih dari seperempat abad mengerti, tidak selalu pertumbuhan jiwa kita sejalan dengan pasangan. Kadang terjadi tabrakan, singggungan, yang bisa membuat keluarga runtuh. Dan di sana kedalaman cinta seseorang diuji. Bagi jiwa-jiwa yang indah, ini pesannya: "Melihat orang yang kita cintai tumbuh sesuai dengan panggilan alaminya, lebih penting dari ego kita agar disebut baik, sukses, suci, santun".

Seni kedamaian adalah seni memilih sudut pandang. Pertengkaran terjadi karena seseorang memilih sudut pandang yang bersebrangan. Kedamaian terjadi karena seseorang memilih sudut pandang yang berpelukan. Sedihnya, banyak orang tidak mengetahui dirinya sedang diperkuda keakuan yang selalu memilih sudut pandang yang bersebrangan. Hanya kesadaran (yang dikembangkan melalui meditasi mendalam) yang bisa menolong seseorang untuk memilih sudut pandang yang tepat. Dalam bahasa seorang Guru yang praktik kesadarannya sudah sempurna: "kebahagiaan adalah soal memilih sudut pandang yang tepat".

Di Barat, di mana materi lebih berlimpah, pengetahuan modern juga lebih berlimpah, di sana orang-orang lapar sekali dengan kedamaian. Pelajarannya sederhana, di sebuah titik pertumbuhan, materi dan pengetahuan di kepala tidak mengobati semua kerinduan jiwa. Di titik itu jiwa memerlukan nutrisi "kedamaian". Untuk jiwa-jiwa yang rindu kedamaian, sore ini ada pesan indah: "Bila Anda mau damai, laksanakan cinta. Jika Anda ingin orang lain yang damai, laksanakan cinta".

Tidak ada mawar yang tidak berduri. tidak ada kelebihan yang tidak disertai kekurangan. Kedamaian adalah tersenyum baik pada mawar maupun duri. Untuk itu, kapan saja Anda berjumpa kecantikan, kelebihan, siapkan mental di balik kecantikan dan kelebihan juga tersembunyi kekurangan. Sebagaimana pesan seorang Guru zen: "bila gunungnya tinggi maka jurangnya dalam".

Cinta, kebajikan, belas kasih adalah bunga-bunga yang Anda bawa kemana pun Anda pergi. Ia yang rajin membawa bunga-bunga spiritual ini ke mana-mana, suatu hari orang akan melihat bunga di mata Anda, orang akan mencium bau wangi di hati Anda.

Seorang sahabat yang sudah tinggal di India lebih dari 10 tahun, bahkan sudah berjumpa Guru-guru hebat mengeluh, kenapa ajaran suci tidak membadan di hati. Apa yang kita tahu adalah sebuah tebing, apa yang kita laksanakan adalah tebing lain di sebrang. Dan jembatan yang menghubungkan keduanya bernama meditasi. Dalam meditasi kita belajar menjembatani antara pengetahuan dan pelaksanaan.

Anda boleh membaca banyak buku, e-book, internet, mendengarkan ceramah, dll, tapi jangan lupa "membaca" diri Anda. Dari pengalaman masa kecil, mimpi-mimpi, catatan sekolah, orang-orang yang Anda sukai, dll. Tanpa mengenali diri Anda, semua pengetahuan akan menyesatkan. Makanya, ditulis di sebuah buku tua: "raja segala pengetahuan adalah pengetahuan tentang siapa diri Anda".

Kehidupan seperti sekolah. Kapan saja kesulitan dan kesedihan lebih besar dari biasanya, itu tandanya kita sedang ulangan umum. Begitu bisa melewati ulangan umum, kita naik kelas. Orang biasa cenderung menyukai kehidupan tanpa kesedihan. Padahal tanpa kesedihan berarti tanpa ulangan umum. Tanpa ulangan umum artinya tidak pernah naik kelas.

Tidak sedikit murid meditasi bertanya dengan antusias, bagaimana caranya agar selalu tenang di tengah masalah? Seorang Guru zaman dulu pernah berpesan: "bila tidak ada jalan keluar, kenapa mesti sedih, jika ada jalan keluar kenapa mesti gembira". Sederhananya, serupa matahari terbit/tenggelam, semua ada putaran waktunya. Tidak perlu memaksa, ingat selalu: 'terima, mengalir, senyum".

Semakin dekat Anda dengan alam, semakin tidak tertarik Anda dengan keriuhan perdebatan. Jangan pernah lelah untuk tersenyum jiwa-jiwa yang indah. Senyuman di bibir Anda bisa jadi lentera di hati orang-orang. Tatkala orang terlihat baik, ikuti dan tauladani langkah-langkahnya. Saat orang terlihat buruk, periksa pikiran Anda sendiri. Kebaikan adalah cara sang jiwa untuk memberikan bunga. Bila Anda terus menerus memberikan bunga kebaikan ke orang lain, nanti bau wanginya tersisa di dalam hati Anda.

Tanpa diundang, kesedihan kerap datang. Namun kesedihan bukan hukuman, kesedihan adalah salah satu bab penting di buku suci di dalam yang tidak mau dibaca banyak orang. Tanpa membaca bab ini, bab berikutnya tidak bisa dimengerti.

Dalam kesedihan atau kesenangan, selalu ingat kalau jiwa lahir bersama sayap-sayapnya. Berhenti merangkak dalam kesedihan dan ketakutan, belajar terbang menggunakan sayap-sayap cinta.
Belajar untuk tidak marah sama orang-orang yang menyakiti. Fokus pada pelajaran yang mereka berikan. Ingat, serangan orang sangat menghaluskan hati. Begitu praktiknya dalam, Anda akan mengerti pesan para bijaksana: "musuh adalah Guru yang menyamar". Tatkala seseorang berhenti membandingkan dirinya dengan orang lain, ia sudah mulai menanam bibit-bibit kedamaian dalam dirinya.

Pikiran manusia tidak pernah istirahat, bahkan saat tidur pun pikiran masih bergerak lengkap dengan mimpi-mimpinya. Hidup mengalir batin mengalir. Mengalir, itu kunci pembuka kedamaian. Tanpa pembawa-pembawa cahaya, masa depan akan sangat mengkhawatirkan. Kekurangan pemimpin adalah tanda dunia memerlukan lebih banyak kedamaian.

Siapa saja yang batinnya sudah sejuk dan teduh, ia menjadi rumah bagi orang-orang sekitarnya.

Ia yang membersihkan dirinya dari ketidaktahuan, keserakahan dan kemarahan, kemudian menyediakan tangannya untuk membantu sesama, ternyata sudah sampai di rumah (home).

Banyak manusia yang digoda duka cita namun membekali diri dengan ketekunan dan keikhlasan, sembahyang yang dalam, egonya berguncang, ujung-ujungnya melenggang pulang dengan nyaman.

Berpisah dengan yang menyenangkan, berkumpul dengan yang menjengkelkan, tidak mendapatkan yang diharapkan, itulah sebagian ciri samudera derita.

Bila saja hidup hanya berisi suka cita dan kesenangan, manusia akan terus menerus melekat dengan hal-hal duniawi serta kemudian berputar tidak ada habisnya di samudera derita.

Siapa saja yang sudah memandang dalam-dalam kehidupan, tahu sebenarnya duka cita bukan hukuman, bukan kesalahan tapi cahaya penerang agar manusia pulang ke rumah (home).

Siapa saja yang melaksanakan agama dengan sungguh-sungguh tanpa dikotori nafsu menghakimi orang lain, sewaktu-waktu akan berjumpa wajah agama yang indah.

Cara untuk menjaga pelestarian agama adalah dengan melaksanakan sesungguh-sungguhnya. Dalam bahasa seorang Guru, agama ada untuk dilaksanakan bukan untuk menghakimi orang.

Tidak tertarik menggunakan etika dan tata susila untuk menghakimi orang, tidak tertarik untuk menyebut diri sendiri dengan sebutan suci, apalagi menyebut agama orang lain dengan sebutan salah. Ia serupa samudera. Di permukaan ada gelombang, namun di dalam tidak ada gelombang.

Setiap tarikan dan hembusan nafas adalah doa. Karena saat menarik nafas mengambil yang kotor-kotor yang ada di alam, ketika menghembuskan nafas memberikan yang bersih dan jernih kepada alam.

Seperti baru belajar tersenyum, awalnya memang terpaksa sekaligus terlihat palsu. Namun, begitu dibiasakan, lama kelamaan menjadi alami sekaligus indah menawan.

Siapa saja yang sudah mulai takut berbuat jahat, lapar berbuat kebaikan, sekaligus memiliki hati dan pikiran yang bersih, ia sudah melangkah menyeberangi samudera kekisruhan.

Keindahan melihat ala alam ini akan mudah terbuka bila manusia belajar mendengar sekaligus belajar seperti jendela dan pintu bagi rumah kehidupan, ketika dibuka lebar-lebar udara jadi segar.

Meditasi mengajarkan tidak ada yang perlu dilawan. Semua kejadian termasuk yang menjengkelkan, hanyalah bahan-bahan kehidupan untuk diolah. Meditasi mengolahnya dengan mengenali tanpa menghakimi, melihat tanpa mengkotak-kotakkan. Ia yang sudah berlatih jauh akan bisa melihat melalui pengalaman langsung, kehidupan terus mengalir, keakuan yang menolak untuk mengalir, mau suka cita menolak duka cita, inilah akar penderitaan.

Di mana ada keraguan, di situ disediakan kejernihan. Di mana ada pencarian, di situ ada Guru yang membimbing. Di mana ada masalah, di situ ada jalan keluar.

Sebagai Ibu, laut adalah simbol cinta karena apa saja yang datang diolah dengan penuh cinta. Sebagai Ayah, laut adalah wakil keikhlasan sempurna karena menerima apa saja yang datang tanpa keserakahan memilih.

Tidak banyak orang yang bisa terhubung dengan rahasia-rahasia alam. Alam yang tenang hanya bisa diakses oleh batin yang juga tenang .

Mereka yang mengerti banyak hal adalah orang pintar.
Mereka yang mengerti banyak orang disebut bijaksana.
Hanya yang mengerti diri sejatilah yang tercerahkan.

Jembatan terpendek yang menghubungkan kita dengan Tuhan bernama CINTA dan keIKHLASan.

Ada banyak jalan menuju puncak gunung kehidupan, namun hanya ada satu puncak yaitu cinta.

Keheningan yang abadi diperoleh ketika manusia berbahagia jadi orang biasa.

Penderitaan bukan kutukan, ia cara sang jiwa mengetuk hati manusia.

Surga bukan tempat, ia hasil dari serangkaian sikap kita sehari-hari.

Tatkala panca indera terkendali, pikiran terang benderang, batin terpusat, ada yang datang: Pencerahan.

Sebagian hidup berada di luar jangkauan logika. Di bagian tsb, hanya keikhlasan yang bisa menundukkannya.

Kesejahteraan tidak memerlukan pengertian. Ia hanya butuh ketekunan bersyukur di hari ini.

Kebahagiaan adalah parfum yang kita semprotkan ke orang lain tanpa kita kehilangan setetes pun.

Tidak ada yang namanya benar salah, baik buruk. Semua telah, sedang, dan akan berjalan dengan sempurna.

Ikhlas bisa berarti berhenti berusaha mengerti. Dan tetap aman, nyaman bahkan ketika tidak tahu.

Pengalaman dan pengetahuan hanya perahu yang mengantar ke seberang. Setelah dilewati, akan dtinggalkan di belakang.

Meditasi bukan serangkaian teknik, ia adalah hidup itu sendiri. Berjalan, bertumbuh, menjadi semakin kecil, mendekati kosong dan berpelukan dengan kehidupan.

Semua (sukses gagal, senyuman makian) datang dari tempat yang sama. Dengan misi yang sama: membimbing kita menapaki tangga kehidupan yang lebih tinggi.

Mengamati sifat utama pikiran yang selalu bergerak dalam negasi (baik buruk, benar salah) mudah membuat manusia jadi penguasa.

Tidak ada yang namanya kebetulan. Dalam cinta, yang tersisa hanya aliran-aliran hidup yang berjalan sempurna.

Dalam kedamaian yang mendalam, semua hal membawa sidik-sidik jari Tuhan.

Kecantikan adalah apa yang kita pupuk di dalam jiwa. Kebahagiaan akan datang kemudian dengan sendirinya.

Apa yang kita punya mudah membahagiakan, namun hanya bebas dari apa yang kita punya yang mencerahkan.

Rumah mana pun pasti jadi rumah kebahagiaan, bila dibangun di atas Cinta, Persahabatan dan Saling Mengasihi.

Pendidikan terbaik hanya membuka sebagian pintu kebahagiaan. Sikap hidup terbaik, ia membuka semua pintu kebahagiaan.

Dia yang meraih kemenangan dari orang lain adalah orang bahagia. Dia yang meraih kemenangan atas diri sendiri adalah orang bahagia selamanya.

Kebahagiaan adalah apa yang terjadi di dalam diri ketika membuat orang lain bahagia.

Ada 3 jalan utama Cinta: kesederhanaan, kesabaran dan belas kasih.

Cinta lebih sering muncul dalam kehidupan yang memberi dibandingkan kehidupan yang meminta.

Dalam kebebasan dari dualitas, cinta tak punya hantu masa lalu dan setan masa depan. Yang ada hanya hari ini yang penuh berkah.

Bila masih ada orang yang bisa membuat kita bahagia/ menderita, itu tandanya saklar kebahagiaan dipegang orang lain. Seorang master pasti memegang saklar sendiri.

Setiap sahabat yang penuh cinta, hidup seperti ditaburi bunga-bunga. Kemana pun mata memandang, kemana pun kaki melangkah, yang ada hanya bunga-bunga cinta.

Bagi pejalan kaki ke dalam diri, tidak saja cahaya terang yang membimbing, bahkan kegelapan pun hanya simbol kedalaman.

Saat kita telah memeluk 'hitam' dan 'putih' sama mesranya, yang ada hanya syukur, perayaan dan keindahan.

Duka cita itu berkah. Ia tidak menorehkan luka, melainkan menghadirkan air suci kehidupan yang tersedia ketika kegelapan itu berlalu.

Sukses memotivasi, kegagalan adalah vaksin yang memperkuat jiwa kemudian.

Kebijaksanaan tidak memilih positif atau negatif, Mirip listrik, ketika kedua kutub positif negatif terkelola baik, ada cahaya yang menyala.

Langkah evolusi terpenting adalah melampaui pikiran. Bukan berarti tidak berpikir, hanya semata-mata berhenti dimiliki oleh pikiran.

Kesuksesan yang kadang datang, kadang pergi adalah tanda bahwa pikiran masih jadi penguasa.

Kegagalan adalah jeda yang membuat kita sadar dan peka. Dari sinilah air mata kesuksesan akan mengalir deras.

Yang lahir akan mati, yang datang akan pergi, tapi ada yang tak pernah lahir, tidak pernah mati, tidak datang, tidak pergi: CINTA

Kejujuran, ketulusan, keikhlasan jauh lebih berguna dari praktek meditasi mana pun.

Hidup mirip dengan sekolah, ketika badai datang, itu tandanya sedang ulangan umum, begitu selesai, kita naik kelas.

Esensi bunga adalah madu, esensi susu adalah mentega dan esensi pengetahuan adalah kebijaksanaan.

Kecantikan sejati ada di dalam sanubari tapi kearifan sejati adalah bagaimana melatihnya di dalam diri.

Siapa saja yang memiliki harta jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan, hidupnya pasti sangat rumit.

Tidak sombong ketika di atas, tidak sedih ketika di bawah.
Itulah kesederhanaan yang paling mencerahkan.

Mendalami cinta seperti menggali sumur. Di tempat dangkal hanya ada lumpur. Di tempat dalam ada kejernihan.

Cinta adalah berkah terbesar tapi berubah jadi kutukan jika disertai keterikatan dan kemelekatan.

Orang baik terlihat baik, orang jahat terlihat baik, kalau kita cukup baik.

Doa membawa manusia mendekat tetapi hanya sampai di depan pintu, hanya dengan bertindak manusia bisa masuk ke dalam.

Tatkala semua (baik-buruk, teman-lawan) terlihat berguna, lidah jadi kelu. Dalam keadaan demikian, bukankah yang tersisa hanya hening yang mendalam?

Alam mengajari hidup tanpa kriteria (baik buruk, benar salah). Ini yang membuatnya berumur lebih abadi.

Tidak ada pesan baik atau buruk yang ditinggalkan orang tua, yang ada hanya tumpukan makna yang berlimpah.

Keinginan semacam energi tapi jadi menyakiti kalau tidak terkendali.

Hanya kedamaian yang berhasil membuat manusia berhenti mengungsi dari satu keinginan menuju keinginan yang lain.

Kesabaran adalah kekuatan terbesar dalam kehidupan dan ia hanya datang melalui ketekunan latihan.

Bila manusia serakah memilih baik di atas buruk, sukses di atas gagal, maka hidupnya kering kerontang bagi tumbuhnya bibit-bibit cinta.

Baik terlihat karena ada buruk
Sukses menyala karena gelapnya kegagalan
Naik indah kalau pernah turun
Kesucian bergetar karena keluar dari kotoran

Punya uang adalah kesempatan untuk berbagi, tidak punya uang adalah peluang besar untuk kembali ke hakikat yang hakiki.

Sehat adalah waktu untuk bersyukur pada kehidupan
Sakit adalah momentum untuk memurnikan jiwa.

Sukses & pujian adalah energi yang memotivasi. Kegagalan & makian adalah vitamin-vitamin perbaikan kemudian.

Tangisan-senyuman, suka-duka, sukses-gagal, hanyalah aliran kehidupan yang datang dengan pesannya masing-masing.

Keindahan tersebar di sepanjang perjalanan
Namun keserakahan pikiran membuatnya tidak terlihat.

Harta yang dikumpulkan melalui jalan cinta, membuat pemiliknya sukses dua kali di dunia dan di surga.

Bertemu orang marah adalah kesempatan untuk membuat yang bersangkutan kagum akan kesabaran kita.

Temui & selamilah orang-orang sulit, karena melalui tangan merekalah kesabaran selalu datang.

Ketika pikiran berhenti berkuasa, ada yang lahir: kebijaksanaan.... Tatkala manusia berjalan di jalan keikhlasan, ada yang lahir: keindahan yang suci....

Kehidupan menghadiahkan kesabaran melalui musuh-musuh kita. Dan kesabaran adalah akar semua kebahagiaan.

Perilaku buku suci seperti pengantin wanita hanya membuka baju untuk suaminya. Buka baju buku suci dengan understanding, love & compassion.

Kepintaran, keakuan mirip batu bila ketemu saling bertabrakan. Compassion, wisdom mirip air, apa pun yang dijumpai dipeluk lembut dengan kesejukan.

Kata-kata menyembuhkan, karena kata-kata mencerminkan kualitas ketenangan pikiran. Dan di antara banyak kata-kata yang tersedia, terimakasih adalah yang paling menyembuhkan.

Sebagaimana alam yang menyatu dengan setiap putaran (terang-gelap, siang-malam), demikian juga meditasi. Kedamaian = menyatu sempurna dengan setiap kekinian.

Pikiran memilih, kebijaksanaan tidak memilih. Dan keikhlasan aman dan nyaman bahkan ketika tidak tahu.

Pikiran yang tidak terlatih secara baik, itulah awal masalah sekaligus musibah.

hidup adalah sebuah karya seni, kita melukisnya melalui tindakan, pikiran dan kata-kata.

Bambu demikian kokoh karena berakar kuat ke dalam. Kehidupan serupa, ia yang akar kebahagiaannya ke dalam (bersyukur, ikhlas) menjadi sekokoh bambu.

Tatkala kehidupan dipeluk lembut seperti seorang ibu memeluk lembut putra tunggalnya, kehidupan kemudian berubah menjadi bunga mekar yg indah.

Ucapan trimakasih, ungkapan syukur tanpa keluhan adalah sarana yang membuat seseorang terhubung. Kemudian menemukan tangan bantuan di mana-mana.

Bila belum bisa menyayangi orang yang pernah menyakiti kita.....
Artinya rumah batin kita belum sepenuhnya bersih...

Senang atau sedih serupa tubuh atau bayangan. Ia yang ambil banyak senang akan diikuti oleh banyak sedih. Petapa bisa tenang karena mengambil sedikit kesenangan.

Sebagaimana air yang lembut, angin yang sejuk, mahluk tercerahkan tidak bisa dipisahkan dengan kasih sayang.

Ketika manusia membantu, sesungguhnya tidak saja sedang meringankan beban pihak lain. Tatapi juga membangkitkan energi kasih sayang yang ada dalam dirinya...

Suatu hari Anda akan sampai pada kesadaran bahwa Anda hanyalah sebuah esensi yang tidak membutuhkan hal lain kecuali CINTA.

"Semakin cinta itu kita dekati dan kita peluk, semakin banyak godaan yang muncul. Seperti sedang bertutur kepada kita, mendalami cinta sebenarnya mirip dengan menggali sumur. Ditempat-tempat yang dangkal, kita menemukan lumpur. Akan tetapi di tempat yang dalam, itulah tempat di mana kejernihan dan kesejukan bersembunyi."

"Tidak sombong ketika di atas, tidak bersedih tatkala di bawah, itulah kesederhanaan kehidupan yang amat mencerahkan"

Dalam pelukan cahaya-cahaya keindahan (beauty) seperti ini, cinta tidak lagi menjadi konsep intelektual atau perintah moral. Ia adalah emosi latar belakang yang muncul ketika seseorang berhubungan dengan pusat energi. Berbagi, tidak lagi menjadi sebuah kewajiban yang memaksa, melainkan bagian dari aliran keindahan yang alami.